sehingga dapat mengalami kenaikan dari harga saham baru sesuai kinerja perusahaan. Sehingga menurut signalling theory,
hanya perusaahaan yang berprospek bagus yang mampu melakukan stock split. Terjadinya reaksi pasar itu
bukan karena peristiwa stock split melainkan karena kinerja perusahaan yang semakin meningkat.
Banyak penelitian yang mendukung signalling theory ini. Diantaranya penelitian Marwata 2001 yang meneliti tentang kinerja keuangan, harga saham
dan pemecahan saham. Hasil penelitian menyatakan bahwa peningkatan laba dan harga saham perusahaan yang melakukan stock split selama tiga tahun sebelum
stock split lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan stock split. Selain itu menurut Copeland 1979 perusahaan yang melakukan stock split
membutuhkan biaya yang cukup besar dan hanya perusahaan yang berprospek baguslah yang mampu menanggung biaya tersebut. Perusahaan yang kinerjanya
kurang bagus tidak akan mampu menanggung biaya yang dikeluarkan setelah stock split.
2.3.2. Jenis Stock split
Terdapat dua jenis stock split yang dapat dilakukan oleh perusahaan yang go public di BEI yaitu :
a. Split Up Pemecahan Saham Naik Split Up adalah penurunan naik nominal per lembar saham yang
mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar yang beredar. Misalnya pemecahan saham dengan faktor pemecahan 3:1. Pada awalnya nilai nominal per lembar
saham sebelum melakukan stock split sebesar seribu lima ratus rupiah, maka setelah dilakukan split up dengan perbandingan 3:1, nilai nominal per lembar
saham yang baru adalah lima ratus rupiah, sehingga awalnya satu lembar menjadi tiga lembar.
b. Split Down Pemecahan Saham Turun Split down adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham yang
mengakibatkan berkurangnya jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya split down dengan faktor pemecahan 1:3 yang merupakan kebalikan dari split up.
Awalnya nilai nominal per lembar saham seribu rupiah, kemudian dilakukan split down dengan perbandingan 1:3, maka nilai nominal per lembar saham baru adalah
tiga ribu rupiah dan jumlah lembar saham yang pada awalnya tiga lembar saham menjadi satu lembar saham.
Menurut Mc Gough 1993 pasar modal Amerika yang diwakili oleh New York Stock Exchange NYSE mengatur kebijakan pemecahan saham. NYSE
membedakan pemecahan saham menjadi dua yaitu pemecahan saham sebagian partial stock split dan pemecahan saham penuh full stock split. Pemecahan
saham sebagian adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25 atau lebih tetapi kurang dari 70 dari jumlah saham yang beredar yang lama.
Pemecahan saham penuh adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 70 atau lebih dari jumlah saham beredar yang lama.
2.3.3. Manfaat Stock split
Keown, Scoot Martin dan Petty dalam Rohana dkk 2003 menyebutkan beberapa alasan manajer perusahaan melakukan stock split antara lain yaitu:
1. Stock split membuat harga saham tidak terlalu mahal sehingga dapat
meningkatkan jumlah pemegang saham dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.
2. Adanya publikasi stock split akan mengembalikan harga dan ukuran
perdagangan rata-rata saham kepada kisaran yang telah ditargetkan. 3.
Stock split mampu membawa informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan deviden kas.
2.3.4. Kerugian stock split