Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY (TVA) SAHAMSEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

(Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun

2009-2013)

OLEH

AUSTIN NALSALINA SINAGA 100502091

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY (TVA) SAHAMSEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

(Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun

2009-2013)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan abnormal return dan trading volume activity saham sebelum dan sesudah stock split. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity yang signifikan sebelum dan sesudah stock split.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sampel yang digunakan adalah 25 perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan stock split tahun 2009-2013. Pengujian hipotesis terhadap abnormal return menggunakan wilcoxon signed rank test, sedangkan pengujian hipotesis terhadap trading volume activity menggunakan paired sample t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split.


(3)

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE DIFFERENCES OF ABNORMAL RETURN AND TRADING VOLUME ACTIVITY (TVA) BEFORE AND AFTER STOCK

SPLIT(A Case Study of Publicly-Traded Companies on IDX That Do Stock Split in the Years

2009-2013)

The purpose of this research is to find out and analyze the differences of abnormal return and trading volume activity before and after stock split. The hypothesis of this research is that there are significant differences of abnormal return and trading volume activity before and after stock split.

The type of this research is descriptive research and the data used for this research is secondary data. Samples are 25 companies on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that do stock split in the years 2009-2013. Hypothesis testing of abnormal return is done by using wilcoxon signed rank test, while hypothesis testing of trading volume activity is done by using paired sample t-test.

The results of this research show that there are no significant differences of abnormal return and trading volume activity before and after stock split.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013)”. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Ayahanda Drs. Tuntun Sinaga, M.Hum dan Ibunda Dra. Zipora Sembiring, M.Si yang senantiasa mendoakan, memberikan semangat, nasehat-nasehat yang berharga dan dukungan baik moral maupun material, serta selalu mencurahkan kasih sayang yang menyertai perjalanan hidup penulis.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Sc, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis.

6. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si selaku Dosen Pembanding I yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Dosen Pembanding II yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara untuk jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

9. Kakak dan adik-adikku: Sandy Aletta Sinaga, SH, Boiris Benet Sinaga dan Jouris Anagia B.O. Sinaga, serta keluarga besarku yang senantiasa mendoakan, memberikan semangat, nasehat-nasehat dan dukungan kepada penulis selama ini.

10. Teman-teman Manajemen 2010: Adelina, Maria Swita, Friska, Anasthachia, Novia, Susi, Tinaria, Nora, Hervelika, Elmarta, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan doa, motivasi dan dukungan selama ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, April 2014 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Uraian Teoritis ... 11

2.1.1 Pasar Modal ... 11

2.1.2 Pasar Modal yang Efisien ... 12

2.1.3 Pemecahan Saham (Stock Split) ... 13

2.1.3.1 Pengertian Pemecahan Saham ... 13

2.1.3.2 Tujuan Pemecahan Saham ... 15

2.1.3.3 Teori Pemecahan Saham ... 15

2.1.3.4 Jenis Pemecahan Saham ... 16

2.1.4 Abnormal Return ... 18

2.1.5 Trading Volume Activity (TVA) ... 21

2.1.6 Studi Peristiwa (Event Study) ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu ... 23

2.3 Kerangka Konseptual ... 28

2.4 Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Batasan Operasional ... 32

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 32

3.5 Populasi dan Sampel ... 36

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 38

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.8 Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43


(8)

4.1.1 Gambaran Umum Pasar Modal di Indonesia ... 43

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Sampel ... 45

4.2 Hasil Penelitian ... 57

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif... 57

4.2.2 Uji Normalitas ... 60

4.2.3 Uji Hipotesis ... 62

3.3 Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

3.1 Kesimpulan ... 68

3.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Jumlah Emiten yang Melakukan Stock Splitdi BEI

Tahun 2009-2013 ... 2

1.2 Rata-rata Abnormal Return dan Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Stock SplitTahun 2012 ... 5

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 26

3.1 Ringkasan Definisi Operasional Variabel ... 35

3.2 Daftar Sampel Penelitian ... 37

4.1 Statistik Deskriptif Abnormal Return ... 57

4.2 Statistik Deskriptif Trading Volume Activity ... 59

4.3 Hasil Uji Normalitas Abnnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 60

4.4 Hasil Uji Normalitas Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Stock Split... 61

4.5Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 63


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 29 3.1 Jendela Peristiwa (Event Window) dan Tanggal


(11)

DAFTAR LAMPIRAN No.Lampiran Judul Halaman

1 Proses Pemilihan Sampel ... 74 2 Hasil Analisis Masing-masing Perusahaan ... 77 3 Rata-rata Abnormal Return dan Trading Volume

Activity Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 102 4 Hasil Pengolahan SPSS ... 105


(12)

ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY (TVA) SAHAMSEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

(Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun

2009-2013)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan abnormal return dan trading volume activity saham sebelum dan sesudah stock split. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity yang signifikan sebelum dan sesudah stock split.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sampel yang digunakan adalah 25 perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan stock split tahun 2009-2013. Pengujian hipotesis terhadap abnormal return menggunakan wilcoxon signed rank test, sedangkan pengujian hipotesis terhadap trading volume activity menggunakan paired sample t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split.


(13)

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE DIFFERENCES OF ABNORMAL RETURN AND TRADING VOLUME ACTIVITY (TVA) BEFORE AND AFTER STOCK

SPLIT(A Case Study of Publicly-Traded Companies on IDX That Do Stock Split in the Years

2009-2013)

The purpose of this research is to find out and analyze the differences of abnormal return and trading volume activity before and after stock split. The hypothesis of this research is that there are significant differences of abnormal return and trading volume activity before and after stock split.

The type of this research is descriptive research and the data used for this research is secondary data. Samples are 25 companies on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that do stock split in the years 2009-2013. Hypothesis testing of abnormal return is done by using wilcoxon signed rank test, while hypothesis testing of trading volume activity is done by using paired sample t-test.

The results of this research show that there are no significant differences of abnormal return and trading volume activity before and after stock split.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta masyarakat yang terjun ke pasar modal. Pasar modal berfungsi sebagai mediator yang mempertemukan pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (emiten) untuk melakukan aktivitas perdagangan. Investor menentukan dan memilih pada perusahaan mana mereka akan menanamkan dananya dengan harapan memperoleh return yang optimal, sedangkan perusahaan yang memperoleh tambahan dana dari investor menggunakan tambahan dana tersebut untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan sehingga laba perusahaan dapat meningkat. Peningkatan laba tersebut akan meningkatkan return yang diberikan perusahaan kepada investor, sehingga kesejahteraan perusahaan dan investor dapat tercapai.

Dalam membuat suatu keputusan untuk memilih portofolio investasi yang menguntungkan, para investor memerlukan informasi. Informasi menjadi pertimbangan bagi investor untuk melakukan atau tidak melakukan keputusan penanaman modal serta mengurangi resiko dan ketidakpastian dari investasi tersebut. Salah satu informasi yang tersedia di pasar modal adalah pengumuman pemecahan saham (stock split).


(15)

Menurut Susiyanto (2004) dalam Hamzah (2006: 24), stock split merupakan salah satu bentuk aksi korporasi untuk meningkatkan jumlah saham yang beredar dengan cara memecah nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil berdasarkan rasio stock split yang ditentukan, dimana perubahan nilai tersebut hanya mengakibatkan penambahan jumlah lembar saham, tetapi tidak mengubah jumlah modal ditempatkan dan modal disetor atau tidak akan mengurangi atau menambah nilai investasi dari pemegang saham atau investor. Ketika selembar saham dipecah menjadi n lembar saham, maka nilai nominal per lembar saham baru menjadi 1/nnilai nominal saham sebelum pemecahan saham. Dengan demikian, nilai ekuitas perusahaan tetap atau tidak berubah, dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis. Oleh karena itu, stock split sebenarnya hanya suatu kosmetika saham agar saham terlihat lebih menarik bagi investor. Namun, pada kenyataannya masih terdapat beberapa perusahaan yangtetap melakukan aktivitas stock split. Hal ini mengindikasikan dan membuktikan bahwa stock split merupakan alat yang penting dalam praktek pasar modal.

Jumlah perusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock split) dari tahun 2009-2013 di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1

Jumlah Emiten yang Melakukan Stock Split di BEI Tahun 2009-2013

Tahun Stock Split

2009 2

2010 6

2011 11

2012 13

2013 11

Jumlah 43


(16)

Keputusan perusahaan melakukan stock splitumumnya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi minat investor untuk membeli saham tersebut.Harga saham yang cenderung lebih rendah setelah terjadinya stock splitakan menyebabkan investor tertarik untuk membeli saham sehingga akan meningkatkan volume perdagangan saham. Para ahli keuangan yakin bahwa suatu saham memiliki kisaran rentang optimal, dimana jika harga saham perusahaan berada pada rentang tersebut maka nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. Cara yang digunakan emiten untuk mempertahankan saham yang dimiliki agar berada pada rentang perdagangan yang optimal (optimal trading range) dan menjadikan saham lebih likuid adalah dengan stock split.

Teori yang mendasari keputusan pemecahan saham oleh perusahaan antara lain signaling theory dantrading range theory. Berdasarkan signalingtheory,peristiwa pemecahan saham dipandang sebagai sinyal positif karena manajer perusahaan ingin menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik. Alasan sinyal yang positif ini didukung dengan kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Menurut Copeland (1979) dalam Jogiyanto(2003:419), stock split mengandung biaya yang harus ditanggung, oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya tersebut dan sebagai akibatnya pasar bereaksi positif terhadap stock split. Pemecahan saham yang dilakukan perusahaan diinterpretasikan oleh investor sebagai sinyal yang menguntungkan dimana hal tersebut ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang positif di sekitar pengumuman stock split.


(17)

Apabila pengumuman stock split mengandung informasi maka pasar akan bereaksi setelah pengumuman tersebut diterima. Reaksi pasar ini tercermin dari harga pasar yang berubah-ubah, hal ini disebabkan karena pasar memproses pengumuman yang masuk dan akan mengevaluasi kandungan informasi yang terdapat pada pengumuman tersebut. Reaksi ini dapat diukur dengan adanya abnormal return, yaitu return yang diperoleh atas suatu sekuritas di luar dari return yang diharapkan para investor pada tingkat resiko tertentu (Firmansyah dan Evony, 2007:251). Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang positif, artinya terjadi kenaikan harga saham perusahaan yang dapat meningkatkan return bagi pemegang saham. Apabila pasar bereaksi negatif maka abnormal return bernilai negatif,artinya terjadi penurunan harga saham (Almilia dan Emanuel, 2005:3).

Trading range theorymenyatakan bahwa stock split dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Copeland (1979) dalam Rohana et al.(2003: 611) menyatakan bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham berkaitan dengan likuiditas perdagangan saham adalah untuk mencapai optimal range harga saham sehingga dapat menciptakan pasar yang lebih luas. Pemecahan saham akanmembawa harga sahampada tingkat yang lebih rendah dandiyakini mampu menarik para investor untuk membeli saham sehingga membuat saham tersebut lebih aktif diperdagangkan di pasar modal. Likuiditas saham dapat dicerminkan oleh volume perdagangan saham yang diukur dengan Trading Volume Activity (TVA). Apabila semakin banyak jumlah saham yang diperjual-belikan,


(18)

makavolume perdagangan saham akan meningkat sehingga membuat saham tersebut semakin likuid.

Berikut ini adalah rata-rata abnormal returndan trading volume activitysaham sebelum dan sesudah stock split yang diwakili oleh perusahaan sampel yang melakukan stock split pada tahun 2012:

Tabel 1.2

Rata-rata Abnormal Returndan Trading Volume ActivitySebelum dan Sesudah Stock Split Tahun 2012

No Kode Saham Nama Perusahaan Rata-rata Abnormal Return Sebelum Stock Split Rata-rata Abnormal Return SesudahSt ock Split Rata-rata TVA Sebelum Stock Split Rata-rata TVA Sesudah Stock Split 1. PTRO Petrosea Tbk 0,01388 -0,02051 0,00173 0,00522 2. ASII Astra

Internasional Tbk

0,00059 -0,00144 0,00099 0,00093

3. IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk

-0,00887 -0,00784 0,00077 0,00098

4. IDKM Indosiar Karya Media Tbk

-0,00019 -0,01925 0,0004 0,00032

5. KLBF Kalbe Farma Tbk

0,01285 0,00368 0,00116 0,0006 6. SCMA Surya Citra

Media Tbk

-0,00228 0,00369 0,00007 0,00018 7. ACES Ace

Hardware Indonesia Tbk

0,00576 -0,00315 0,00029 0,00056

8. BRNA Berlina Tbk -0,00095 0,01285 0,00411 0,00256 Ket: *) Rata-rata abnormal return, TVA saham sebelum stock split = rata-rata dari

abnormal return, TVA saham 7 hari sebelum stock split

*) Rata-rata abnormal return, TVA saham sesudah stock split = rata-rata dari abnormal return, TVA saham 7 hari sesudah stock split


(19)

Berdasarkan data pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan (adanya kenaikan dan penurunan) abnormal return maupun trading volume activitysebelum dan sesudah stock split. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa terdapat 3 emiten yang mengalami peningkatan rata-rata abnormal return saham, yaitu IMAS, SCMA dan BRNA dan terdapat sebanyak 5 emiten yang mengalami penurunan rata-rata abnormal return saham sesudahstock split, yaitu PTRO, ASII, IDKM, KLBF dan ACES. Penurunan rata-rata abnormal returnyang sangat drastis terjadi pada saham IDKM, yaitu sebesar -10031% dari -0,00019 (sebelum stock split) menjadi -0,01925 (sesudahstock split).Hal ini menunjukkan bahwa stock split tidak diterima sebagai good news, tetapi sebagai bad news bagi investor sehingga secara empiris belum sesuai dengan signaling theory. Berdasarkan Tabel 1.2 juga dapat diketahui adanya peningkatan rata-rata TVA terhadap 4 emiten, yaitu PTRO, IMAS, SCMA dan ACES. Namun demikian terdapat juga sebanyak 4 emiten yang mengalami penurunan rata-rata TVA sesudahstock split, yaitu ASII, IDKM, KLBF dan BRNA dimana KLBF mengalami penurunan rata-rata TVA saham paling besar, yaitu -50,9% dari 0,00116 (sebelum stock split) menjadi 0,00057 (sesudah stock split). Hal ini menunjukkan bahwa tujuan stock split untuk menjadikansaham semakin likuid tidak tercapai sehingga belum sesuai dengan trading range theory.

Peristiwa stock splitmerupakan suatu fenomena yang masih diperdebatkan dan menjadi teka-teki di bidang ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya fenomena gap dimana terdapat perbedaan antara teori dengan kenyataan. Secara teoritis, stock split hanya menambah jumlah saham yang beredar, tidak menambah


(20)

kesejahteraan pemegang saham dan tidak memberikan tambahan nilai ekonomis bagi perusahaan. Tetapi beberapa bukti empiris menunjukkan bahwa pasar memberikan reaksi terhadap pengumuman stock split, bahkan beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai pengaruhdari pemecahan saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Mc. Nichols dan David (dalam Kurniawati, 2003: 267) menyimpulkan bahwa semakin rendah harga saham, maka hal tersebut menimbulkan bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan akibat melakukan aktivitas split. Aktivitas stock split yang dilakukan oleh perusahaan ini akan diinterpretasikan oleh investor sebagai sinyal bahwa manajer memiliki informasi yang menguntungkan dimana hal tersebut ditunjukkan dengan adanya abnormal return di sekitar pengumuman stock split.Kesimpulan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Farinha dan Nuno (2006) di pasar modal Portugis. Hasil penelitian menemukan adanyaperbedaan abnormal return yang signifikan di sekitar tanggal pengumuman stock split.

Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan olehUtami et al. (2009). Penelitian yang mengambil sampel perusahaan manufaktur di BEI yang melakukan stock split pada tahun 2007-2009 ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Sutrisnoet al. (2000) terhadap perusahaan di Bursa Efek Jakarta yang melakukan kebijakan stock split selama tahun 1995 sampai dengan 1997. Penelitian ini


(21)

memberikan hasil bahwa tidak terdapat abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split.

Penelitian tentang tujuan pemecahan saham untuk meningkatkan likuiditas yang diproksi pada volume perdagangan saham (TVA) telah dilakukan oleh beberapa peneliti dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan oleh Tanjung (2007) terhadap perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 2000-2003 berhasil membuktikan adanya perbedaan volume perdagangan saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Sutrisnoet al. (2000). Sementara itu hasil yang berbeda diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2003) pada perusahaan yang melakukan stock split periode Juni 1994 sampai Juni 1997 di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa volume perdagangan saham tidak mengalami perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah pemecahan saham.

Adanya fenomena gap dan perbedaan hasil dari beberapa penelitian (research gap) tentang perbedaan abnormal returndan trading volume activity,maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang peristiwa stock split. Mengingat setiap tahunnya tidak banyak perusahaan yang melakukan stock split, maka penelitian ini mengambil sampel perusahaan go public di BEIyang melakukan stock splitdengan periode yang lebih panjang dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul:


(22)

“Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013)”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Apakah terdapat perbedaan abnormal returnsaham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split?

b. Apakah terdapat perbedaan trading volume activitysaham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui dan menganalisis perbedaaan abnormal returnsaham sebelum dan sesudah stock split.

b. Mengetahui dan menganalisis perbedaan trading volume activitysahamsebelum dan sesudah stock split.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, khususnya pihak-pihak yang terlibat di pasar modal. Pihak-pihak yang dimaksud adalah:


(23)

a. Bagi investor dan calon investor, sebagai bahan pertimbangan dan informasi tambahan dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham.

b. Bagi emiten atau perusahaan, sebagai sumber informasi tentang dampak pemecahan saham sehingga dapat digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan perusahaan selanjutnya.

c. Bagi penulis, penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan mengenai stock splitdan implikasinya terhadap pasar saham. d. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal

Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan investasi. Dengan demikian pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus: fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (yaitu investor) dan pihak yang memerlukan dana (yaitu issuer, pihak yang menerbitkan efek atau emiten). Dengan adanya pasar modal, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil (return), sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena


(25)

memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik inve stasi yang dipilih(Darmadji dan Hendy, 2006:1).

2.1.2 Pasar Modal yang Efisien

Tandelilin (2001: 112) menyatakan bahwa pasar yang efisien adalah pasar dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua informasi yang tersedia. Hal tersebut menyiratkan adanya suatu proses penyesuaian harga sekuritas menuju harga keseimbangan yang baru, sebagai respons atas informasi baru yang masuk ke pasar.

Fama (1970) dalam Tandelilin (2001: 114-115) mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga Efficient Market Hypothesis (EMH), yaitu:

1. Efisiensi dalam bentuk lemah (weak form)

Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena itu, informasi historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan menggunakan data historis, seperti yang dilakukan dalam analisis teknikal.

2. Efisien dalam bentuk setengah kuat (semistrong)

Efisiensi dalam bentuk setengah kuat merupakan bentuk efisiensi pasar yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga saham di samping dipengaruhi oleh data pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu), juga


(26)

dipengaruhi oleh semua informasi yang dipublikasikan (seperti earning, dividen, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan). Pada pasar yang efisien dalam bentuk setengah kuat ini, investor tidak dapat berharap mendapatkan abnormal returnjika strategi perdagangan yang dilakukan hanya didasari oleh informasi yang telah dipublikasikan.

3. Efisien dalam bentuk kuat (strong form)

Pasar efisien dalam bentuk kuat, semua informasi baik yang terpublikasi atau tidak dipublikasikan, sudah tercermin dalam harga sekuritas saat ini. Dalam bentuk efisien kuat seperti ini tidak akan ada seorang investor yang bisa memperoleh abnormal return.

Pada tahun 1991, Fama mengemukakan penyempurnaan atas klasifikasi efisiensi pasar tersebut. Efisiensi bentuk lemah disempurnakan menjadi suatu klasifikasi yang lebih bersifat umum untuk menguji prediktabilitas return (return predictability). Pada klasifikasi ini, informasi mengenai pola return sekuritas tidak dapat digunakan untuk memperolehabnormal return. Sedangkan efisiensi bentuk setengah kuat dan efisiensi bentuk kuat diubah menjadi event studies, dan pengujian efisiensi pasar dalam bentuk kuat disebut sebagai pengujian private information.

2.1.3 Pemecahan Saham (Stock Split) 2.1.3.1 Pengertian Pemecahan Saham

Pemecahan saham (stock split) adalah memecah selembar saham menjadi n lembar saham, harga per lembar saham baru setelah stock split adalah sebesar 1/n


(27)

dari harga sebelumnya (Jogiyanto, 2003: 415). Menurut Sartono (2001: 297), stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil, dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham. Menurut Szewezyk dan Tsetsekos (dalam Latifah, 2008: 53) stock split adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh para manajer perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split factor.Split factor merupakan perbandingan jumlah saham yang beredar sebelum dilakukansplit dengan jumlah saham yang beredar setelah split.

Dampak stock split bagi pemegang saham diungkapkan oleh Darmadji dan Hendy (2006: 184) yaitu jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham menjadi bertambah banyak dengan nilai nominal per saham yang lebih kecil, tetapi bersamaan dengan itu harga saham secara teoritis akan turun secara proporsional. Secara keseluruhan, nilai kapitalisasi saham tersebut tidak mengalami perubahan. Dengan adanya pemecahan saham, pemegang saham harus menukarkan sahamnya terlebih dahulu dengan saham baru hasil pemecahan saham agar dapat diperdagangkan di bursa. Pada saat dimulainya perdagangan saham dengan nilai nominal yang baru, maka harga saham tersebut di bursa akan dikoreksi sesuai dengan rasio dari pemecahan saham atas dasar harga terakhir perdagangan dengan nilai nominal yang lama. Misalnya, suatu saham nilai nominalnya dipecah dari Rp. 500 menjadi Rp. 100 dan harga terakhir perdagangan saham tersebut dengan nominal lama adalah Rp. 750, maka harga pembukaan pada perdagangan dengan nominal baru adalah:


(28)

100/500 x Rp. 750 = Rp. 150

2.1.3.2 Tujuan Pemecahan Saham

Tujuan pemecahan saham (Ahmad, 2004: 196) adalah:

1. Menurunkan harga saham, sehingga menarik pembeli atau investor. 2. Diharapkan harga akan meningkat.

3. Menguntungkan bagi investor, jika dividen yang dibayar lebih besar.

Menurut Halim (2005: 97), tujuan perusahaan melakukan pemecahan saham adalah untuk menjaga harga pasar saham agar tidak terlalu tinggi sehingga sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak diperdagangkan.

2.1.3.3 Teori Pemecahan Saham

Motivasi perusahaan dalam melakukan stock splitsejalan dengan teori-teori berikut (Mason, Helen dan Roger dalam Rohana et al., 2003: 603-604):

a. Signaling Theory

Teori ini menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja yang baik. Jadi jika pasar bereaksi terhadap pengumuman stock split, reaksi ini karena pasar mengetahui prospek masa depan perusahaan yang bersangkutan.

Copeland (1979) menyatakan bahwa stock split yang dilakukan oleh emiten mengandung biaya yang harus ditanggung, maka hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya tersebut dan


(29)

sebagai akibatnya pasar bereaksi positif. Sebaliknya, perusahaan yang tidak mempunyai prospek yang baik yang mencoba memberikan sinyal tidak valid melalui stock split tidak akan mampu menanggung biaya tersebut, sehingga bukannya stock split akan meningkatkan harga sekuritas tetapi akan menurunkannya jika pasar cukup canggih untuk mengetahuinya.

b. Trading Range Theory

Teori ini menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjual-belikannya yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.

McGough (1993: 59) mengemukakan bahwa manfaat yang diperoleh dari stock split adalah penurunan harga saham yang selanjutnya menambah daya tarik untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham menjadi lebih likuid untuk diperdagangkan dan mengubah investor odd lot menjadi investor round lot. Investor odd lot adalah investor yang membeli saham di bawah 500 lembar (1 lot), sedangkan investor round lot adalah investor yang membeli saham minimal 500 lembar (1 lot).

2.1.3.4 Jenis Pemecahan Saham

Menurut Samsul (2006: 190) ada dua jenis pemecahan sahamyang dapat dilakukan, yaitu:


(30)

Tindakan split up akan meningkatkan jumlah saham beredar dan menurunkan harga saham di pasar sehingga terjangkau oleh para investor. Split up juga dapat membuat likuiditas perdagangan meningkat dan pada gilirannya dapat meningkatkan image saham perusahaan sebagai saham yang likuid diperdagangkan. Split 1:2 berarti satu saham lama ditarik dari peredaran dan diganti dengan 2 saham baru tetapi nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½ dari nominal sebelumnya. Tindakan split up hanya akan menaikkan jumlah saham dan menurunkan nominal saham, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas.

b. Pemecahan saham turun (split down atau reverse split)

Split down atau reverse splitadalah tindakan menurunkan jumlah saham beredar. Tujuan split down adalah untuk meningkatkan harga saham di pasar agar image perusahaan meningkat. Split down dilakukan dengan menarik kembali sejumlah saham yang beredar dan diganti dengan saham baru yang nominalnya lebih tinggi, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas.Split 5:1 berarti 5 saham lama diganti dengan satu saham baru.

McGough (1993: 58) mengatakan bahwa pasar modal Amerika yang diwakili oleh New York Stock Exchange (NYSE) juga mengatur kebijakan mengenai stock split. NYSE membedakan stock split menjadi dua, yaitu pemecahan saham sebagian (partial stock split) dan pemecahan saham penuh (full stock split). Partial stock split adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25% atau lebih tetapi kurang dari 100% dari jumlah saham beredar yang lama. Full stock split adalah


(31)

tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 100% atau lebih dari jumlah saham beredar yang lama.

2.1.4 Abnormal Return

Menurut Jogiyanto (2003: 433), studi peristiwa menganalisis return tidak normal (abnormal return) dari sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal returnatau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi.

Formula yang digunakan untuk menghitung abnormal return(Jogiyanto, 2003:434) adalah sebagai berikut:

ARi,t = Ri,t – E[Ri,t]

Keterangan:

ARi,t = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i untuk periode

peristiwa ke-t

E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t

Actual return atau return sesungguhnya merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam periode tertentu, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ri,t =

��,�−��,�−1 ��,�−1


(32)

Keterangan:

Ri,t = actual return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Pi,t = harga saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Pi, t-1

a. Mean-adjusted Model

= harga saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t-1

Sedangkan expected return atau return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2003: 434) mengestimasi return ekspektasi menggunakan beberapa model estimasi sebagai berikut:

Model disesuaikan rata-rata (mean-adjusted model) menganggap bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period), sebagai berikut:

E[Ri,t] =

∑�2=1Ri,j � Keterangan:

E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Ri,j

b. Market Model

= return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2

Periode estimasi (estimation period) merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window).


(33)

Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) dilakukan dengan dua tahap, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela.

Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan:

Ri,j = αi + βi . RMj+ εi,j

Keterangan:

Ri,j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

αi = intercept untuk sekuritas ke-i

βi = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i

RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung

dengan rumus RMj =

IHSG j – IHSG j−1

IHSG j−1 dengan IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan

εi,j

c. Market-adjusted Model

= kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

Model disesuaikan pasar (market-adjusted model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

E[Ri,t] = R

Keterangan:


(34)

E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

RMt = return indeks pasar pada periode estimasi ke-t

ARi,t = Ri,t - RMt

Keterangan:

ARi,t = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i untuk periode

peristiwa ke-t RMt

Volume perdagangan saham merupakan bagian yang diterima dalam analisis teknikal untuk penilaian harga saham. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik (bullish). Peningkatan volume perdagangan diiringi dengan peningkatan harga merupakan gejala yang makin kuat akan kondisi bullish (Meidawati dan Mahendra, 2004: 93).

= return indeks pasar pada periode estimasi ke-t

2.1.5 Trading Volume Activity(TVA)

Likuditas saham merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap suatu pengumuman, dimana likuditas saham dapat dilihat dari volume perdagangan saham. Foster (1986) dalam Suntoro dan Imam (2003: 122) menyatakan bahwa volume perdagangan saham diukur dengan melihat indikator Trading Volume Activity (TVA). Aktivitas perdagangan saham dihitung untuk setiap saham dengan membandingkan antara jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang beredar.


(35)

Menurut Sumiyana (2007) dalam Indarti dan Desti (2011: 58) volume perdagangan merupakan jumlah transaksi yang diperdagangkan pada waktu tertentu. Volume diperlukan untuk menggerakan harga saham. Naiknya volume perdagangan merupakan kenaikan aktivitas jual beli para investor di bursa. Semakin meningkat volume penawaran dan permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa, dan semakin meningkatnya volume perdagangan saham menunjukkan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat.

2.1.6 Studi Peristiwa (Event Study)

Studi peristiwa merupakan metodologi yang ditemukan oleh Eugene Fama pada tahun 1969 yang tujuannya mengamati reaksi pasar terhadap suatu peristiwa atau event yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study berguna untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman, di samping itu juga berguna untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat.

Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk mengetahui reaksi dari suatu pengumuman, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga pada sekuritas yang bersangkutan (Jogiyanto, 2003: 410-411).


(36)

2.2Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pemecahan saham telah banyak dilakukan antara lain penelitian yang dilakukan oleh Rusliati dan Esti (2010) dengan judul “Pemecahan Saham Terhadap Likuiditas dan Return Saham”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemecahan saham terhadap likuiditas saham yang dilihat dari perbedaan bid-ask spread dan terhadap return saham yang diukur dengan abnormal return sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan go public tahun 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bid-ask spread dan abnormal return sahamyang signifikan sebelum dan sesudah pemecahan saham.

Utami et al. (2009) melakukan penelitian dengan judul “Dampak Pengumuman Stock Split Terhadap Return, Variabilitas Tingkat Keuntungan dan Aktivitas Volume Perdagangan Saham”. Utami et al. melakukan studi pada perusahaan manufaktur di BEJ yang melakukan stock split pada bulan Mei 1997 sampai akhir tahun 1999. Pengujian terhadap abnormal return menghasilkan kesimpulan yang sama untuk periode yang diperpanjang (10 hari di sekitar peristiwa) dan periode yang diperpendek (3 hari di sekitar peristiwa), yaitu tidak terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split. Sedangkan untuk pengujian terhadap trading volume activity untuk kedua periode tersebut juga menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu tidak terdapat perbedaan trading volume activity yang signifikan sebelum dan sesudah stock split.


(37)

Tanjung (2007) melakukan penelitian dengan judul “Stock Split: Pengujian Terhadap Signaling dan Trading Range pada Bursa Efek Jakarta”. Pengujian terhadap signaling adalah dengan membandingkan pertumbuhan laba perusahaan yang melakukan pemecahan saham sebelum melakukan pemecahan saham dengan perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham dan membandingkan peningkatan laba setiap tahun selama empat tahun sebelum pemecahan saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham. Hasil pengujian ini tidak membuktikan adanya signaling. Sedangkan pengujian terhadap trading range adalah dengan membandingkan harga pasar saham perusahaan yang melakukan pemecahan saham dengan perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham dan membandingkan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pemecahan saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham. Hasil pengujian ini membuktikan adanya trading range.

Farinha dan Nuno (2006) melakukan penelitian dengan judul “Stock Splits: Real Effects orJust a Question of Maths? (An Empirical Analysis of ThePortuguese Case)”. Penelitian dilakukan di pasar modal Portugis selama periode Oktober 1999 sampai dengan Juni 2003. Selama periode ini terdapat sebanyak 26 peristiwa stock split yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan volume perdagangan, resiko sistematis saham dan earning per share tidak mengalami perbedaan yang signifikan dan terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan di sekitar tanggal pengumuman stock split.

Kurniawati (2003) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham: Studi Empiris pada


(38)

Non-Synchronous Trading”.Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan stock split pada periode Juni 1994 sampai Juni 1997 di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini menganalisis kandungan informasi dari pengumuman stock split yang dilihat dari ada tidaknya abnormal return di sekitar tanggal peristiwa dan menguji reaksi pasar terhadap pengumuman stock split melalui tingkat likuiditas saham yang meliputi resiko sistematis, volume perdagangan dan bid-ask spread saham.Hasil penelitian menunjukkan bahwa stock split memiliki kandungan informasi sehingga direspon oleh pasar yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return. Pada pengujian likuiditas saham menunjukkan hanya beta saja yang memiliki perbedaan yang signifikan, sedangkan volume perdagangan dan bid-ask spreadtidak berbeda secara signifikan sebelum dan sesudah stock split.

Sutrisno et al. (2000) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham dan Return Saham di BEJ.” Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang melakukan pemecahan saham pada periode 1996-1997, yaitu sejumlah 15 perusahaan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan varians saham dan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split dan terdapat perbedaan harga saham, volume perdagangan saham dan bid-ask spread yang signifikan sebelum dan sesudah stock split baik ditinjau secara individual maupun sebagai sebuah portofolio.

Tabel 2.1 di bawah ini merupakan ringkasan penelitian terdahulu tentang pemecahan saham.


(39)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Peneliti

(Tahun)

Judul Variabel

Penelitian

Teknik Analisis

Hasil Penelitian

1. Ellen

Rusliati dan Esti Nur Farida (2010) Pemecahan Saham Terhadap Likuiditas dan Return Saham

Variabel Independen: Stock Split Variabel Dependen: Bid-Ask Spread dan Abnormal return

Paired Sample t-Test

Tidak terdapat perbedaan bid-ask spread dan abnormal return yang signifikan

sebelum dan sesudah stock split

2. Tiwi

Nurjannati Utami, Ghozali Maski dan H.M. Syafe’i Idrus (2009) Dampak Pengumuman Stock Split Terhadap Return, Variabilitas Tingkat Keuntungan dan AktivitasVolu me Perdagangan Saham Variabel Independen: Stock Split Variabel Dependen:

Abnormal return, Variabilitas Tingkat Keuntungan, Aktivitas Volume Perdagangan Paired Sample t-Test Tidak terdapat perbedaan abnormal return, varibilitas tingkat keuntungan dan volume perdagangan saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split

3. Abdul

Hafiz Tanjung (2007)

Stock Split: Pengujian Terhadap Signaling dan Trading Range pada Bursa Efek Jakarta Variabel Independen: Stock Split Variabel Dependen: Pertumbuhan Laba, Peningkatan Laba, Harga Saham, Volume Perdagangan Saham Paired Sample t-Test Terdapat perbedaan volume perdagangan saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split

4. Jorge

Farinha dan Nuno Filipe Basilio (2006)

Stock Splits: Real Effects or

Just a Question of Maths? (An Empirical Analysis of The Portuguese Case) Variabel Independen: Stock Split Variabel Dependen: Volume Perdagangan Saham, Abnormal Return, Beta

Paired Sampe t-Test Terdapat perbedaan abnormal return yang sangat signifikan pada saat dan setelah

pengumuman stock split dan


(40)

No. Peneliti (Tahun)

Judul Variabel

Penelitian

Teknik Analisis

Hasil Penelitian

Saham, EPS tidak terdapat

perbedaan volume perdagangan, beta saham dan EPS yang signifikan

5. Indah

Kurniawati (2003)

Analisis Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham: Studi Empiris pada Non-Synchronous Trading Variabel Independen: Stock Split Variabel Dependen:

Abnormal Return, Resiko Sistematis (Beta), Volume Perdagangan

Saham dan

Bid-ask Spread Paired Sample t-Test Terdapat perbedaan beta saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split dan tidak terdapat perbedaan volume perdagangan saham dan bid-ask spread yang signifikan sebelum dan sesudah stock split

6. Wang

Sutrisno, Francisca Yuniartha dan Soffy Susilowati (2000) Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta Variabel Independen: Stock Split Variabel Dependen: Harga Saham, Volume Perdagangan

Saham, Bid-Ask

Spread, Varians Saham, Abnormal Return Paired Sample t-Test Tidak terdapat perbedaan varians saham, abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split dan terdapat perbedaan harga saham, volume perdagangan saham dan bid-ask spread yang signifikan sebelum dan sesudah stock split


(41)

2.3Kerangka Konseptual

Event study merupakan studi untuk mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman dan menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman. Peristiwa yang diamati dalam penelitian ini adalah pemecahan saham (stock split). Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga pada sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau abnormal return. Marwata (2001: 154) menyatakan bahwa harga saham yang menjadi lebih rendah setelah stock split menyebabkan banyaknya transaksi yang akan dilakukan sehingga harga saham sering berubah dan memberikan peluang bagi investor untuk memperoleh abnormal return.

Ketika kebijakan stock split memberikan informasi, pasar diharapkan akan bereaksi pada saat informasi tersebut diterima. Pasar menganggap informasi tersebut merupakan berita baik (good news) ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang positif, artinya terjadi kenaikan harga saham perusahaan yang dapat meningkatkan return bagi pemegang saham. Jika pasar menganggap bahwa informasi tersebut merupakan berita buruk (bad news) maka abnormal return bernilai negatif, artinya terjadi penurunan harga saham (Almilia dan Emanuel, 2005: 3).

Selain menggunakan abnormal return, reaksi pasar juga dapat dilihat dari perubahan volume perdagangan saham yang diukur dengan menggunakan Trading VolumeActivity(TVA).Survei yang dilakukan oleh Baker dan Gallagher (1980) dan Rozef (1998) dalam Rohana et al. (2003: 604) menunjukkan bahwa


(42)

manajer cenderung menyebutkan alasan likuditas sebagai motivasi aktivitas stock split. Ikenberry et al. (1996) menyatakan bahwa stock split mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Dengan adanya stock split, harga saham akan menjadi lebih rendah sehingga akan menarik investor untuk memiliki saham tersebut. Menurut Copeland (1979), semakin banyak investor yang melakukan transaksi terhadap saham tersebut maka volume perdagangan saham akan meningkat sehingga saham semakin likuid.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat disusun model kerangka konseptual yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris(Suryabrata, 2006:21). Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Abnormal Return Sebelum Stock Split

Trading Volume Activity (TVA) Sebelum Stock Split

Trading Volume Activity (TVA) Sebelum Stock Split

Abnormal Return Sesudah Stock Split


(43)

H1: Terdapat perbedaanabnormal returnsaham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split

H2: Terdapat perbedaan trading volume activity saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split

BAB III


(44)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena ini dapat berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan antara fenomena satu dengan lainnya. Penelitian juga menggunakan pendekatan kuantitatif angka-angka statistik yang bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antarvariabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan menggunakan situs

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakansejak bulan November 2013 sampai denganbulan April 2014.


(45)

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari: 1. Variabel independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemecahan saham (stock split).

2. Variabel dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah abnormal return dan trading volume activity.

b. Data yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Tanggal pengumuman stock split yang digunakan sebagai event date (t0) 2. Harga saham penutupan harian perusahaan yang melakukan stock split pada

periode pengamatan, yaitu 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah pengumuman stock split

3. Data harian Index Harga Saham Gabungan (IHSG) 4. Jumlah saham yang diperdagangkan secara harian 5. Jumlah saham yang beredar atau listed share

3.4 Definisi Operasional Variabel

a. Stock Split

Pemecahan saham (stock split) adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per lembarnya secara proporsional (Halim, 2005:97).


(46)

b. Abnormal Return

Abnormal returnatau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal atau selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi (Jogiyanto, 2003:434).

ARi,t = Ri,t – E[Ri,t]

Keterangan:

ARi,t = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke –t

Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i untuk periode

peristiwa ke-t

E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t

Actual return atau return sesungguhnya merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam periode tertentu, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ri,t =

��,�−��,�−1 ��,�−1 Keterangan:

Ri,t = actual return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Pi,t = harga saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Pi, t-1 = harga saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t-1

Expected return adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Penelitian ini menggunakan market-adjusted model untuk menghitung expected return dengan rumus:

E[Ri,t] = R

Keterangan:


(47)

E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

RMt = return indeks pasar pada periode estimasi ke-t yang dapat dihitung

dengan rumus RMt =

IHSG t – IHSG t−1

IHSG t−1 dengan IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan

Average Abnormal Return(ARR) merupakan rata-rata abnormal return (ARi,t) dari setiap jenis saham yang dianalisis (Samsul, 2006:276):

AARt =

∑ ���,� � Keterangan:

AARt = rata-rata abnormal return pada waktu t

ARi,t

c. Trading Volume Activity (TVA)

= abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke –t N = jumlah periode jendela

Volume perdagangan saham dapat dilihat dengan menggunakan indikator trading volume activity, yaitu dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan jumlah saham yang beredar dari perusahaan tersebut pada kurun waktu yang sama, menurut Jones (2002) dalam Ghoniyah et al. (2008: 6) didapat persamaan sebagai berikut:

TVAi,t=

∑ saham i yang diperdagangkan pada waktu t ∑ saham i yang beredar pada waktu t

Jika trading volume activity setiap perusahaan pada tujuh hari sebelum dan tujuh hari sesudah stock split diketahui, selanjutnya dihitung rata-rata TVA sebelum dan sesudah stock split dengan rumus:


(48)

XTVAi,t

Keterangan: XTVA

= ∑ ����,� �

i,t= rata-ratatrading volume activity perusahaan i pada waktu t

∑ TVAi,t

No.

= trading volume activity perusahaan i pada waktu t N = jumlah periode jendela

Tabel 3.1

Ringkasan Definisi Operasional Variabel Variabel

Penelitian

Definisi Operasional

Pengukuran 1. Abnormal

Return

Selisih antara return

sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi

ARi,t = Ri,t – E[Ri,t]

2. Trading Volume Activity Perbandingan antara jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan pada periode tertentu dengan jumlah saham yang beredar pada kurun waktu yang sama

TVAi,t=

∑ saham i yang diperdagangkan pada waktu t

∑ saham i yang beredar pada waktu t

3.5Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan kebijakan stock split pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, yaitu sebanyak 43emiten.


(49)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non-probability sampling dengan metode purposive sampling.Metode purposive sampling adalah metode penetapan sampel dengan didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria-kriteria tersebut bertujuan memberikan informasi yang maksimal (Suliyanto, 2006: 125). Adapun kriteria dalam pengambilan sampel adalah:

1. Perusahaan hanya melakukan kebijakan stock split sebanyak sekali selama tahun 2009-2013 sehingga tidak terjadi perhitungan ganda.

2. Perusahaan hanya melakukan kebijakan stock split dan tidak melakukan kebijakan (corporate action) lainnya, seperti warrant, right issue, dan pengumuman lainnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengantisipasipengaruhyang ditimbulkan peristiwa lain terhadap harga dan volume perdagangan saham.

3. Saham aktif diperdagangkan selama periode pengamatan, yaitu 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah pengumuman stock split.

4. Perusahaan memiliki data yangtersedia secara lengkap untuk kebutuhan analisis.

Berdasarkan kriteria-kriteria pemilihan sampel, maka perusahaanyang memenuhi kriteria dan akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 emiten.

Tabel 3.2

Daftar Sampel Penelitian No. Kode

Saham

Nama Perusahaan Tanggal

Pengumuman Stock Split

Rasio Stock Split 1. CTRA Ciputra Development Tbk 15 Juni 2010 1:2


(50)

2. TURI Tunas Ridean Tbk 17 Juni 2010 1:4 3. DVLA Darya-Varia Laboratoria

Tbk

12 November 2010

1:2

4. CPIN Charoen Pokphand

Indonesia Tbk

08 Desember 2010

1:5 5. BBRI Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk

11 Januari 2011 1:2 6. LSIP PP London Sumatera Tbk 25 Februari 2011 1:5 7. BTPN Bank Tabungan Pensiunan

Nasional Tbk

28 Maret 2011 1:5

8. INTA Intraco Penta Tbk 06 Juni 2011 1:5

9. MAIN Malindo Feedmill Tbk 15 Juni 2011 1:5 10. AUTO Astra Otoparts Tbk 24 Juni 2011 1:5 11. SSIA Surya Semesta Internusa

Tbk

07 Juli 2011 1:4 12. MTFN Capitalinc Investment Tbk 11 Juli 2011 1:5 13. JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk 26 Juli 2011 1:5

14. PTRO Petrosea Tbk 06 Maret 2012 1:10

15. ASII Astra International Tbk 05 Juni 2012 1:10

16. IMAS Indomobil Sukses

Internasional Tbk

07 Juni 2012 1:2 17. IDKM Indosiar Karya Media Tbk 03 Oktober 2012 1:5 18. KLBF Kalbe Farma Tbk 08 Oktober 2012 1:5 19. SCMA Surya Citra Media Tbk 29 Oktober 2012 1:5 20. ACES Ace Hardware Indonesia

Tbk

01 November 2012

1:10

21. BRNA Berlina Tbk 06 November

2012

1:5 22. JPFA JAPFA Comfeed Indonesia

Tbk

19 April 2013 1:5 23. TLKM Telekomunikasi Indonesia

Tbk

28 Agustus 2013 1:5 24. MDLN Modernland Realty Tbk 13 November 1:2 No. Kode

Saham

Nama Perusahaan Tanggal

Pengumuman Stock Split

Rasio Stock Split 2013

25. ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk

29 November 2013

1:5 Sumber:


(51)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya (Suliyanto, 2006: 132). Sumber data penelitian ini antara lain diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009-2013, IDX Statisticstahun 2009-2013, dan mengakses websit

3.7Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dan studi dokumentasi, yaitu mencatat dan menelaah aspek-aspek atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian.Metode pengumpulan data melalui studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dari literatur, jurnal dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Metode pengumpulan data melalui studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data yang dipublikasikan disitus resmi Bursa Efek Indonesia (BEI)yaitIndonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009-2013dan data historis lainnya dengan mengakses websit

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity pada periode sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham. Peneliti menggunakan bantuan program software SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 16.0 for Windows dalam penelitian ini.


(52)

Jendela peristiwa (event window) yang digunakan dalam penelitian ini adalah tujuh hari sebelum stock split (t-7 sampai dengan t-1) dan tujuh hari sesudahstock split (t+1 sampai dengan t+7), sedangkan tanggal stock split merupakan hari ke-0 (t0). Penentuan event window tersebut untuk menghindari pengaruh informasi lain yang dapat mempengaruhi perubahan volume perdagangan dan harga saham yang bersangkutan.Jika periode pengamatandiambil terlalu lama dikhawatirkan akan terjadi confounding effect, yaitu dampak tercampurnya suatu peristiwa dengan peristiwa lain yang dapat memengaruhi hasil.

Event Date

-7 0 +7

Event Window

Gambar 3.1

Jendela Peristiwa (Event Window) dan Tanggal Pengumuman (EventDate) Stock Split

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2006: 19).


(53)

Dalam mendeteksi normalitas data, peneliti menggunakan uji statistikKolmogorov-Smirnov. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak, dengan membandingkan Asymptotic Significance dengan tingkat keyakinan (α).Dalam pengujian ini tingkat keyakinan (α ) yang digunakan adalah 0,05.

Adapun kriteria pengujian adalah sebagai berikut (Santoso, 2012: 45): a. JikaAsymp. Sig> 0,05, maka databerdistribusi normal.

b. Jika Asymp. Sig<0,05, maka data tidak berdistribusi normal.

Uji normalitas ini akan dapat menentukan alat uji selanjutnya yang digunakan dalam penelitian. Jika hasil uji menunjukkan data berdistribusi normal, maka uji beda yang digunakan adalah uji parametrik (paired sample t-test). Tetapi jika data tidak berditribusi normal, maka uji beda yang digunakan adalah uji non-parametrik (wilcoxon signed rank test).

3.8.3 Uji Hipotesis

Apabila data berditribusi normal, maka pengujian terhadap hipotesis menggunakananalisis statistik parametrik (paired sample t-test).Sementaraapabila data tidak berditribusi normal, maka pengujian terhadap hipotesis menggunakan analisis statistik non-parametrik (wilcoxon signed rank test).

1. Paired Sample t-Test

Paired sample t-test atau uji sampel berpasangan merupakan uji parametrik yang digunakan untuk menguji sampel yang dipasangkan dari dua periode pengamatan yang berbeda, yaitu sebelum dan sesudah diberi perlakuan (treatment). Prosedur pengujiannya adalah:


(54)

a. Merumuskan hipotesis

Pengujian ini menggunakan hipotesis: 1. H01 : AARsebelum=AARsesudah

H

, artinya tidak terdapat perbedaan averageabnormal return saham sebelum dan sesudah stock split

a1 : AARsebelum≠ AARsesudah

2. H

, artinya terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah stock split

o2 : XTVAsebelum =XTVAsesudah

H

, artinya tidak terdapat perbedaan trading volume activity saham sebelum dan sesudah stock split

a2 : XTVAsebelum≠ XTVAsesudah

b. Menentukan level of significance, yaitu sebesar 5% atau α = 0,05

, artinya terdapat perbedaan trading volume activity saham sebelum dansesudah stock split

c. Melakukan pengujian dengan alat uji paired sample t-test d. Kriteria pengujian:

Berdasarkan perbandingan thitung dengan ttabel:

H0 diterima jika thitung ≤ ttabel atau thitung ≥ -ttabel

Haditerima jika thitung > ttabel atau thitung < -ttabel

Berdasarkan nilai probabilitas: H0 diterima jika Pvalue ≥ α (5%)

Haditerima jika Pvalue

2. Wilcoxon Signed Rank Test < α (5%)

Prosedur pengujian dalamwilcoxon signed rank test adalah: a. Merumuskan hipotesis


(55)

c. Melakukan pengujian dengan alat uji wilcoxon signed rank test d. Kriteria pengujian:

Berdasarkan perbandingan Zhitung dan Ztabel:

H0 diterima jika Zhitung ≤ Ztabel atau Zhitung ≥ -Ztabel

Ha diterima jika Zhitung > Ztabel atau Zhitung < -Ztabel

Berdasarkan nilai probabilitas: H0 diterima jika Pvalue ≥ α (5%)

Ha diterima jika Pvalue

Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun

< α (5%)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan


(56)

1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia I (1914-1918) dan II (1942-1952), perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Bursa Efek Indonesia berawal dari pendirian bursa di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang diperjual-belikan adalah saham dan obligasi perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan pemerintah Hindia Belanda serta sekuritas Belanda lainnya. Perkembangan bursa efek yang pesat menarik pemerintahan Hindia Belanda untuk mendirikan bursa di Semarang dan Surabaya pada tahun 1925. Perang dunia II yang terjadi sekitar tahun 1939 menyebabkan perkembangan pasar modal terhenti. Bursa efek di Indonesia resmi ditutup pada tanggal 10 Mei 1940. Tetapi kemudian pada tanggal 23 Desember 1940 bursa efek di Jakarta (Batavia) sempat dibuka kembali, walaupun kemudian ditutup kembali ketika Jepang masuk Indonesia.

Pasar modal mulai digiatkan dengan dibukanya kembali Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada 3 Juni 1952. Pembukaan BEJ tersebut didorong penerbitan obligasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1950. Pada tahun 1956-1977, perdagangan bursa efek semakin tidak aktif karena banyaknya warga Belanda


(57)

yang meninggalkan Indonesia dan dilakukannya nasionalisasi terhadap perusahaan Belanda di Indonesia. Hal ini terjadi sampai dengan berakhirnya masa pemerintahan Orde Lama.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pengaktifan kembali pasar modal di Indonesia dimulai dengan pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) dan pembukaan pasar modal pada 10 Agustus 1977. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Selama kurun waktu 1977-1988, perdagangan di Bursa Efek sangat lesu karena masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen pasar modal. Pada tahun 1987, pemerintah mengeluarkan Paket Desember 1987 (Pakdes 1987) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. Kemudian, pemerintah mengeluarkan Paket Desember 1988 (Pakdes 88) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

Pada tanggal 16 Juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta, yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Selanjutnya, pada tanggal 13 Juli 1992, BEJ diprivatisasi dan Badan Pelaksana Pasar Modal berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Pada tahun 1995, Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya dan diberlakukannya sistem otomatisasi perdagangan di BEJ dengan sistem komputer JATS (JakartaAutomated Trading System). Pada tanggal 10 November 2007, Bursa


(58)

Efek Surabaya (BES) bergabung dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Sampel 1. PT Ciputra Development Tbk (CTRA)

PT Ciputra Development Tbk adalah perusahaan yang dirintis oleh Dr. (HC) Ir. Ciputra beserta keluarga dan didirikan berdasarkan Akta Notaris Hobropoerwanto, S.H., No. 22 tanggal 22 Oktober 1981. Ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah mendirikan dan menjalankan usaha di bidang pembangunan dan pengembangan perumahan (real estate), rumah susun (apartemen), perkantoran, pertokoan, pusat niaga, tempat rekreasi dan kawasan wisata beserta fasilitas-fasilitasnya serta mendirikan dan menjalankan usaha-usaha di bidang yang berhubungan dengan perencanaan, pembuatan serta pemeliharaan sarana perumahan. Kegiatan usaha perusahaansecara komersial dimulai pada tahun 1984.

Berdasarkan Surat BAPEPAM-LK No. S-298/PM/1994 tanggal 18 Februari 1994, perusahaan memperoleh pernayataan efektif untuk melakukan penawaran umum perdana sejumlah 50 juta saham dengan nilai nominal Rp. 1.000 per saham.Pada tahun 1994, perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang disusul oleh dua anak perusahaan yaitu PT Ciputra Surya Tbk pada tahun 1999 dan PT Ciputra Property Tbk pada tahun 2007.

2. PT Tunas Ridean Tbk (TURI)

PT Tunas Ridean Tbk didirikan berdasarkan Akta Notaris Winanto Wiryomartani, S.H., No. 102 tanggal 24 Juli 1980. Ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah keagenan, penyaluran, industri, perdagangan, pengangkutan


(59)

dan kontraktor. Kegiatan komersial perusahaan dimulai pada tahun 1981. Seluruh saham perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 16 Mei 1995.

3. PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA)

PT Darya-Varia Laboratoria Tbk didirikan berdasarkan Akta Notaris Abdul Latief, S.H.,No. 5 tanggal 5 Februari 1976 sebagaimana telah diubah dengan Akta No. 148 tanggal 30 April 1976. Perusahaan bergerak dalam bidang manufaktur, perdagangan, distribusi produk-produk farmasi, produk-produk kimia yang berhubungan dengan farmasi dan perawatan kesehatan. Perusahan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1976.

Pada tanggal 12 Oktober 1994, perusahaan melakukan penawaran saham perdana sejumlah 10 juta saham dengan nilai nominal Rp. 1.000 per saham dan harga penawaran Rp. 6.200 per saham. Seluruh saham dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 11 November 1994.

4. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbkdidirikan berdasarkanAkta Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, S.H.,No. 6 tanggal 7 Januari 1972 sebagaimana telah diubah dengan Akta No.5 tanggal 7 Mei 1973.Ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan adalah produksi dan perdagangan pakan ternak, daging ayam olahan dan peralatan peternakan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1972.

Pada tahun 1991, perusahaan melakukan penawaran umum perdana sebanyak 2.500.000 saham dengan nilai nominal Rp. 1.000 per saham. Pada tanggal 18


(1)

Ket. Tanggal Harga Saham

Actual Return

IHSG Expected Return

Abnormal Return

0 29/11/2013 1.020 -0,7806452 4.256,44 0,0053189 -0,7859641 -1 28/11/2013 4.650 -0,0106383 4.233,92 -0,0041327 -0,0065056 -2 27/11/2013 4.700 -0,0208333 4.251,49 0,0038321 -0,0246654 -3 26/11/2013 4.800 0 4.235,26 -0,022963 0,022963 -4 25/11/2013 4.800 -0,0103093 4.334,8 0,0039 -0,0142093 -5 22/11/2013 4.850 0,0104167 4.317,96 -0,001907 0,0123236 -6 21/11/2013 4.800 -0,04 4.326,21 -0,0056495 -0,0343505 -7 20/11/2013 5.000 -0,047619 4.350,79 -0,0108109 -0,0368082

19/11/2013 5.250 4.398,34

Rata-rata Abnormal Return Sebelum Stock Split -0,0116075 Ket. Tanggal Harga

Saham

Actual Return

IHSG Expected Return

Abnormal Return

0 29/11/2013 1.020 -0,7806452 4.256,44 0,0053189 -0,7859641 1 02/12/2013 1.130 0,1078431 4.231,98 -0,0057466 0,1135897 2 03/12/2013 1.130 0 4.288,76 0,0134169 -0,0134169 3 04/12/2013 1.120 -0,0088496 4.241,3 -0,0110661 0,0022166 4 05/12/2013 1.120 0 4.216,89 -0,0057553 0,0057553 5 06/12/2013 1.120 0 4.180,79 -0,0085608 0,0085608 6 09/12/2013 1.120 0 4.214,34 0,0080248 -0,0080248 7 10/12/2013 1.090 -0,0267857 4.275,68 0,0145551 -0,0413408 Rata-rata Abnormal Return Sesudah Stock Split 0,00962 Ket. Tanggal Trading

Share

Listed Share Trading Volume Activity Rata-rata Trading Volume Activity

-7 20/11/2013 1.380.500 1.012.360.000 0,0013636 0,0009407 -6 21/11/2013 872.000 1.012.360.000 0,0008614

-5 22/11/2013 678.000 1.012.360.000 0,0006697 -4 25/11/2013 689.000 1.012.360.000 0,0006806 -3 26/11/2013 776.000 1.012.360.000 0,0007665 -2 27/11/2013 698.000 1.012.360.000 0,0006895 -1 28/11/2013 1.572.500 1.012.360.000 0,0015533 0 29/11/2013 17.965.000 5.061.800.000 0,0035491

1 02/12/2013 13.574.000 5.061.800.000 0,0026817 0,001409 2 03/12/2013 10.787.500 5.061.800.000 0,0021312

3 04/12/2013 2.102.000 5.061.800.000 0,0004153 4 05/12/2013 7.383.500 5.061.800.000 0,0014587 5 06/12/2013 5.675.000 5.061.800.000 0,0011211 6 09/12/2013 5.778.000 5.061.800.000 0,0011415 7 10/12/2013 4.624.500 5.061.800.000 0,0009136


(2)

Rata-rata Abnormal Return dan Trading Volume Activity Sebelum dan

Sesudah Stock Split

No.

Kode Saham

Rata-rata

Abnormal Return

Sebelum

Stock Split

Sesudah Stock Split

1.

CTRA

0,0124547

-0,0230642

2.

TURI

0,0059272

-0,0077125

3.

DVLA

0,0229528

-0,0029595

4.

CPIN

-0,0015790

-0,7855624

5.

BBRI

-0,0095858

-0,0004995

6.

LSIP

-0,0086540

0,0103075

7.

BTPN

0,0055890

-0,0091210

8.

INTA

0,0065986

-0,0119931

9.

MAIN

-0,0025570

-0,0061698

10.

AUTO

0,0030103

0,0132672

11.

SSIA

-0,0022401

0,0032811

12.

MTFN

0,0110084

-0,0051363

13.

JTPE

-0,0037656

-0,0167122

14.

PTRO

0,0138784

-0,0205063

15.

ASII

0,0005895

-0,0014413

16.

IMAS

-0,0088662

-0,0078360

17.

IDKM

-0,0001976

-0,0192480

18.

KLBF

0,0128536

0,0036773

19.

SCMA

-0,0022803

0,0036921

20.

ACES

0,0057565

-0,0031454

21.

BRNA

-0,0009488

0,0128474

22.

JPFA

0,0016906

-0,0016753

23.

TLKM

0,0038488

-0,0123272

24.

MDLN

0,0006235

0,0032871

25.

ROTI

-0,0116075

0,0096200

No.

Kode Saham

Rata-rata

Trading Volume Activity

Sebelum

Stock Split

Sesudah

Stock Split

1.

CTRA

0,0009300

0,0017831

2.

TURI

0,0028977

0,0042734

3.

DVLA

0,0001753

0,0001452

4.

CPIN

0,0038661

0,0017229

5.

BBRI

0,0029108

0,0017965

6.

LSIP

0,0038294

0,0028843

7.

BTPN

0,0002841

0,0001704

8.

INTA

0,0188835

0,0108628

9.

MAIN

0,0035419

0,0028142

No.

Kode Saham

Rata-rata

Trading Volume Activity

Sebelum

Stock Split

Sesudah

Stock Split


(3)

10.

AUTO

0,0004312

0,0007609

11.

SSIA

0,0045381

0,0093224

12.

MTFN

0,0001180

0,0001490

13.

JTPE

0,0089304

0,0041944

14.

PTRO

0,0017337

0,0052186

15.

ASII

0,0009963

0,0009292

16.

IMAS

0,0007679

0,0009812

17.

IDKM

0,0004008

0,0003210

18.

KLBF

0,0011613

0,0005979

19.

SCMA

0,0000749

0,0001795

20.

ACES

0,0002905

0,0005627

21.

BRNA

0,0041066

0,0025621

22.

JPFA

0,0004498

0,0004807

23.

TLKM

0,0014204

0,0011071

24.

MDLN

0,0028657

0,0012235

25.

ROTI

0,0009407

0,0014090


(4)

Hasil Pengolahan SPSS

Hasil Analisis Statistik Deskriptif Abnormal Return

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Sebelum 25 -1.1607500E-2 .0229528 .002180000 .0082339708

Sesudah 25 -7.8556240E-1 .0132672 -3.500521200E-2 .1566914571

Valid N (listwise) 25

Hasil Analisis Statistik Deskriptif Trading Volume Activity

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Sebelum 25 .0000749 .0188835 .002661804 .0039495416

Sesudah 25 .0001452 .0108628 .002258080 .0027456593

Valid N (listwise) 25

Hasil Uji Normalitas Abnormal Return

Hasil Uji Normalitas Trading Volume Activity (TVA)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sebelum Sesudah

N 25 25

Normal Parametersa Mean .002180000 -3.500521200E-2

Std. Deviation .0082339708 .1566914571

Most Extreme Differences Absolute .096 .490

Positive .096 .379

Negative -.083 -.490

Kolmogorov-Smirnov Z .479 2.452


(5)

Sebelum Sesudah

N 25 25

Normal Parametersa Mean .002661804 .002258080

Std. Deviation .0039495416 .0027456593

Most Extreme Differences Absolute .256 .247

Positive .237 .247

Negative -.256 -.221

Kolmogorov-Smirnov Z 1.281 1.234

Asymp. Sig. (2-tailed) .075 .095

Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Abnormal Return

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Sesudah - Sebelum Negative Ranks 16a 14.62 234.00

Positive Ranks 9b 10.11 91.00

Ties 0c

Total 25

a. Sesudah < Sebelum b. Sesudah > Sebelum c. Sesudah = Sebelum

Test Statisticsb

Sesudah - Sebelum

Z -1.924a

Asymp. Sig. (2-tailed) .054

a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test


(6)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Sebelum .002661804 25 .0039495416 .0007899083

Sesudah .002258080 25 .0027456593 .0005491319

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Sebelum & Sesudah 25 .810 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-taile

d) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Sebelum -

Sesudah .0004037

240

.0023592 164

.0004718 433

-.0005701 127

.0013775


Dokumen yang terkait

Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

4 67 113

Analisis Perbedaan Abnormal Return Dan Trading Volume Activity Saham Sebelum Dan Sesudah Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden Republik Indonesia Tahun 2014

5 89 132

ANALISIS PERBANDINGAN ABNORMAL RETURN, VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN LIKUIDITAS SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

4 68 11

Analisis Perbedaan Return Saham, Trading Volume Activity (TVA), dan Varians Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2005-2009)

0 45 80

Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

0 53 113

ANALISIS PERBANDINGAN TRADING COST, VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN ABNORMAL RETURN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT (Studi Pada Perusahaan Go Public Yang Melakukan Stock Split Periode Tahun 2010 – 2013)

1 11 55

Analisis Trading Volume Activity dan Abnormal Return Sebelum Sesudah Stock Split.

0 1 21

Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013)

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013)

0 1 10

Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013)

0 0 11