Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Definisi Operasional Data

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Daerah atau wilayah yang menjadi sasaran penelitian pertumbuhan investasi ini adalah enam provinsi di Pulau Jawa yaitu Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Banten. Adapun alasan dipilihnya Pulau Jawa sebagai tempat atau lokasi penelitian, karena pertumbuhan investasi baik PMA ataupun PMDN di Pulau Jawa mempunyai nilai investasi paling tinggi dibandingkan dengan pulau–pulau yang lain di Indonesia. Pada kenyataannya terdapat ketidakseimbangan investasi antar provinsi di Pulau Jawa, dimana sebagian besar investor lebih banyak menanamkan modalnya di Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder tersebut berupa data investasi Indonesia dan data investasi enam provinsi di Pulau Jawa seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Banten, yang disajikan persektor oleh BKPM Badan Koordinasi Penanama Modal dan data pendukung lainnya yang diperoleh dari BPS dan perpustakaan IPB.

3.3. Metode Analisis Shift Share

Alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan sektor investasi pada suatu wilayah tertentu adalah metode analisis shift share dengan menggunakan software Microsoft Excel. Berdasarkan analisis shift share, dapat diketahui perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya dan menunjukkan perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lain.

3.3.1. Analisis Investasi Enam Provinsi di Pulau Jawa dan Investasi Nasional.

Analisis investasi enam provinsi di Pulau Jawa dan investasi nasional digunakan untuk mengetahui pertumbuhan investasi nasional dan Investasi enam provinsi di Pulau Jawa baik PMA maupun PMDN dan perubahan investasi di enam provinsi baik PMA maupun PMDN sektor i pada wilayah j. Pada analisis shift share, apabila dalam suatu negara terdapat m daerahwilayahprovinsi j=1,2,3.....,m dan n sektor ekonomi i=1,2,3,.....,n maka investasi nasional baik PMDN maupun PMA nasional dari sektor i pada tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Investasi nasional dari sektor i pada tahun dasar analisis m Ii. = Σ Iij 3.1 j=1 dimana : Ii. = investasi nasional dari sektor i pada tahun 2001, Iij = investasi enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i pada tahun 2001. b. Investasi nasional dari sektor i pada tahun akhir analisis m I’i. = Σ I’i j 3.2 j=1 dimana : I’i. = investasi nasional dari sektor i pada tahun 2005, I’ij = investasi enam Provinsi di Pulau Jawa dari sektor i pada tahun 2005. Sedangkan investasi nasional pada tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis dirumuskan sebagai berikut : a. Investasi nasional pada tahun dasar analisis n m Ii.. = Σ Σ Iij 3.3 i=1 j=1 dimana : Ii.. = investasi nasional dari sektor i pada tahun 2001, Iij = investasi enam Provinsi di Pulau Jawa dari sektor i pada tahun 2001. b. Investasi provinsi pada tahun akhir analisis n m I’i.. = Σ Σ I’ij 3.4 i=1 j=1 dimana : I’i.. = investasi nasional dari sektor i pada tahun 2005, I’ij = investasi enam Provinsi di Pulau Jawa dari sektor i pada tahun 2005. Perubahan investasi enam provinsi di pulau jawa sektor i pada wilayah j dapat dirumuskan sebagai berikut : ∆ Iij = I’ij – Iij 3.5 dimana : ∆ Iij = perubahan investasi enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i, Iij = investasi enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i di tahun 2001, I’ij = investasi enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i di tahun 2005. Sedangkan rumus persentase perubahan investasi enam provinsi di pulau jawa adalah sebagai berikut : I’ij - Iij ∆ Iij = X 100 3.6 Iij 3.3.2. Analisis Rasio Investasi Enam Provinsi di Pulau Jawa dan Investasi Nasional nilai ri, Ri dan Ra Rasio investasi enam provinsi di Pulau Jawa dan investasi nasional digunakan untuk melihat perbandingan investasi enam provinsi di Pulau Jawa dengan investasi nasional sektor ekonomi di suatu wilayah tertentu. Rasio ini terbagi atas ri, Ri dan Ra. a. ri ri menunjukkan selisih antara investasi enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis dengan investasi enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis dibagi investasi enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis. Nilai ri dapat dirumuskan sebagai berikut: Iij Iij ij I ri − = 3.7 Dimana : I’ij = investasi enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i di tahun 2005, Iij = investasi enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i di tahun 2001.

b. Ri

Ri menunjukkan selisih antara investasi nasional dari sektor i pada tahun akhir analisis dengan investasi nasional dari sektor i pada tahun dasar analisis dibagi investasi nasional dari sektor i pada tahun dasar analisis. Adapun nilai rumus Ri adalah sebagai berikut: . . . Ii Ii i I Ri − = 3.8 dimana : I’i. = investasi nasional dari sektor i pada tahun 2005, Ii. = investasi nasional dari sektor i pada tahun 2001. c. Ra Ra menunjukkan selisih antar investasi nasional pada tahun akhir analisis dengan investasi nasional pada tahun dasar analisis dibagi dengan investasi nasional pada tahun dasar analisis. Nilai Ra dirumuskan sebagai berikut: .. .. .. I I I Ra − = 3.9 dimana : I’.. = investasi nasional pada tahun 2005, I.. = investasi nasional pada tahun 2001. d. rw rw menunjukkan selisih antara investasi provinsi pada tahun akhir analisis dengan investasi provinsi pada tahun dasar analisis di bagi dengan investasi provinsi pada tahun dasar analisis. Nilai Rw dirumuskan sebagai berikut: j I j I j I rw − = 3.10 dimana : I’j = Investasi provinsi ke j di Pulau Jawa pada tahun 2005, Ij = Investasi provinsi ke j di Pulau Jawa pada tahun 2001.

3.3.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah

Analisis komponen pertumbuhan wilayah digunakan untuk mengidentifikasikan perubahan Investasi enam provinsi di pulau jawa baik PMA maupun PMDN antar tahun dasar analisis dengan tahun akhir analisis, yang terbagi atas tiga komponen pertumbuhan, yaitu : komponen pertumbuhan nasional PN, komponen pertumbuhan proporsional PP dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW. Ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut, apabila dijumlahkan akan didapatkan perubahan nilai investasi di sektor i pada wilayah j. a. Komponen Pertumbuhan Nasional PN PN merupakan perubahan investasi enam provinsi di Pulau Jawa baik PMA maupun PMDN suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan investasi enam provinsi di Pulau Jawa secara menyeluruh, perubahan kebijakan ekonomi nasional perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Adapun komponen investasi dirumuskan sebagai berikut: PNij = Ra Iij 3.11 dimana : PNij = komponen pertumbuhan nasional sektor i untuk wilayah j Iij = investasi enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i pada tahun 2001, Ra = persentase perubahan investasi enam provinsi di Pulau Jawa yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan nasional. b. Komponen Pertumbuhan Proporsional PP. PP tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri misalnya : kebijakan perpajakan dan subsidi dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Adapun PP dapat dirumuskan sebagai berikut: PPij = Ri-Ra . Iij 3.12 dimana : PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah j, Iij = Investasi enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i pada tahun 2001, Ri-Ra = persentase perubahan investasi enam provinsi di Pulau Jawa yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional. Apabila: PPij 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya lambat. PPij 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya cepat. c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW PPW timbul karena peningkatan penurunan investasi di enam provinsi di Pulau Jawa baik PMDN atau PMA dalam suatu sektor wilayah lainnya. Menurut Budiharsono 2001 cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komperatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. Rumus PPW adalah sebagai berikut : PPWij = ri – Ri. Iij 3.13 dimana : PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah j, Iij = investasi enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i pada tahun 2001, ri-Ri = persentase perubahan investasi enam provinsi di Pulau Jawa yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Apabila : PPWij 0, berarti sektor iwilayah j mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan sektor i wilayah j lainnya untuk sektor i. PPWij 0, berarti sektor i pada wilayah jtidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya. Adapun perubahan investasi provinsi di Pulau Jawa sektor i pada wilayah ke-j dirumuskan sebagai berikut: Δ Iij = PNij + PPij + PPWij 3.14 Sedangkan, Δ Iij = I’ij – Iij 3.15 Rumus ketiga komponen pertumbuhan wilayah adalah: PNij = Iij Ra 3.16 PPij = Iij Ri-Ra 3.17 PPWij = Iij ri – Ri 3.18 Apabila persamaan 3.14, 3.15, 3.16, dan 3.17, disubstitusikan ke persamaan 3.14, maka didapatkan : Δ Iij = PNij + PPij + PPWij 3.19 I’ij – Iij = Iij Ra + Iij Ri-Ra + Iij ri – Ri 3.20 dimana : Δ Iij = perubahan investasi sektor i pada wilayah j Iij = investasi enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i pada tahun 2001, I’ij = investasi enam propinsi di pulau jawa dari sektor i pada tahun 2005, Ra = persentase perubahan investasi enam provinsi di Pulau Jawa yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan nasional Ri-Ra = persentase perubahan investasi enam provinsi di Pulau Jawa yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional ri-Ri = persentase perubahan investasi enam provinsi di Pulau Jawa yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa wilayah.

3.3.4. Analisis Pergeseran Bersih

Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilayah dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan suatu sektor perekonomian. Pergeseran bersih sektor i pada wilayah j dapat dirumuskan sebagai berikut: PBij = PPij + PPWij 3.21 dimana : PBij = pergeseran bersih sektor i pada wilayah j PPij = komponen pertumbuhan proporsional enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah enam provinsi di Pulau Jawa dari sektor i. Apabila : PBij 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke dalam kelompok progresif maju PBij 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk lamban Pada Gambar 3.1, dapat dilihat garis yang memotong kuadran II dan kuadran IV melalui sumbu yang membentuk sudut 45º. Garis tersebut merupakan nilai PB.j = 0. Bagian atas garis tersebut menunjukkan PB.j 0 yang mengindikasikan bahwa wilayah-wilayah sektor-sektor tersebut pertumbuhannya progresif maju. Sebaliknya di bawah garis 45 º berarti PB.j 0, menunjukkan wilayah-wilayah sektor-sektor yang lamban. Untuk memudahkan pengolahan data investasi enam provinsi di Pulau Jawa, maka dalam analisisnya dibantu dengan menggunakan perangkat lunak komputer, yakni program Microsoft Excell. Kemudian hasil-hasil analisis dengan model analisis Shift Share tersebut digunakan sebagai dasar untuk merumuskan secara deskripsi pertumbuhan investasi di enam provinsi di pulau jawa periode tahun 1997-2005.

3.3.5. Analisis Profil Pertumbuhan Investasi

Profil pertumbuhan sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan investasi pada sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan pada kurun waktu yang telah ditentukan, dengan cara mengekspresikan persen perubahan komponen pertumbuhan proporsional PP ij dan pertumbuhan pangsa wilayah PPW ij . Pada sumbu horizontal, terdapat PP sebagai absis, sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat. Kuadran IV Kuadran I PP 45 o Kuadran III Kuadran II PPW Gambar 3.1. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian Sumber: Budiharsono 2001. Berdasarkan Gambar 3.1 maka sistematika pengklasifikasian analisis Shift Share dibagi atas: 1. Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut, baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektorwilayah yang bersangkutan merupakan wilayah progresif maju. 2. Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor terssebut dibandingkan dengan wilayah lainnya tidak baik. 3. Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah tersebut pertumbuhannya lamban dan daya saingnya kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah tersebut merupakan wilayah yang paling lamban pertumbuhannya. 4. Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-ssektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi daya saing sektor- sektor pada wilayah tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. 5. Garis 45 yang memotong pada kuadran II dan kuadran IV merupakan garis pemisah yang membatasi wilayah bagian atas dan wilayah bagian bawah. Garis miring tersebut nantinya akan menunjukkan wilayah yang berada di bagian atas garis tersebut merupakan wilayah yang progresif maju, sedangkan wilayah di bagian bawah garis tersebut merupakan daerah yang lambat tingkat pertumbuhannya.

3.4. Definisi Operasional Data

Operasional data merupakan variabel-variabel pendukung yang digunakan dalam analisis. Varibel-variabel operasional data tersebut akan didefinisikan sebagai berikut. 1. PMA dan PMDN PMA atau Penanaman Modal Asing merupakan upaya untuk meningkatkan jumlah modal yang berguna dalam pembangunan ekonomi, sumber modal tersebut berasal dari luar negeri salvatore, 1997. Sedangkan PMDN adalah bentuk upaya penambahan modal untuk pembangunan melalui investor dalam negeri, modal dalam negeri ini bisa didapat dari pihak swasta maupun pemerintah. Dalam data PMA dan PMDN, terdapat dua data operasional yaitu data persetujuan investasi dan data realisasi investasi, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data realisasi investasi. Alasan pemakaian data tersebut, karena data realisasi merupakan data akhir dari tahapan birokrasi investasi, didalam data ini perusahaan, individu atau negara yang menanamkan modal, merealisasikan modalnya dalam bentuk perusahaan, dan organisasi tersebut telah menjalani fungsi produksi serta memiliki tenaga kerja. Sedangkan definisi data persetujuan adalah penanam modal atau investor yang tertarik dengan sektor ekonomi wilayah tersebut atau sektor yang ditawarkan pemerintah, tetapi belum merealisasikan atau menjalankan fungsi produksi, alasannya jika faktor-faktor yang mempengaruhi investasi, seperti tingkat keuntungan investasi, tingkat bunga, ramalan mngenai keadaan ekonomi di masa depan, kemajuan teknologi, tingkat pendapatan nasional, keuntungan yang diperoleh perusahaan dan tingkat inflasi, akan berakibat buruk terhadap penanam modal atau investor, maka investor akan membatalkan semua perjanjian investasi. 2. Tahun dasar dan tahun akhir analisis Tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis yang digunakan, dianggap sebagai patokan dan dasar untuk menganalisis serta melakukan pengolahan data. Tahun dasar analisis merupakan patokan yang digunakan sebagai titik awal dalam menganalisis data untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, dalam penelitian ini tahun awal analisis yang digunakan adalah tahun 2001. Tahun akhir analisis digunakan sebagai titik akhir tahun data yang akan dianalisis, dalam penelitian ini tahun dasar analisis dilakukan pada tahun 2005 Budiharsono, 2001. 3. Sektor indikator kegiatan ekonomi Pertumbuhan investasi wilayah dapat dipacu melalui pertumbuhan pada sektor-sektor ekonomi yang diinvestasikan di wilayah tersebut. Adapun sektor ekonomi yang diinvestasikan terdiri dari sembilan sektor diantaranya: 1 sektor pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan. 2 sektor pertambangan. 3 sektor perindustrian. 4 sektor listrik, gas dan air. 5 sektor konstruksi. 6 sektor perdagangan, hotel dan restoran. 7 sektor pengangkutan, gudang dan komunikasi. 8 sektor real estate, kawasan industri dan perkantoran. 9 sektor jasa.

IV. GAMBARAN UMUM 4.1.

Letak Geografis Pulau Jawa Pulau Jawa adalah salah satu pulau di Indonesia yang memiliki kepadatan penduduk terbesar, pulau ini juga merupakan pulau ketigabelas terbesar di dunia. Luas Pulau Jawa adalah 129.306,48 km 2 dengan penduduk sekitar 130 juta kepadatan 1.895,9 jiwa per km 2 . Pulau Jawa dibagi menjadi enam provinsi yaitu: Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelum melakukan analisis mengenai pertumbuhan investasi enam provinsi di Pulau Jawa, dalam penelitian ini akan diuraikan mengenai karakteristik, potensi wilayah, kelengkapan infrastruktur, keberadaan sumber daya manusia dan lain-lain. Faktor-faktor yang telah disebutkan tadi akan dibandingkan dengan pertumbuhan investasi di masing-masing wilayah Pulau Jawa, agar dapat terjawab fenomena yang menyebutkan bahwa semakin lengkap infrastruktur, sumber daya alam, sumber daya manusia akan meningkatkan pertumbuhan investasi.

4.2. Potensi Wilayah Enam Provinsi di Pulau Jawa

Potensi wilayah dapat dilihat dari seberapa banyak produksi sumber daya alam yang dimiliki tiap wilayah, keunggulan sumber daya alam yang dimiliki oleh masing-masing wilayah merupakan daya tarik bagi para investor asing maupun dalam negeri untuk menanamkan modalnya di salah satu sektor tersebut. Sebagian besar sumber daya alam yang dimiliki enam provinsi Pulau Jawa meliputi