dilakukan terhadap pertumbuhan realisasi investasi pada enam provinsi di Pulau Jawa pada tahun waktu 2001 dan 2005.
2.3. Kerangka Pemikiran 2.3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis ini mencakup model analisis Shift Share, kelebihan dan kelemahan analisis Shift Share, analisis komponen pertumbuhan
wilayah, analisis PMA dan PMDN serta profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian. Masing-masing kerangka pemikiran ini akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Model analisis
Shift Share
Model analisis Shift Share pertama kali diperkenalkan oleh Perloff et al pada tahun 1960. Menurut Budiharsono 2001 analisis Shift Share ini
menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi, kesempatan kerja dan lain-lain, pada dua titik waktu di suatu wilayah. Analisis
Shift Share memiliki kemampuan untuk menunjukkan: 1.
Perkembangan sektor perekonomian disuatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas.
2. Perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif
dengan sektor-sektor lainnya. 3.
Perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor pada
wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah.
4. Perbandingan laju sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dengan laju
pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya.
Gambar 2.3. Model Analisis Shift Share Sumber : Budiharsono, 2001
Pada Gambar 2.3. analisis Shift Share menunjukkan bahwa perubahan sektor i pada wilayah j dipengaruhi oleh tiga komponen pertumbuhan wilayah.
Ketiga komponen pertumbuhan wilayah yang dimaksud adalah komponen pertumbuhan nasional PN, komponen pertumbuhan proporsional PP, dan
komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW. Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat
ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu wilayah melalui pergeseran bersih. Pergeseran besih merupakan hasil
penjumlahan dari simulasi persentase pertumbuhan proporsional dengan pertumbuhan pangsa wilayah. Apabila PP + PPW
≥ 0, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke i di wilayah ke j termasuk dalam kelompok
Komponen Pertumbuhan Nasional
Wilayah ke j Maju
PP+PPW ≥ 0
Komponen Pertumbuhan
Proporsional Komponen
Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Wilayah ke j
Lamban PP+PPW 0
progresif maju. Sementara itu, PP + PPW 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor i pada wilayah ke j tergolong pada wilayah yang pertumbuhannya lamban.
2. Kegunaan-kegunaan Analisis Shift Share
Teknik perhitungan
Shift Share memiliki kegunaan-kegunaan tertentu pada proses analisisnya. Menurut Soepono 1993, kegunaan-kegunaan dari
analisis Shift Share adalah : 1.
Analisis Shift Share dapat melihat perkembangan produksi atau kesempatan kerja di suatu wilayah hanya pada dua titik tertentu, yang mana satu titik
waktu dijadikan sebagai dasar analisis, sedangkan satu titik waktu lainnya dijadikan sebagai tahun akhir analisis.
2. Perubahan investasi di suatu wilayah antara tahun dasar analisis dengan
tahun akhir analisis dapat dilihat melalui tiga komponen pertumbuhan wilayah, yakni komponen pertumbuhan nasional PN, komponen
pertumbuhan proporsional PP dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW.
3. Berdasarkan komponen PN, dapat diketahui laju pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah dibandingkan laju pertumbuhan nasional. 4.
Komponen PP dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan sektor- sektor perekonomian di suatu wilayah. Hal ini berarti bahwa suatu wilayah
dapat mengadakan spesialisasi di sektor-sektor yang berkembang secara nasional dan bahwa sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah
berkembang lebih cepat daripada rata-rata nasional untuk sektor-sektor itu.
5. Komponen PPW dapat digunakan untuk melihat daya saing sektor-sektor
ekonomi dibandingkan dengan sektor ekonomi pada wilayah lainnya. 6.
Jika persentase PP dan PPW dijumlahkan, maka dapat ditunjukkan adanya Shift pergeseran hasil pembangunan perekonomian daerah.
3. Kelemahan-kelemahan Analisis
Shift Share
Kemampuan teknik analisa Shift Share untuk memberikan dua indikator positif yang berarti bahwa suatu wilayah mengadakan spesialisasi di sektor-sektor
yang berkembang secara nasional, dan bahwa sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat daripada rata-rata nasional untuk sektor-
sektor itu, tidaklah lepas dari kelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan analisis Shift Share menurut Soepono 1993 adalah:
1. Metode Shift Share tidak untuk menjelaskan mengapa, misalnya pengaruh
keunggulan kompetitif adalah positif dibeberapa wilayah, tetapi negatif di daerah-daerah lain. Metode Shift Share juga merupakan teknik pengukuran
yang mencerminkan suatu sistem perhitungan semata dan tidak analitik. 2.
Komponen pertumbuhan nasional secara implisit mengemukakan bahwa laju pertumbuhan suatu wilayah hendaknya tumbuh pada laju nasional tanpa
memperhatikan sebab-sebab laju pertumbuhan wilayah. 3.
Kedua komponen pertumbuhan wilayah PP dan PPW memiliki keterkaitan dengan hal-hal yang sama seperti perubahan penawaran dan permintaan,
perubahan teknologi dan perubahan lokasi, sehingga tidak dapat berkembang dengan baik.
4. Teknik analisis Shift Share secara implisit mengambil asumsi bahwa semua
barang dijual secara nasional, padahal tidak semua demikian. Bila pasar suatu wilayah bersifat lokal, maka barang itu tidak dapat bersaing dengan
wilayah-wilayah lain yang menghasilkan barang yang sama, sehingga tidak mempengaruhi permintaan agregat.
5. Analisis Shift Share tidak mampu menganalisis keterkaitan kedepan dan
kebelakang antar sektor yang disebabkan oleh adanya pergeseran pertumbuhan seperti yang dilakukan pada analisis Input Output.
2.3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual
Pencapaian tujuan investasi dalam pembangunan nasional adalah mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki kesejahteraan serta taraf
hidup masyarakatnya. Realisasi investasi haruslah benar-benar sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Pada kasus Pulau
Jawa karakteristik dan potensi yang dimiliki oleh provinsi-provinsi di pulau ini dapat dijadikan kekuatan utama dalam pelaksanaan pembangunan. Potensi yang
ada diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi dalam penanaman modal baik asing maupun dalam negeri sebagai upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi di
Pulau Jawa, umumnya untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebagai satu pulau yang memiliki tingkat investasi cukup tinggi, pertumbuhan investasi di Pulau
Jawa sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan investasi di setiap provinsi-provinsi yang ada.
Analisis shift share dapat menganalisis pertumbuhan investasi enam provinsi di Pulau Jawa secara umum dan pertumbuhan sektor-sektor investasi
enam provinsi di Pulau Jawa yang dianalisis di dua titik tahun yaitu tahun 2001 dan 2005. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui provinsi yang memiliki
pertumbuhan yang cepat serta provinsi yang memiliki pertumbuhan yang lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan nasional, menganalisis pertumbuhan
investasi pada sektor-sektor perekonomian di enam provinsi di Pulau Jawa, dapat juga dianalisis daya saing antar provinsi yaitu provinsi mana yang mampu
bersaing, serta provinsi yang tidak mampu bersaing. Hasil analisis mengenai tingkat pertumbuhan investasi enam provinsi di
Pulau Jawa yang ada, dapat menjadi suatu pemikiran dan masukan bagi para pengambil keputusan, khususnya pemerintah daerah provinsi-provinsi di Pulau
Jawa, dalam mengambil dan menentukan arah kebijakan pembangunan investasi Indonesia pada umumnya dan di setiap provinsi di Pulau Jawa pada khususnya.
Secara sistematis kerangka pemikiran dapat dijelaskan pada Gambar 2.4 berikut ini :
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual Pertumbuhan investasi
Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan wilayah
Analisis shift share Pertumbuhan investasi enam provinsi di Pulau Jawa
Pertumbuhan investasi enam
provinsi di Pulau Jawa dibandingkan
nasional Daya saing antar
provinsi di Pulau Jawa
Rekomendasi
Pertumbuhan investasi sektor-
sektor ekonomi Microsoft Excel
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Daerah atau wilayah yang menjadi sasaran penelitian pertumbuhan investasi ini adalah enam provinsi di Pulau Jawa yaitu Provinsi DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Banten. Adapun alasan dipilihnya Pulau Jawa sebagai tempat atau lokasi penelitian, karena pertumbuhan
investasi baik PMA ataupun PMDN di Pulau Jawa mempunyai nilai investasi paling tinggi dibandingkan dengan pulau–pulau yang lain di Indonesia. Pada
kenyataannya terdapat ketidakseimbangan investasi antar provinsi di Pulau Jawa, dimana sebagian besar investor lebih banyak menanamkan modalnya di Provinsi
Jawa Barat dan DKI Jakarta.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder tersebut berupa data investasi Indonesia dan data investasi enam
provinsi di Pulau Jawa seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Banten, yang disajikan persektor oleh BKPM Badan
Koordinasi Penanama Modal dan data pendukung lainnya yang diperoleh dari BPS dan perpustakaan IPB.
3.3. Metode Analisis Shift Share
Alat analisis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan sektor investasi pada suatu wilayah tertentu adalah metode analisis shift share