keuntungan maksimal. Setelah menggunakan kredit petani dapat mencapai keuntungan maksimal sebesar CP
x
E. Keuntungan maksimal petani meningkat menjadi CP
x
F, ketika petani menggunakan kredit yang disertai dengan pendampingan.
Implikasi dari keadaan ini menunjukkan bahwa, dengan adanya kredit yang disertai pendampingan menyebabkan efisiensi meningkat. Efisiensi yang
meningkat digambarkan oleh penggunaan input petani meningkat serta produksi total meningkat. Dengan asumsi harga input dan harga output tetap, peningkatan
produksi berarti juga peningkatan pada keuntungan.
3.2. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang dibangun pada penelitian ini didasari adanya anggapan bahwa rendahnya produktifitas yang dicapai petani tebu diduga
disebabkan oleh rendahnya tingkat pemilikan modal petani untuk membeli input produksi yang akhirnya menyebabkan penggunaan input kurang optimal, sehingga
produktifitas rendah. Menghadapi kondisi tersebut pemerintah meluncurkan Kredit Ketahanan Pangan KKP kepada petani tebu untuk mendorong produksi
tebu lebih banyak melalui peningkatan produktifitas usahatani tebu. Dalam KKP pemerintah bertindak sebagai pensubsidi bunga kredit, penyandang dana adalah
pihak perbankan dan penyalur KKP adalah pabrik gula. Terhadap program KKP petani tebu dapat memandangnya sebagai
pinjaman untuk memperbesar modal usaha, sehingga petani dapat mengembangkan kegiatan dalam usaha produksinya. Hal ini berarti petani akan
mampu mengadakan input produksi ke arah yang lebih baik yaitu penggunaan
input yang optimal atau mendekati optimal, sehingga dapat meningkatkan produktifitas usahatani tebunya.
Secara analog semakin tinggi produktifitas yang dicapai, maka total penerimaan juga semakin meningkat. Walaupun peningkatan penerimaan diikuti
oleh tambahan biaya produksi yang berupa bunga dan biaya kredit lainnya, akan tetapi biaya tersebut sangat kecil jumlahnya. Oleh karena itu, dengan adanya
Kredit Ketahanan Pangan KKP, produksi dan pendapatan petani tebu dapat meningkat. Untuk membuktikan pengaruh KKP terhadap usahatani tebu, maka
dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan produksi, pendapatan dan efisiensi antara petani pengguna KKP dan petani bukan pengguna KKP.
Berdasasarkan uraian di atas, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual
3.3. Hipotesis
Merujuk pada rumusan permasalahan, tinjauan teori, penelitian terdahulu dan uraian kerangka konseptual di atas maka dapat diformulasikan hipotesis
sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat efisiensi teknis
usahatani tebu adalah luas lahan yang digarap, pupuk N, tenaga kerja yang digunakan, dummy KKP, pendidikan formal petani, pengalaman petani,
ukuran usahatani dan dummy pola tanam. 2. Petani yang menggunakan Kredit Ketahanan Pangan KKP diduga lebih
efisien dalam mengelola usahataninya dibandingkan petani yang tidak menggunakan kredit ketahanan pangan.
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Penentuan
Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan kecamatan dilakukan
secara sengaja purposive dengan pertimbangan sebagai daerah produsen tebu terbesar di Kabupaten Situbondo. Selanjutnya dipilih dua desa dari masing-
masing kecamatan dengan dasar pertimbangan sebagai desa yang mempunyai lahan tebu terluas. Keempat desa tersebut adalah Desa Asembagus, Desa Wringin
Anon, Desa Awar-awar dan Desa Jangkar. Kabupaten Situbondo dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan sebagai daerah yang mempunyai potensi
besar dalam usahatani tebu. Terdapat 5 pabrik gula di Situbondo yang tersebar di lima kecamatan yaitu Asembagus, Demas, Olean, Panji dan Wringin Anom.
Statistik perkebunan Indonesia mencatat luas areal tanaman tebu di Situbondo pada tahun 2003 seluas 6 157 hektar dengan produktifitas hablur sebesar 5.19 ton
per hektar lebih tinggi dari rata-rata produktifitas gula di Jawa Timur.
4.2. Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian adalah petani tebu pada musim tanam 20072008 di Desa Asembagus, Wringin Anon, Awar-awar dan Desa Jangkar. Untuk
mengetahui Jumlah populasi, peneliti melakukan pendataan terhadap petani tebu di empat desa terkait dan ditemukan 258 petani tebu. Pendataan terhadap petani
tebu dikarenakan keempat desa tempat penelitian belum mempunyai daftar petani tebu. Sampel diambil sebanyak 80 petani tebu dengan menggunakan metode
pengambilan sampel acak sederhana simple random sampling. Dari 80 petani