Pengaruh Kredit terhadap Efisiensi Usahatani

Berkaitan dengan penerapan produksi frontier, sudah banyak peneliti yang menerapkan produksi stochastic frontier dalam penelitiannya, baik penelitian yang dilakukan di dalam negeri maupun di luar negari. Penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Heny K. S. Daryanto 2000 dengan judul ”Analysis of the Technical Efficiencies of Rice Production In West Java Province, Indonesai: A Stochastic Frontier Production Function”, Irwan Tanjung 2003 dengan judul ”Efisiensi Teknis dan Ekonomis Petani Kentang di Kabupaten Solok Propinsi Sumatera Barat”, Nurhayatin Nufus 2003 dengan judul ”Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Kedelai di Kabupaten Lombok Barat”, Ketut Sukiyono 2005 dengan judul ”Faktor Penentu Tingkat Efisiensi Teknik Usahatani Cabai Merah di Kecamatan Selepu Rejang Kabupaten Rejang Lebong” dan sebagainya. Sedangkan di negara lain diantaranya dilakukan oleh Meike Wollni 2007 dengan judul ”Productive Efficiency of Speciality and Coffee Farmers in Costa Rica: Accounting for the Use of Different Technologies and Self Selection”, Son P. Pudasaini 1982 dengan judul ”The Contribution of Education to Allocative and Technical Efficiency in Sugarcane Production”, Coelli et al. 2004 dengan judul Relationship of Efficiency to Reproductive Disorders in Danish Milk Prduction: A Stochastic Frontier Analysis” dan masih banyak lagi penelitian lain.

3.1.3. Pengaruh Kredit terhadap Efisiensi Usahatani

Pada dasarnnya, sumber modal usaha ada dua, yaitu modal sendiri dan modal kredit. Modal sendiri yang dimiliki petani pada dasarnya terbatas, sehingga penggunaan input juga terbatas. Petani masih dapat meningkatkan penggunaan input untuk menaikkan produksi bila tambahan modal dapat diperoleh. Tambahan modal bagi petani dapat diperoleh melalui kredit. Teorinya, keberadaan kredit menyebabkan petani mempunyai kesempatan untuk menggunakan input produksi sampai pada tingkat penggunaan yang optimal atau mendekati optimal, sehingga dapat meningkatkan produksi pada tingkat yang lebih tinggi. Ini berarti usahatani menjadi lebih efisien. Pada Gambar 5 dapat dilihat perubahan penggunaan input, produksi serta efisiensi yang terjadi sebelum dan setelah menggunakan kredit. Sebelum menggunakan kredit kemampuan petani mendapatkan input hanya sebesar X 1 dan menghasilkan output sebesar Y 1 titik A. Artinya dengan menggunakan input X 1 dan menghasilkan output Y 1 , petani mampu mencapai efisiensi teknis tetapi inefisien secara alokatif karena penggunaan input masih dapat ditingkatkan. Adanya kredit mengakibatkan kemampuan petani menggunakan input bertambah menjadi X 2 dan menghasilkan output sebesar Y 2 titik A. Artinya efisien bagi petani baik teknis maupun alokatif untuk menggunakan input sebesar X 2 dengan output produksi sebesar Y 2 . Jika pemberian kredit disertai dengan pendampingan program kredit, maka kredit tidak hanya berperan sebagai penambah modal melainkan juga berperan sebagai teknologi, yaitu teknologi kelembagaan. Karena pada dasarnya teknologi tidak hanya berbentuk fisik melainkan juga kelembagaan. Oleh karena itu, adanya kredit dengan pendampingan dapat memperbaruhi cara berusahatani ke arah yang lebih baik yang akhirnya dapat meningkatkan pencapaian efisiensi. Kredit sebagai teknologi dapat menyebabkan produksi meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh pergeseran kurva produksi dari MPP 1 menjadi MPP 2 . Sebagai akibatnya, terjadi pergeseran kurva produk marjinal dari MVP 1 menjadi MVP 2 . Jika asumsi harga input sama dengan harga sebelum ada kredit dan petani bertujuan untuk mencapai keuntungan maksimal, maka dengan adanya kredit yang disertai pendampingan, petani akan menggunakan sejumlah input X 3 dan menghasilkan output sebesar Y 3 titik B . Artinya efisien bagi petani untuk menggunakan input sebesar X 3 dan menghasilkan output sebesar Y 3. Sumber: Herdt dan Mandac, 1981 Gambar 5. Pengaruh Program Kredit terhadap Efisiensi Usahatani Keuntungan maksimum yang dicapai petani yaitu pada saat dimana rasio harga input P x terhadap harga output P y sama dengan produk marjinalnya. Berdasarkan teori tersebut, sebelum menggunakan kredit petani belum mencapai keuntungan maksimal. Setelah menggunakan kredit petani dapat mencapai keuntungan maksimal sebesar CP x E. Keuntungan maksimal petani meningkat menjadi CP x F, ketika petani menggunakan kredit yang disertai dengan pendampingan. Implikasi dari keadaan ini menunjukkan bahwa, dengan adanya kredit yang disertai pendampingan menyebabkan efisiensi meningkat. Efisiensi yang meningkat digambarkan oleh penggunaan input petani meningkat serta produksi total meningkat. Dengan asumsi harga input dan harga output tetap, peningkatan produksi berarti juga peningkatan pada keuntungan.

3.2. Kerangka Konseptual