Pembatasan jumlah peserta limiting entry Pembatasan kapasitas per kapal Pembatasan Intensitas Operasi Pembatasan waktu penangkapan Pembatasan lokasi penangkapan

22

2.3 Pengelolaan Perikanan Fishery Management

Menurut Charles 2001, pengaturan pengelolaan perikanan, secara garis besar meliputi: pengendalian inputupaya inputeffort control, pengendalian outputtangkapan outputcatch control, pengaturan teknis technical measures, pengaturan berbasis lingkungan ecologically based measures dan instrumen ekonomi economic instruments. Menurut King 1995, sejarahnya tujuan utama pengelolaan perikanan adalah konservasi stok ikan. Dalam perikanan modern, tujuan tersebut berkembang untuk kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan.

2.3.1 Input Effort control pengendalian input

Ide dasar dalam input control adalah mengatur upaya penangkapan fishing effort , dimana effort menentukan berapa besar penangkapan yang berdampak kepada stok ikan. Ada empat elemen input control yaitu: jumlah kapal penangkap; daya tangkap potensial rata-rata tiap kapal dalam armada ukuran, alat tangkap, peralatan elektronik dan input fisik lain termasuk crew; intensitas rata-rata operasi kapal di laut per satuan waktu; rata-rata waktu melaut kapal dalam armada. Dengan demikian total effort suatu armada kapal adalah sebagai berikut. Fishing effort = jumlah kapal x daya tangkap x intensitas x hari melaut Jika salah satu faktor tersebut tidak ada atau nol, maka tidak ada effort atau tidak ada perikanan tangkap. Pembatasan-pembatasan yang masuk dalam kategori input control Charles 2001 meliputi:

2.3.1.1 Pembatasan jumlah peserta limiting entry

Merupakan salah satu cara yang paling banyak diterapkan, dimana jumlah peserta dalam perikanan dibatasi, dengan pengaturan membatasi izin penangkapan 23 yang diberikan kepada sejumlah pemilik kapal. Cara ini memberikan hak akses kepada pemilik kapal tersebut. Indonesia menganut cara ini dengan memberikan izin penangkapan kepada perorangan, Koperasi dan perusahaan dalam bentuk SIUP Surat Izin Usaha Penangkapan. Dalam SIUP tersebut dicantumkan jumlah kapal dan total GT gross tonage, alat tangkap dan daerah penangkapan Peraturan Pemerintah nomor 54 tahun 2002.

2.3.1.2 Pembatasan kapasitas per kapal

Cara ini dilakukan dengan membatasi kemampuan kapal yang berdampak langsung terhadap sumber daya ikan, antara lain: palka, ukuran kapal, jumlah alat tangkap dll. Indonesia menerapkan pembatasan ukuran kapal dalam bentuk GT dan kekuatan mesin PK kapal. Pengaturan tersebut ada di dalam dokumen izin penangkapan.

2.3.1.3 Pembatasan Intensitas Operasi

Pengaturan intensitas penggunaan kapal dalam arti jumlah hari operasi di laut dan pengaturan intensitas kerja ABK anak buah kapal merupakan hal yang lebih sulit dibandingkan dengan pengaturan input yang lain. Indonesia tidak menganut pengaturan ini.

2.3.1.4 Pembatasan waktu penangkapan

Pembatasan waktu penangkapan dilakukan dengan mengatur hari melaut, saat ini masih dikaji sebagai salah satu alat dalam pengelolaan perikanan. Kapal dalam armada meskipun memiliki faktor-faktor lain untuk menangkap seperti mesin, alat tangkap, ABK, namun tidak akan menghasilkan ikan jika tidak ke laut. Konsep ini belum diterapkan sebagai alat pengelolaan. 24

2.3.1.5 Pembatasan lokasi penangkapan

Salah satu input penting dalam proses penangkapan adalah lokasi dimana terjadi kegiatan penangkapan ikan. Para penangkap ikan pada umumnya merahasiakan lokasi penangkapan mereka dan yakin bahwa mereka mengetahui lokasi terbaik untuk menebar jaring atau bubu. Cara ini merupakan salah satu metode tradisional dalam pengelolaan perikanan, yaitu dengan memberikan area penangkapan tertentu kepada pengguna. Indonesia menganut metode ini, dengan cara pemegang izin diberikan area penangkapan dalam bentuk koordinat dan dicantumkan dalam SIPI Surat Izin Penangkapan Ikan tiap kapal.

2.3.2 Output catch control