Analisis peak-to-peak Stochastic production frontier SPF Data Envelopment Analysis DEA

33 wakil dari sampel yang didata. Survei para ahli biologist dan wakil industri dapat juga dilaksanakan untuk melengkapi perkiraan kapasitas output dan pemanfaatannya. Jika opini ahli bervariasi, diperlukan pembobotan secara subyektif untuk masing masing opini untuk menghasilkan perkiraan komprihensif.

2.4.3 Analisis peak-to-peak

Analisis peak-to-peak mengasumsikan adanya hubungan langsung antara level input dan level output. Sebuah index tangkapan per unit input misalnya tangkapan per hari atau tangkapan per kapal diperoleh dari data. Asumsi dibuat bahwa level puncak peak level dari tangkapan per unit input sebanding dengan kapasitas pemanfaatan. Kondisi puncak diasumsikan mewakili tahun-tahun dimana perikanan mencapai kondisi output maksimum dalam jangka pendek, dalam kondisi teknologi penangkapan dan stok yang ada. Analisis ini pernah diterapkan oleh Ballard and Roberts 1977, Ballard and Blomo 1978 dan Hsu 2003.

2.4.4 Stochastic production frontier SPF

SPF menunjukkan output maksimum yang diharapkan terhadap sekumpulan input yang diketahui. Hal tersebut didapatkan dari teori produksi dan berdasarkan kepada asumsi bahwa output adalah fungsi dari tingkat input dan efisiensi produsen dalam menggunakan input.

2.4.5 Data Envelopment Analysis DEA

DEA menggunakan teknik seperti program matematis yang dapat menangani variable dan kendala dalam jumlah besar, juga memudahkan kebutuhan yang 34 sering timbul disebabkan keterbatasan data, sehingga bisa dipilih hanya beberapa variable input dan output. Model terpenting dari DEA adalah CCR Charnes, Cooper and Rhodes 1978 Fauzi dan Anna, 2005. Menurut Cooper et al. 2004, ada dua model DEA yang berkembang yaitu CCR dan BCC Banker-Charnes- Cooper. Model BCC merupakan pengembangan dari CCR, diimplementasikan di dunia perbankan untuk kasus yang return of scale nya berubah. CCR diimplementasikan pada kasus-kasus yang return of scale nya tetap. Perbedaan secara grafis CCR dan BCC terletak pada acuan yang digunakan untuk menetukan batas titik-titik efisiensi DMU decision making unit dalam suatu frontier. Garis batas terluar efisiensi dalam CCR ditarik dari satu titik efisiensi terluar berupa garis lurus, sedangkan dalam model BCC batas efsiensi ditarik oleh garis yang menghubungkan titik-titik terluar efisensi Gambar 6 dan Gambar 7. Baik model CCR maupun BCC dibagi menjadi dua tipe, yaitu input-oriented dan output- oriented dengan notasi CCR-I; CCR-O; BCC-I; BCC-O. Tipe input-oriented digunakan untuk meminimalkan input, sedangkan output oriented digunakan untuk memaksimalkan output, perhitungan kedua tipe akan menghasilkan angka efisiensi yang sama Cooper et al. 2004. Gambar 6. Pembatasan Produksi Model CCR 35 Gambar 7. Pembatasan Produksi Model BCC Berdasarkan data yang ada, dapat dihitung efisiensi suatu DMU menggunakan data input dan output. Jumlah variabel input dan output bisa satu atau lebih. Apabila ada n DMU: DMU1, DMU2,….., dan DMUn dimana j = 1, …., n, sedangkan ada sejumlah m input dan s output, maka input data untuk DMUj menjadi X1j, X2j,…,Xmj dan output datanya adalah Y1j, Y2j,…, Ysj. Matriks input data X dan output data Y dapat ditulis sebagai berikut. 11 12 1 21 22 2 1 2 ... ... . . . n n m m mn x x x X x x x x x x = …..…….………………….2.20 11 12 1 21 22 2 1 2 ... ... . . . n n s s sn y y y Y y y y y y y = ……………………..……...2.21 36 Salah satu cara untuk menganalisa kapasitas perikanan adalah dengan DEA, dimana pendekatannya berdasarkan input dan output. Seperti dirujuk oleh Fauzi dan Anna 2005, konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Charles, Cooper, dan Rhodes atau dikenal sebagai CCR. Di Indonesia konsep ini telah diterapkan oleh Fauzi dan Anna pada tahun 2002 untuk mengukur efisiensi kapasitas perikanan di DKI Jakarta Fauzi dan Anna, 2005. Pengukuran efisiensi pada dasarnya merupakan rasio antara output dan input, atau: Input Output Efisiensi = ......................................................2.22 Pengukuran efisiensi yang menyangkut multiple input dan output dapat dilaksanakan dengan menggunakan pengukuran efisiensi relatif yang dibobot sebagaimana tertulis berikut: dibobot sudah yang input Jumlah dibobot sudah yang output Jumlah Efisiensi = Atau dapat ditulis : ... ... 2 2 1 1 2 2 1 1 + + + + = j j j j x v x v y w y w j unit dari Efisiensi .........................2.23 Keterangan : w 1 = Pembobotan untuk output i y 1j = Jumlah output 1 dari unit j v 1 = Pembobotan untuk input 1 x 1j = Jumlah dari input 1 ke unit j Namun demikian, pengukuran tersebut tetap memiliki keterbatasan berupa sulitnya menentukan bobot yang seimbang untuk input dan output. Keterbatasan 37 tersebut kemudian dijembatani dengan konsep DEA, efisiensi tidak semata-mata diukur dari rasio output dan input, tetapi juga memasukkan faktor pembobotan dari setiap output dan input yang digunakan. Pada pembahasan DEA, efisiensi diartikan sebagai target untuk mencapai efisiensi yang maksimum dengan kendala relatif efisiensi dan seluruh unit yang tidak boleh melebihi 100. Secara matematis, efisiensi dalam DEA merupakan solusi dan persamaan berikut 1 : i ijm m m k kjm k w y Max E v x = Dengan kendala : 1 i ijm i k kjm k w y v x ≤ untuk setiap unit ke j ........................................2.24 ε ≥ k i v w , Pemecahan masalah pemrograman matematis di atas akan menghasilkan nilai E m yang maksimum sekaligus nilai bobot w dan v yang mengarah ke efisiensi. Jadi jika nilai E m =1, maka unit ke m tersebut dikatakan efisien relatif terhadap unit lainnya. Sebaliknya jika nilai E m lebih kecil dari 1, maka unit yang lain dikatakan lebih efisien relatif terhadap unit m, meskipun pembobotan dipilih untuk memaksimisasi unit m. Salah satu kendala dan pemecahan persamaan 2.24 adalah persamaan tersebut berbentuk fractional sehingga sulit untuk dipecahkan melakukan pemograman linear. Namun demikian, dengan melakukan linearisasi, persamaan 2.24 dapat diubah menjadi persamaan linear sehingga pemecahan melalui 1 Merupakan pengukuran dari efisiensi relatif dari Farrell dan Fieldhouse 1962, dimana terdapat kemungkinan input dan output tidak terhitung multiple. Terfokus pada konstruksi unit hipotetik efisien sebagai rata-rata bobot dari unit efisien, berfungsi sebagai pembanding bagi unit yang tidak efisien. 38 pemograman linear linear programming dapat dilakukan. Linearisasi persamaan 2.24 di atas menghasilkan persamaan sebagai berikut: = i ijm i m y w E Max dengan kendala: 1 k kjm k i ijm k kjm i k v x w y v x = − ≤ . ................................................................. 2.25 Salah satu manfaat dilakukannya linearisasi, kita dapat melakukan pemecahan pemrograman linear di atas dengan melakukan pemecahan dual dari persamaan 2.25. Sebagaimana ciri yang dimiliki oleh pemograman linear, pemecahan baik primal maupun dual akan menghasilkan solusi yang sama, namun demikian sering pemecahan dengan dual lebih sederhana karena berkurangnya dimensi kendala. Primal dan dual variable dari persamaan 2.25 di atas dapat ditulis kembali sebagai sebagai: Model Primal Variabel Dual = i ijm i y w Em Max Z Dengan kendala 1 k kjm k v x = o i k - 0, 1,2 ... i ijm k kjm w y v x j n ≤ = m k v k ... 1,2 - = ≤ − ε − k S ε ω , ≥ k i v ………………2.26 39 ...t 1,2, = − ≤ − i i ε ω + k S Dengan demikian, dual dari persamaan 2.29 dapat ditulis sebagai; Z min m − + − k k i i S S - ε ε ϖ dengan kendala: = = j j kj ... 1 X - S - m k x - k kj λ ..............................................2.27 = = + + j jm j ij i t i yi y ... 1 S λ , , ≥ − + k i S S j λ Hasil analisis DEA dapat dijabarkan dalam bentuk grafik melalui apa yang disebut sebagai efficiency frontier. Untuk mengolah data variabel input dan output menjadi skor efisiensi dan pembobotan optimalnya, digunakan software DEA- Solver dengan cara menabelkan data-data tersebut ke dalam worksheet Excel Window dan kemudian di run. Hasil run software DEA-Solver menunjukkan angka skor efisiensi, grafik dan pembobotan optimal. Sedangkan untuk menggambarkan efisiensi frontier digunakan software GAMS atau Frontier Analyst. Dari ke lima model tersebut diatas, dipilih model DEA dalam pengukuran kapasitas perikanan udang di Laut Arafura yang akan dibahas dalam bab selanjutnya. 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian