Latar belakang The shrimp fisheries management options of the Arafura Sea

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pengelolaan perikanan fisheries management merupakan proses yang kompleks, memerlukan integrasi sumberdaya biologi dan ekologi, dengan faktor- faktor sosio-ekonomi dan kelembagaan berpengaruh terhadap perilaku nelayan dan pengambil kebijakan. Tujuan pengelolaan adalah terwujudnya kelestarian sumberdaya ikan agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Namun demikian kelestarian merupakan hal yang sulit dicapai, populasi ikan makin terbatas, hasil tangkapan dunia makin sedikit dan hampir 70 stok ikan diseluruh dunia mengalami penurunan, dieksploitasi penuh atau dieksploitasi lebih Garcia Newton, 1997. Pengaturan pengelolaan secara konvensional seperti pembatasan ukuran penangkapan atau pembatasan effort, telah digunakan untuk mengembalikan stok, mengurangi mortalitas ikan dan meningkatkan stok pemijahan. Ketidak pastian dalam perkiraan stok, peningkatan kekuatan penangkapan fishing power secara dramatis dan pilihan intertemporal berakibat jatuhnya beberapa stok ikan, menjadi pertanyaan kenapa pengelolaan gagal. Laut Arafura merupakan salah satu kawasan perairan Indonesia yang memiliki sumberdaya ikan SDI yang potensial, khususnya udang, dan menjadi satu- satunya kawasan yang diizinkan untuk penangkapan udang dengan trawl. Luas Laut Arafura diperkirakan 150.000 km 2 Naamin, 1984, dengan estimasi total Sumber Daya Ikan sebesar 1.076.890 tontahun. Potensi SDI demersal termasuk udangnya diperkirakan sebesar 145.830 tontahun dengan tingkat pemanfaatan pada tahun 2003 sebesar 145.070 tontahun. Dengan demikian tingkat 2 pemanfaatan telah melebihi jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTB Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2003. Sejak diberlakukannya Keppres nomor 391980, hanya perairan di sebelah timur garis 130°BT dan isobath 10 garis batas kedalaman minimal 10 meter, yang merupakan daerah operasi resmi untuk kapal-kapal pukat udang. Secara umum, udang di pesisir barat Papua didominasi oleh jenis udang putih Penaeus merguensis , sedangkan udang di perairan sebelah timur Kepulauan Aru didominasi oleh jenis udang windu Penaeus monodon Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2004. Data terakhir Februari 2005 di Ditjen Perikanan Tangkap menunjukkan bahwa kapal pukat udang yang diberikan izin di L. Arafura berjumlah 355 kapal yang berkisar besarnya antara 31 GT gross tonnage sampai dengan 515 GT, sebagian besar didominasi kapal berukuran antara 100 sd 200 GT. Sumberdaya udang di Laut Arafura pada tahun 2001 dilaporkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan 2001 dan hasil kajian Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Tim Studi IPB, 2004 mengalami overfishing yang ditunjukkan dengan indikasi makin lamanya rata-rata hari operasi melaut, menurunnya jumlah tangkapan rata-rata, dan makin kecilnya ukuran udang yang ditangkap. Terjadinya overfishing diduga disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1 kurang efektifnya manajemen pengelolaan yang tertuang dalam peraturan dan kebijakan pemerintah yang sepenuhnya berdasarkan pada input control; 2 lemahnya pengawasan dan penegakan hukum di laut terhadap kegiatan penangkapan, sehingga peraturan atau regulasi kurang ditaati pelaku; 3 3 kurangnya kesadaran para pelaku terhadap prinsip-prinsip pengelolaan dan pemanfaatan yang lestari dan bertanggung jawab. Untuk mengurangi terjadinya overfishing, maka diperlukan strategi pengelolaan yang optimal. Dilihat dari perspektif pengelolaan perikanan fisheries management, sejauh ini Laut Arafura belum sepenuhnya dikelola berdasarkan kepada pendekatan keilmuan scientific based. Hal ini antara lain dapat dilihat dari belum adanya model pengelolaan yang bisa dijadikan tolok ukur pengendalian. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengevaluasi pengelolaan penangkapan saat ini berdasarkan bioekonomi, pengukuran kapasitas measuring fishing capacity dan musim penangkapan. Dengan pendekatan kebijakan yang tepat, berdasarkan pada permasalahan yang ada dan ter-analisis dengan baik, diharapkan kita dapat memperoleh rente yang sebesar-besarnya dari sumber daya ikan di laut Arafura, serta dapat mengelola perikanan di kawasan ini dengan berkelanjutan. Untuk tujuan pengelolaan tersebut, diperlukan suatu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis kondisi perikanan, terutama perikanan udang kegiatan yang paling menonjol di kawasan ini pada saat ini. Penelitian diperlukan agar tidak hanya menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi berdasarkan pengamatan sepintas, namun memperoleh data yang akurat tentang kondisi stok dan bagaimana fluktuasi produktivitas penangkapan aktual dan produksi lestarinya. Yang paling penting adalah menyangkut analisis kapasitas perikanan yang seluruhnya dilakukan dengan metode yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan, serta mengikuti perkembangan keilmuan terbaru. Beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam menganalisis perikanan udang di kawasan ini adalah 4 dengan menggunakan model bio-ekonomi statik maupun dinamis, kemudian analisis kapasitas dengan menggunakan DEA.

1.2 Perumusan masalah