Buddha Merenungkan Dharma Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Siswa

2 Kelas VIII SMP “Empat Kebenaran Mulia, terlihat dengan jelas melalui kebijaksanaan yang muncul dengan sendirinya syambhu Nana. Sungguh sulit untuk dilihat bagaikan sebutir biji mostar yang ditutupi Gunung Meru yang besar; sungguh sulit dipahami sesulit memecahkan sehelai bulu binatang menjadi seratus bagian dengan sehelai bulu lain; sungguh damai; dan sungguh mulia.” Selanjutnya, dua bait yang menakjubkan, yang belum pernah didengar sebelumnya, tiba-tiba muncul dengan jelas dalam batin Buddha, sebagai berikut. 1. “Tidak ada manfaatnya mengajarkan Empat Kebenaran Mulia kepada para dewa dan manusia pada saat ini karena hanya perasaan welas asih- Ku sebagai penyebab dari dalam ajjattika nidana, tetapi belum ada permohonan dari brahma yang dipuja oleh dunia ini sebagai penyebab dari luar bahira nidana. Empat Kebenaran Mulia ini sangat sulit dipahami bagi mereka yang diliputi kejahatan, keserakahan, dan kebencian. 2. Semua dewa dan manusia yang diliputi oleh kegelapan batin dan pandangan salah tidak akan dapat melihat Empat Kebenaran Mulia yang membawa menuju Nibbana melawan arus samsara.” Buddha yang merenungkan demikian merasa segan untuk mengajarkan Dharma karena tiga alasan: 1 batin makhluk-makhluk yang penuh dengan kekotoran; 2 Dharma yang sangat dalam; dan 3 Buddha sangat menjunjung tinggi Dharma. Proses berpikir Buddha yang demikian ini diumpamakan seorang dokter yang merawat pasien yang menderita berbagai macam penyakit. Dokter itu merenungkan, “Dengan cara bagaimana dan obat apa yang tepat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit itu?” Buddha menyadari bahwa semua makhluk menderita berbagai penyakit kotoran batin dan Dharma sangat sulit dimengerti. Buddha merenungkan, “Dharma apa yang harus Aku ajarkan kepada makhluk-makhluk ini dan dengan cara bagaimanakah Aku harus mengajarkan mereka?.” Hal ini bukan berarti Buddha menyerah total dengan berpikir, “Aku tidak akan mengajarkan Dharma kepada makhluk-makhluk sama sekali.” Ada dua alasan Buddha mengajarkan Dharma: 1 perasaan welas asih yang besar Mahakaruna kepada makhluk-makhluk yang muncul dalam batin Buddha dan 2 permohonan brahma agar Buddha mengajarkan Dharma. Pada saat Buddha merenungkan Dharma yang sangat dalam dan banyaknya kotoran batin dalam batin makhluk-makhluk, welas asih yang besar Mahakaruna, serta penyebab dari dalam ajjhatta nidana telah timbul. Namun, penyebab luar bahira nidana masih kurang karena brahma belum mengajukan Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 3 perohonannya. Buddha hanya akan mengajarkan Dharma jika brahma telah mengajukan permohonannya. Hanya akan mengajarkan Dharma setelah ada permohonan dari brahma adalah suatu peristiwa yang wajar bagi setiap Buddha. Alasan mengajarkan Dharma setelah permohonan dari brahma adalah di luar masa perkembangan ajaran Buddha sebelum munculnya Buddha, mereka yang taat dan bijak hanya memuja brahma. Oleh karena itu, jika brahma yang dihormati di dunia memperlihatkan penghormatannya kepada Buddha dengan bersujud di depan- Nya, seluruh dunia juga akan ikut bersujud dan memiliki keyakinan terhadap Buddha. Alasan ini adalah suatu kebiasaan dan kewajaran bagi Buddha untuk mengajarkan Dharma hanya setelah ada permohonan yang diajukan oleh brahma. Demikianlah, hanya setelah penyebab luar bahira nidana atau permohonan brahma diajukan, Buddha bersedia mengajarkan Dharma. No Alasan Buddha segan mengajarkan Dharma Alasan Buddha bersedia mengajarkan Dharma Ayo, Komunikasikan Nilai Paraf Guru Orang Tua 4 Kelas VIII SMP

B. Permohonan Brahma Sahampati

Brahma Sahampati dengan tubuhnya yang bercahaya terang, tiba-tiba turun dari alam brahma dan berdiri di hadapan Buddha. Setelah memberi hormat, Brahma Sahampati pun berkata: “Demi belas kasihan kepada para manusia, semoga Tathagata berkenan mengajar Dharma. Meski Dharma dalam dan sulit, namun di dunia ini ada juga orang-orang yang dihinggapi sedikit kotoran batin sehingga dapat pula mengerti Dharma yang akan diajarkan.” Permohonan Brahma Sahampati kepada Buddha itu sampai sekarang selalu dibacakan umat kepada bhikkhu sebagai permohonan mengajar Dharma aradhana dhammadesana. Syairnya adalah sebagai berikut. Sumber: http:biografibuddha.wordpress.co Gambar 1.2 Brahma Sahampati turun dari Kayangan memohon agar Buddha mengajarkan Dharma Ayo, Mengamati Amati Gambar 1.2. Peristiwa apa yang terjadi seperti pada gambar itu? Di manakah peristiwa itu terjadi? Oleh siapa dan kepada siapa peristiwa itu terjadi? Baca dan cermatilah uraian materi bab ini “Brahma ca lokadhipati Sahampati Katanjali adhivarang ayacatha Santidha sattapparajakkajatika Desetu Dhammang anukampimang pajang”. Artinya: “Brahma Sahampati, penguasa dunia ini merangkapkan kedua tangannya dan memohon, Ada makhluk-makhluk yang dihinggapi sedikit kotoran batin Demi belas kasihan kepada mereka, ajarkanlah mereka Dharma.” Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 5

C. Perjalanan Buddha ke Benares

Buddha melalui mata dewa-Nya mengetahui bahwa ada orang-orang yang mudah mengerti Dharma. Buddha mengambil keputusan untuk mengajar Dharma demi belas kasih-Nya kepada umat manusia. Selanjutnya, Buddha mengucapkan syair sebagai berikut, “Terbukalah pintu Kehidupan Abadi bagi mereka yang mau mendengar dan mempunyai keyakinan.” Alara Kalama sebagai tujuan pertama untuk diajarkan Dharma, tetapi telah meninggal dunia seminggu sebelumnya. Uddaka Ramaputta juga telah meninggal semalam sebelumnya.Akhirnya, Buddha mengalihkan perhatian- Nya kepada lima orang petapa yang tengah berada di Taman Rusa Isipatana di Kota Benares, sekarang bernama Vanarasi. Ayo, Mengamati Tahukah kamu, mengapa Buddha melakukan perjalanan ke Benares sepanjang 360 km selama satu minggu? Apa tujuan Buddha melakukan itu? Sumber: sahabatdhamma.wordpress.com Gambar 1.3 Peta perjalanan Buddha ke Benares Ayo, lafalkan bersama-sama syair permohonan mengajar Dharma yang disampaikan Brahma Sahampati kepada Buddha Aktivitas Kelompok Ayo, Mengamati Tahukah kamu, peristiwa apakah yang terjadi seperti gambar di samping?? Gambar 1.4 Bodhgaya Sumber: sahabatdhamma.wordpress.com