Raja Pasenadi Kosala Kelas 08 SMP Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Siswa
78 Kelas VIII SMP
Raja Pasenadi rajin mengunjungi Buddha untuk meminta nasihat. Suatu hari ketika berbicara kepada Buddha, ia menerima kabar bahwa istrinya, Ratu Mallika,
telah melahirkan seorang putri. Raja tidak gembira mendengar kabar itu karena menginginkan seorang putra. Buddha berkata:
“Sebagian wanita adalah lebih baik daripada pria, O Raja. Ada wanita-wanita yang bijaksana, baik, yang menghormati ibu mertuanya, seperti dewa, dan yang tulus
dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan. Mereka suatu hari mungkin melahirkan anak laki-laki yang berani yang dapat memerintah kerajaan.”
Buddha mengatakan bahwa orang terkasih yang kita cintai dapat mendatangkan dukacita dan ratapan, penderitaan, kesedihan, dan kepatahan hati.”
“Mallika,” kata Raja, “sungguh mengagumkan, sungguh menakjubkan begitu jauh Buddha dapat melihat melalui pengertian-Nya”.
Ketika Raja Kosala kalah perang dengan keponakannya dan harus mundur ke ibu kota Savatthi, Buddha berkomentar kepada para murid-Nya bahwa
bukan yang menang maupun yang kalah yang akan merasakan kedamaian: “Kemenangan membiakkan kebencian
Yang kalah hidup dalam kesakitan Kebahagiaan hidup yang damai diperoleh dari
melepaskan kemenangan dan kekalahan.”
Dalam peperangan berikutnya, kedua raja bertempur dan Raja Kosala tidak saja menang, tetapi ia juga berhasil menangkap Raja Ajatasattu hidup-hidup
bersama semua pasukan gajah, kereta, kuda, dan prajuritnya. Raja Kosala berpikir akan melepaskan keponakannya, tetapi tidak untuk kuda-kuda, gajah,
dan yang lain-lainnya. Ia menginginkan kepuasan dari menahan harta benda ini sebagai hadiah bagi kemenangannya.
Mendengar hal ini, Buddha mengatakan kepada para murid-Nya bahwa akan lebih bijaksana bagi Raja Kosala untuk tidak menahan benda apa pun
bagi dirinya. Kebenaran dari pernyataan ini masih tetap diterapkan di dunia peperangan modern:
“Seseorang mungkin bisa merampas semuanya. Bilamana orang lain merampas balik, ia yang terampas akan merampas balik. Roda Perbuatan terus
berputar dan membuat seseorang yang dirampas menjadi merampas.” Raja Pasenadi Kosala bertarung dalam banyak peperangan dengan
keponakannya ,yaitu Raja Ajatasattu. Ia dikalahkan sekali dan di lain waktu ia menang. Raja Pasenadi Kosala akhirnya wafat dalam usia 80 tahun ketika
putranya memberontak terhadapnya.
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 79
Ayo, Merangkum
80 Kelas VIII SMP
Temukan, keteladanan apa yang dapat kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari dari kisah Raja Pasenadi Kosala?