suami atau istri. 2
Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan tambahan pengertian dan pemahaman tentang kewajiban Debitor pailit terhadap bank sebagai Kreditor
pailit. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkakan
pemgetahuan dan kemahaman mengenai hukum jaminan pada umumnya dan hukum kepailitan terhadap suamiistri serta kedudukan Bank sebagai pemegang
jaminan kebendaan pada perjanjian kredit pada lembaga jaminan dan apabila Debitor dalam keadaan pailit.
D. Keaslian Penulisan
Pengajuan judul yang disebutkan diatas telah melalui tahap penelusuran pada data pustaka di lingkuangan Universitas Sumatera Utara dan perolehan
informasi bahwa belum adanya pengangkatan judul yang diajukan oleh peneliti
yaitu tentang Tinjauan Yuridis Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit SuamiIstri Terhadap Perjanjian Kredit Bank.
Dari penelurusan yang dilakukan, baik judul, perumusan masalah tidak sama dengan penelitian ini. Maka dapat dikatakan bahwa penelitian skripsi ini
adalah asli dan secara keilmuan akademik dapat dipertanggungjawabkan.
E. Tinjauan Kepustakaan
Kepailitan merupakan suatu proses dimana seorang Debitor yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh
Universitas Sumatera Utara
pengadilan, dalam hal ini pengadilan niaga, dikarenakan Debitor tersebut tidak dapat membayar utangnya. Harta Debitor dapat dibagikan kepada para Kreditor
sesuai dengan peraturan pemerintah.
9
Pengertian pailit jika ditinjau dari segi istilah, dapat dilihat dalam perbendaharan bahasa Belanda, Perancis, Latin dan Inggris dengan istilah yang
berbeda-beda. Dalam bahasa Perancis, istilah faillite artinya pemogokan atau kemacetan dalam melakukan pembayaran sehingga orang yang mogok atau macet
atau berhenti membayar disebut lefailli. Dalam bahasa Belanda untuk arti yang sama dengan bahasa Perancis juga digunakan istilah faillite, sedangkan di dalam
bahasa Inggris dikenal istilah to fail dan dalam bahasa Latin dipergunakan istilah fallire.
10
Berdasarkan pengertian yang diberikan dalam Black’s Law Dictionary, dapat dilihat pengertian kepailitan dihubungkan dengan “ketidakmampuan untuk
membayar“ dari seorang Debitor atas hutang-hutangnya yang jatuh tempo. Ketidakmampuan ini harus disertai dengan suatu tindakan nyata untuk
mengajukan, baik secara sukarela oleh Debitor sendiri, maupun atas permintaan pihak ketiga melalui permohonan pernyataan pailit ke pengadilan.
11
Kepailitan adalah suatu lembaga hukum perdata Eropa sebagai asas realisasi dari dua asas pokok dalam hukum perdata Eropa yang tercantum dalam
Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam Pasal 1131 KUHPerdata disebutkan bahwa semua benda bergerak dan tidak bergerak
9
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Kepailitan di Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004, hal. 64.
10
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 72.
11
Ibid
Universitas Sumatera Utara
dari seorang Debitor, baik yang sekarang ada maupun yang akan diperolehnya bertanggung jawab atas perikatan pribadinya. Sedangkan Pasal 1132 KUHPerdata
menyebutkan benda-benda itu dimaksudkan sebagai jaminan bagi para Kreditornya bersama-sama dan hasil penjualan benda-benda itu akan dibagi
diantara mereka secara seimbang, menurut imbanganperbandingan tagihan- tagihan mereka, kecuali bilamana diantara para Kreditor terdapat alasan-alasan
pendahulu yang sah. Berdasarkan uraian kedua Pasal tersebut, maka dapat dilihat bahwa tujuan
kepailitan sebenarnya adalah suatu usaha bersama baik oleh Debitor maupun Kreditor untuk mendapatkan pembayaran bagi semua Kreditor secara adil dan
proporsional.
12
Dalam hal seorang Debitor hanya mempunyai satu Kreditor dan Debitor tidak membayar utangnya dengan suka rela, maka Kreditor akan menggugat
Debitor secara perdata ke Pengadilan Negeri yang berwenang dan seluruh harta Debitor menjadi sumber pelunasan utangnya kepada kredit tersebut. Hasil bersih
eksekusi harta Debitor dipakai untuk membayar kredit tersebut. Sebaliknya dalam hal Debitor mempunyai banyak Kreditor dan harta kekayaan Debitor tidak cukup
untuk membayar lunas semua Kreditor, maka para Kreditor akan berlomba dengan segala cara, baik yang halal maupun yang tidak, untuk mendapatkan
pelunasan tagihannya terlebih dahulu.
13
Kreditor yang datang belakangan mungkin sudah tidak dapat lagi pembayaran karena harta Debitor sudah habis. Hal ini sangat tidak adil dan
12
Ibid, hal.34.
13
Ibid, hal. 66.
Universitas Sumatera Utara
merugikan. Menurut Kartini Muljadi, hal inilah yang menjadi maksud dan tujuan dari Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
selanjutnya disebut dengan UUKPKPU, yaitu untuk menghindari terjadinya keadaan seperti yang dipaparkan di atas
.14
Dari sudut sejarah hukum, UUKPKPU pada mulanya bertujuan untuk melindungi para Kreditor dengan memberikan jalan yang jelas dan pasti untuk
menyelesaikan utang yang tidak dapat dibayar. Dalam perkembangannya kemudian, UUKPKPU juga bertujuan untuk melindungi Debitor dengan
memberikan cara untuk menyelesaikan utangnya tanpa membayar secara penuh, sehingga usahanya dapat bangkit kembali tanpa beban utang.
15
Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para Kreditor atas kekayaan Debitor oleh kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh Kreditor dan menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan Debitor
dapat dibagikan kepada semua Kreditor sesuai dengan hak masing-masing.
16
Lembaga kepailitan pada dasarnya merupakan suatu lembaga yang memberikan suatu solusi terhadap para pihak apabila Debitor dalam keadaan
berhenti membayartidak mampu membayar. Lembaga kepailitan pada dasarnya mempunyai dua fungsi sekaligus, yaitu:
14
Ibid, hal. 67.
15
Sidharta Gautama. Komentar Atas Peraturan Kepailitan Baru Untuk Indonesia, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 1998, hal. 71.
16
Ibid, hal. 72.
Universitas Sumatera Utara
Pertama, kepailitan sebagai lembaga pemberi jaminan kepada Kreditor bahwa Debitor tidak akan berbuat curang, dan tetap bertanggung jawab terhadap
semua hutang-hutangnya kepada semua Kreditor.
17
Kedua, kepailitan sebagai lembaga yang juga memberi perlindungan
kepada Debitor terhadap kemungkinan eksekusi massal oleh Kreditor- Kreditornya. Jadi keberadaan ketentuan tentang kepailitan baik sebagai suatu
lembaga atau sebagai suatu upaya hukum khusus merupakan satu rangkaian konsep yang taat asas sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal
1131 dan 1132 KUHPerdata.
18
Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata merupakan perwujudan adanya jaminan kepastian pembayaran atas transaksi-transaksi yang telah diadakan oleh Debitor
terhadap Kreditor-Kreditornya dengan kedudukan yang proporsional. Adapun hubungan kedua Pasal tersebut adalah sebagai berikut: Bahwa kekayaan Debitor
Pasal 1131 merupakan jaminan bersama bagi semua Kreditornya Pasal 1132 secara proporsional, kecuali Kreditor dengan hak mendahului hak Preferens.
Adapun syarat-syarat dari kepailitan terdapat dalam undang-undang kepailitan, persyaratan untuk dapat dipailitkan sungguh sangat sederhana. Pasal 1
ayat 1 UUKPKPU, menentukan bahwa yang dapat dipailitkan adalah Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu
utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik atas
permohonannya sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih Kreditornya.
17
Ibid, hal. 73
18
Ibid, hal.74.
Universitas Sumatera Utara
Dari paparan di atas, maka telah jelas, bahwa untuk bisa dinyatakan pailit, Debitor harus telah memenuhi dua syarat yaitu: memiliki minimal dua Kreditor;
tidak membayar minimal satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Kreditor yang tidak dibayar tersebut, kemudian dapat dan sah secara hukum untuk
mempailitkan Kreditor, tanpa melihat jumlah piutangnya.
19
Undang-Undang Kepailitan, sekali lagi memang sangat mempermudah
proses kepailitan.
20
19
Ibid, hal.76.
20
Jerry Hoff, Terjemahan Kartini Muljadi, Undang-undang Kepailitan di Indonesia, Jakarta : Tatatanusa, 2000, hal. 68.
Sebagai contoh, Pasal 6 ayat 3 UUKPKPU menentukan bahwa permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau
keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat 1 telah terpenuhi.
Bunyi pasal di atas dengan tegas menyatakan bahwa Hakim harus
mengabulkan, bukan dapat mengabulkan, jika telah terbukti secara sederhana.
Yang dimaksud terbukti secara sederhana adalah Kreditor dapat membuktikan bahwa Debitor berutang kepadanya dan belum dibayarkan oleh Debitor
kepadanya padahal telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Kemudian Kreditor tersebut dapat membuktikan di depan pengadilan, bahwa Debitor mempunyai
Kreditor lain selain dirinya. Jika menurut hakim apa yang disampaikan Kreditor atau kuasanya benar, tanpa melihat besar kecilnya jumlah tagihan Kreditor, maka
hakim harus mengabulkan permohonan kepailitan yang diajukan oleh Kreditor tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 memberikan perlindungan hukum kepada Kreditor untuk mengajukan permohonan melakukan sita jaminan
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 10 berikut ini :
21
1. Selama putusan atas permohonan pernyataan pailit belum diucapkan, setiap
Kreditor, Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal, atau Menteri Keuangan dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk
: a.
Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan Debitor; atau
b. Menunjuk Kurator sementara untuk mengawasi :
1 Pengelolaan usaha Debitor; dan
2 Pembayaran kepada Kreditor, pengalihan atau pengangunan
kekayaan Debitor yang dalam kepailitan merupakan wewenang kurator;
2. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya dapat dikabulkan,
apabila hal tersebut diperlukan guna melindungi kepentingan Kreditor. 3.
Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dikabulkan, Pengadilan dapat menerapkan syarat agar Kreditor pemohon
memberikan jaminan yang dianggap wajar oleh Pengadilan. Upaya pengamanan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini bersifat
preventif dan sementara, dan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan bagi Debitor melakukan tindakan terhadap kekayaannya, sehingga dapat merugikan
21
Sunarmi, Op.Cit, hal. 72.
Universitas Sumatera Utara
kepentingan kredtior dalam rangka pelunasan utangnya. Namun demikian, untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan Debitor dan Kreditor, Pengadilan
dapat mempersyaratkan agar kredtor memberikan jaminan dalam jumlah yang wajar apabila upaya pengamanan tersebut dikabulkan. Dalam menetapkan
persyaratan tentang uang jaminan atas keselurahan kekayaan Debitor, jenis kekayaan Debitor dan besarnya uang jaminan yang harus diberikan sebanding
dengan kemungkinan besarnya kerugian yang diderita oleh Debitor apabila permohonan pernyatan pailit ditolak oleh Pengadilan.
Menurut UUKPKPU, yang dapat menjadi Kurator adalah :
22
1. Perorangan atau Persekutuan Perdata yang berdomisili di Indonesia, yang
memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan atau membereskan harta pailit; dan
2. Telah terdaftar pada Departemen Kehakiman
Kurator yang diangkat itu harus independen dan tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Debitor atau Kreditor.
Pasal 23 Undang-Undang Kepailitan menentukan bahwa apabila seseorang dinyatakan pailit, maka yang pailit tersebut termasuk juga isteri atau suaminya
yang kawin atas dasar persatuan harta. Ketentuan Pasal ini membawa konsekuensi yang cukup berat terhadap harta kekayaan. Suami atau isteri yang kawin atas
persatuan harta artinya bahwa seluruh harta isteri atau suami yang termasuk dalam persatuan harta perkawinan juga terkena sita kepailitan dan otomatis masuk ke
dalam boedel pailit.
22
Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, hal. 211
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat pada umumnya telah mengetahui bahwa bank itu adalah tempat menabung, menyimpan uang ataupun meminjam uang bagi masyarakat
yang membutuhkan. Berikut akan disampaikan dua definisi bank, sebagai berikut: 1.
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan selanjutnya disebut UU Perbankan
menyatakan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
2. Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart mendefinisikan: Bank adalah suatu badan
yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dariorang lain
maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang
giral.
3. Somary berpendapat bahwa bank adalah suatu badan yang berfungsi sebagai
pengambil dan pemberi kredit, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan
tempat penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan juga perantara
dalam lalu lintas pembayaran
Fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur dan pelayan jasa dalam lalulintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekoNo.mi dan stabilitas nasional ke arah
Universitas Sumatera Utara
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Secara ringkas fungsi bank dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
1. Penghimpun dana Untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana
maka bank memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga sumber, yaitu:
a. Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal
waktu pendirian. b.
Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan
tabanas. c.
Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari pinjaman dana yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money
dana yang sewaktu-waktu dapat ditarik oleh bank yang meminjam
2. Penyalurpemberi Kredit Bank dalam kegiatannya tidak hanya menyimpan
dana yang diperoleh, akan tetapi untuk pemanfaatannya bank menyalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukan dana segar
untuk usaha. Tentunya dalam pelaksanaan fungsi ini diharapkan bank akan mendapatkan sumber pendapatan berupa bagi hasil atau dalam bentuk
pengenaan bunga kredit. Pemberian kredit akan menimbulkan resiko, oleh sebab itu pemberiannya harus benar-benar teliti dan memenuhi persyaratan.
Universitas Sumatera Utara
3. Penyalur dana Dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan, pemilikan harta tetap.
4. Pelayan Jasa Bank dalam mengemban tugas sebagai “pelayan lalu-lintas
pembayaran uang” melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit dan pelayanan lainnya.
Tujuan Perbankan di Indonesia diatur dalam Pasal 4 UU Perbankan, “Perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka menigkatkan pemerataan, pertumbuhan ekoNo.mi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”.Jenis-jenis
Perbankan di Indonesia diatur dalam Pasal 5 UU Perbankan, Pasal 5 ayat 1, berbunyi:
1. Bank Umum, adalah bank yang dapat memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran. 2.
Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
itu.Pasal 5 ayat 2: “Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan suatu
kegiatan tertentu dan memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu”.
Universitas Sumatera Utara
Kredit merupakan tulang punggung pembangunan di bidang ekoNo.mi.
23
Itu berarti perkreditan mempunyai arti penting dalam berbagai aspek pembangunan seperti bidang perdagangan, perindustrian, perumahan, transportasi
dan lain sebagainya. Perkreditan juga memberikan perlindungan kepada golongan ekoNo.mi lemah dalam pengembangan usahanya.
24
Sektor perkreditan merupakan salah satu sarana pemupukan modal bagi masyarakat bisnis. Bagi kaum
pengusaha, mengambil kredit sudah merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis.
25
23
Tan Kamello, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Jakarta: alumni,2006, hal.1.
24
Ibid, hal. 97.
25
Sutan Remy Sjahdeini, Hak Jaminan dan Kepailitan, Jakarta :Makalah Pembanding dalam Seminar Sosialisasi Undang-Undang No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, 2000,
hal.97.
Untuk melepaskan dunia bisnis dari kaitannya dengan pinjaman kredit Bank sangatlah sulit. Namun bagi perbankan, setiap kredit yang disalurkan kepada
pengusaha selalu mengandung risiko. Oleh karena itu, bentuk pengamanan kredit dalam praktik perbankan dilakukan dalam pengikatan jaminan.
Dalam perjanjian kredit Bank dengan nasabah individu atau badan hukum diperlukan pengamanan yang seluruhnya tertuang dalam isi dari
perjanjian kredit tersebut. Untuk suamiistri yang terikat dalam perkawinan, apabila salah satu pihak ingin melakukan perjanjian kredit dengan Bank, maka
kedua pihak suami dan istri wajib mengetahui isi dari perjanjian tersebut. Tidak boleh suatu perjanjian kredit atas nama suamiistri tidak ditanda tangani secara
bersama-sama atau tanpa sepengetahuan suamiistri.
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian