Pernyataan pailit suamiistri AKIBAT HUKUM PERNYATAAN PAILIT SUAMIISTRI

BAB III AKIBAT HUKUM PERNYATAAN PAILIT SUAMIISTRI

A. Pernyataan pailit suamiistri

Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan kepailitan, Pasal 2 UUKPKPU 2004 menyebutkan sebagai berikut: 1. Debitor sendiri, dengan syarat bahwa Debitor tersebut mempunyai minimal 2 Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih; 2. Kreditor yang mempunyai piutang kepada Debitor yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih; 3. Kejaksaan atau jaksa untuk kepentingan umum; 4. Bank Indonesia apabila menyangkut Debitor yang merupakan bank; 5. Badan Pengawas Pasar Modal, apabila menyangkut Debitor yang merupakan perusahaan efek, yaitu pihak-pihak yang melakukan kegiatan sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Perdagangan Efek, danatau manager Universitas Sumatera Utara Investasi sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal; 6. Menteri Keuangan, apabila menyangkut Debitor yang merupakan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pesiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik. Pihak yang dapat dinyatakan pailit adalah Debitor, yaitu orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan. 43 Debitor bisa merupakan orang perseorangan, badan hukum atau persekutuan-persekutuan yang bukan merupakan badan hukum, yang selanjutnya dapat diuraikan sebagai berikut: 44 Orang perseorangan yang dimaksud bisa laki-laki atau perempuan, baik yang belum atau sudah menikah. Pasal 4 UUKPKPU menentukan bahwa, bila permohonan pernyataan pailit diajukan Debitor yang sudah menikah, permohonannya hanya dapat diajukan atas persetujuan suamiistrinya, kecuali bila tidak ada percampuran harta kekayaan harta bersama. Sepanjang suamiistri tidak mengadakan perjanjian kawin yang isinya mengatur pemisahan harta kekayaan, ketika salah satu pihak baik suami maupun istri dinyatakan pailit, harta kekayaan yang merupakan harta bersama akan menjadi harta kepailitan. Sebaliknya jika sejak awal pernikahan sudah diadakan pemisahan harta kekayaan suamiistri dikecualikan menjadi harta kepailitan. Seorang istri dimungkinkan 1. Orang Perorangan 43 Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004. 44 Tje’Aman, Edy Putra, Kredit Perbankan suatu Tinjauan Yuridis, Yogyakarta : Liberty, 1992, hal. 60 Universitas Sumatera Utara mengambil kembali hartanya sendiri yang tidak masuk dalam persatuan harta, harta warisan, hibah atau wasiat, hasil penanaman modal, atau hasil penjualan barang istri. 2. Badan Hukum Selain orang perorangan, badan hukum juga dapat dinyatakan pailit oleh pengadilan. Pernyataan pailit tersebut mengakibatkan pengurusan harta kekayaan badan hukum serta merta beralih pada kurator. Kurator inilah yang bertugas melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit. Dengan sendirinya, setiap gugatan hukum yang bersumber pada hak dan kewajiban harta kekayaan Debitor pailit harus diajukan terhadap atau oleh kurator. Pasal 40 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang menyebutkan bahwa para pemegang saham tidak bertanggung jawab lebih dari jumlah penuh semua sahamnya. Kemudian hal yang sama juga ditegaskan oleh Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang dalam Pasal 3 ayat 1 menyebutkan bahwa pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya. Kemudian, dalam penjelasannya dinyatakan bahwa ketentuan dalam Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas ini, seandainya suatu perseroan terbatas dinyatakan pailit oleh pengadilan dan hasil penjualan harta kekayaan perseroan terbatas ternyata tidak cukup untuk melunasi uatang-utang perseroan terbatas, para pemegang saham tidak ikut bertanggung jawab menutupi kekurangan pelunasan utang-utang perseroan terbatas tersebut. Universitas Sumatera Utara Khusus bagi individu atau Debitor perorangan yang dinyatakan pailit, maka seluruh akibat dari pernyataan pailit tersebut yang berlaku untuk Debitor pailit juga berlaku untuk suami atau isteri yang menikah dalam persatuan harta dengan Debitor pailit tersebut. Ketentuan ini sejalan dengan ketentuan Pasal 3 ayat 1 jo Pasal 3 ayat 2 UUKPKPU yang mewajibkan adanya persetujuan dari suami atau isteri, dalam hal seorang Debitor yang menikah dengan percampuran harta ingin mengajukan permohonan kepailitan. Ini berarti bahwa kepailitan tersebut juga meliputi seluruh harta kekayaan dari pihak suami atau isteri Debitor perorangan dari Debitor yang dinyatakan pailit tersebut, yang menikah dalam persatuan harta kekayaan. Harta kekayaan tersebut meliputi harta yang telah ada pada saat pernyataan pailit diumumkan dan harta kekayaan yang diperoleh selama kepailitan. 45 Dengan kata lain, akibat kepailitan hanyalah terhadap harta kekayaan Debitor. Debitor tidaklah berada di bawah pengampuan. Debitor tidaklah Putusan pailit oleh pengadilan tidak mengakibatkan Debitor kehilangan kecakapannya untuk melakukan perbuatan hukum volkomen handelingsbevoegd pada umumnya, tetapi hanya kehilangan kekuasaan atau kewenangannya untuk mengurus dan mengalihkan harta kekayaannya saja. Dengan demikian, Debitor tetap dapat melakukan perbuatan hukum berupa misalnya menikah, atau membuat perjanjian kawin atau menerima hibah, atau bertindak menjadi kuasa atau mewakili pihak lain, dan sebagainya. 45 Happy Susanto, Pembagian Harta GoNo.-Gini Saat Terjadi Perceraian, Jakarta : Visimedia Pustaka, 2008, hal. 63. Universitas Sumatera Utara kehilangan kemampuanna untuk melakkan perbuatan hukum yang menyangkut dirinya, kecuali apabila perbuatan hukum itu menyangkut pengurusan dan pengalihan harta bendanya yang telah ada. Tindakan pengurusan dan pengalihan harta bendanya berada pada Kurator. Apabila menyangkut harta benda yang akan diperolehnya, Debitor tetap dapat melakukan perbuatan hukum menerima harta benda yang akan diperolehnya itu, namun harta yang diperolehnya itu kemudian akan menjadi bagian dari harta pailit. Putusan pernyataan pailit mengakibatkan harta kekayaan Debitor sejak putusan itu dikeluarkan dimasukkan ke dalam harta pailit. 46

B. Harta Kekayaaan SuamiIstri dalam Kepailitan