Tanggung Jawab suamiistri sebagi Debitor dalam perjanjian kredit bank

wajar bagi kepentingan Kreditor atau pihak ketiga. Penangguhan bertujuan antara lain : 1. Untuk memperbesar kemungkinan tercapainya perdamaian ; atau 2. Untuk memperbesar kemungkinan mengoptimalkan harta pailit; atau 3. Untuk memungkinkan kurator melaksanakan tugasnya secara optimal. Selama berlangsungnya jangka waktu penangguhan, segala tuntutan hukum untuk memperoleh pelunasan atas suatu piutang tidak dapat diajukan dalam sidang badan peradilan, baik Kreditor maupun pihak ketiga dimaksud dilarang mengeksekusi atau memohonkan sita atas benda yang dijadikan agunan.

C. Tanggung Jawab suamiistri sebagi Debitor dalam perjanjian kredit bank

Prinsip paling mendasar dari kepailitan adalah jatuhnya sita umum atas segala harta kekayaan Debitor. Begitu dirinya dinyatakan pailit, maka pada prinsipnya segala harta kekayaan Debitor akan dianggap sebagai sebuah hal yang harus dilihat lepas dari penguasaan Debitor, menjadi apa yang disebut “harta pailit”. Pasal 21 telah dengan tegas menyatakan bahwa kepailitan meliputi seluruh kekayaan Debitor saat putusan pailit diucapkan, berikut segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan. Meski begitu, UUKPKPU membuka adanya beberapa perkecualian dari aturan umum di atas. Dalam beberapa hal, bukan tidak mungkin harta kekayaan Debitor dapat dikecualikan dari harta pailit. Tentu, apabila ada dasar yang sahih untuk pengecualian, seperti misalnya pengecualian benda yang benar-benar dibutuhkan Debitor pailit untuk menyambung hidupnya Pasal 22. Kembali ke Universitas Sumatera Utara prinsip harta pailit, dengan adanya sita umum yang melingkupi seluruh harta kekayaan Debitor pailit, bahkan termasuk melingkupi apa yang diperoleh harta ini selama proses kepailitan berlangsung, maka logis apabila Debitor pailit kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus harta kekayaan yang telah menjadi harta pailit Pasal 24 ayat 1. Undang-undang telah mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan second way out bagi pemberian utang oleh Kreditor kepada Debitor sebagaimana diatur dalam KUHPerdata. Pasal 1131 KUHPerdata menentukan bahwa segala harta kekayaan Debitor, baik yang berupa benda bergerak maupun benda tetap benda tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang aka nada di kemudian hari, menjadi agunan atau jaminan bagi semua perikatan yang dibuat oleh Debitor. Dengan kata lain, Pasal 1131 KUHPerdata itu memberikan ketentuan bahwa apabila Debitor cedera janji tidak melunasi utang yang diperolehnya dari pada Kreditornya, maka hasil penjualan atas semua harta kekayaan Debitor tanpa kecuali merupakan sumber pelunasan bagi utangnya itu. 60 60 Sutan Remi Sjahdeini, Op.Cit, hal 277 Ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata itu merupakan ketentuan yang mampu memberikan perlindungan bagi seorang Kreditor. Seandainya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1131 KUHPerdata itu tidak ada, maka sulit dapat membayangkan ada Kreditor yang bersedia memberkan utang kepada Debitor. Ketentuan Pasal 1131 tesebut sudah merupakan asas yang bersifat universal, yang terdapat pada system hukum setiap Negara. Universitas Sumatera Utara Sehingga dapat disimpulkan, harta kekayaan Debitor yang dinyatakan pailit dianggap sebagai sebuah kesatuan terpisah dari Debitor bernama harta pailit dan Debitor tidak lagi berhak untuk menguasai dan mengurus harta tersebut. Pertanyaannya, siapa yang kemudian berwenang mengurus harta tersebut? Menurut UU Kepailitan kuratorlah yang mendapat tugas untuk melaksanakan kewenangan ini Pasal 69 ayat 1 UU Kepailitan. Selama jangka waktu penangguhan, yaitu 90 hari sejak tanggal putusan pailit ditetapkan, kurator dapat menggunakan atau menjual harta pailit untuk kelangsungan usaha Debitor, dengan syarat-syarat yaitu: 61 1. Harta yang dimaksud sudah berada dalam pengawasan Debitor pailit atau kurator; 2. Untuk itu telah diberikan perlindungan yang wajar bagi kepentingan Kreditor atau pihak ketiga yang menuntuthartanya yang berada dalam pengawasan Debitor pailit atau kurator. Perlindungan yang dimaksud, antara lain dapat berupa : a. Ganti rugi atas terjdinya penurunan nilai harta pailit; b. Hasil penjualan bersih; hak kebendaan pengganti; dan c. Imbalan yang wajar dan adil; serta d. Pembayaran tunai lainnya Harta pailit yang dapat dijual oleh kurator terbatas pada barang persediaan inventory danatau barang bergerak current asset, meskipun harta pailit tersebut dibebani hak agunan atas kebendaan. Yang dimaksud dengan perlindungan wajar adalah perlindungan yang perlu diberikan untuk melindungi 61 Poppy Indaryati, Diskriminasi Kurator di dalam Kepailitan, Semarang : Tesis Hukum dan TekNo.logi Program Pasca Sarjana Undip Universitas Sumatera Utara kepentingan Kreditor atau pihak ketiga yang haknya ditangguhkan. Jangka waktu 90 hari sebagai waktu penangguhan eksekusi harta kekayaan Debitor pailit oleh Kreditor pemegang hak kebendaan tertentu, akan berakhir karena hukum pada saat kepailitan diakhiri lebih dini atau pada saat keadaan insolvensi insolventie dimulai. Menurut Pasal 178 Undang-undang Kepailitan, insolvensi itu terjadi bila dalam rapat verifikasi atau pencocokan utang antara para Kreditor yang dilakukan setelah pernyataan kepailitan, tidak ditawarkan perdamaian accord, atau bila perdamaian yang ditawarkan telah ditolak, atau pengesahan akan perdamaian tersebut telah ditolak dengan pasti. Eksekusi Kreditor pemegang hak agunan atas kebendaan dapat ditangguhkan untuk jangka waktu tertentu, sebagaimana diatur dalam Pasal 56 Ayat 1 Undang-undang Kepailitan No.mor 37 Tahun 2004. Menurut ketentuan tersebut hak eksekusi Kreditor untuk mengeksekusi benda-benda agunan, maupun hak pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam penguasaan Debitor pailit atau kuratornya ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 hari sejak tanggal putusan pailit ditetapkan. Penangguhan yang dimaksud bertujuan, antara lain 62 1. Memperbesar kemungkinan tercapainya perdamaian; atau untuk : 2. Memperbesar kemungkinan mengoptimalkan harta pailit; atau 3. Memungkinkan kurator melaksanakan tugasnya secara optimal 63 Pranata hukum yang disebut sebagai penangguhan eksekusi jaminan utang stay atau cool down period atau legal moratorium, terjadi karena hukum by the 62 Hartini, Rahayu, Edisi Revisi Hukum Kepailitan, Malang : UMM Press, 2007, hal.32. 63 Jerry Hoff, Op.cit. hal.87 Universitas Sumatera Utara operation of law, tanpa perlu diminta sebelumnya oleh kurator. yang dimaksud dengan penangguhan eksekusi jaminan utang disini adalah masa-masa tertentu. Sungguhpun hak untuk mengeksekusi jaminan utang ada ditangan Kreditor Preferen Kreditor Separatis, Kreditor Preferen tersebut tidak dapat mengeksekusinya. Untuk masa tertentu, ia masih berada dalam masa tunggu, setelah masa tunggu tersebut berlalu, ia baru diperkenankan untuk mengeksekusi jaminan utangnya. 64 Kreditor atau pihak ketiga yang haknya ditangguhkan dapat mengajukan permohonan kepada kurator untuk mengangkat penangguhan atau mengubah syarat-syarat penangguhan tersebut. Sekiranya permohonan ini ditolak oleh kurator, Kreditor atau pihak ketiga dapat mengajukan permohonan tersebut kepada Hakim Pengawas. Kemudian Hakim Pengawas, selambat-lambatnya satu hari sejak permohonan tersebut diajukan kepadanya, wajib memerintahkan curator Selama jangka waktu penangguhan berlangsung, segala tuntutan hukum untuk memperoleh pelunasan atas suatu piutang tidak dapat diajukan dalam sidang badan peradilan. Baik Kreditor maupun pihak ketiga yang dimaksud dilarang mengeksekusi atau memohonkan sita atas barang yang menjadi agunan. Penangguhan yang dimaksud tidak berlaku terhadap tagihan Kreditor yang dijamin dengan uang tunai dan hak Kreditor untuk memperjumpakan utang set off yang merupakan akibat dari mekanisme transaksi yang terjadi di bursa efek dan bursa perdagangan berjangka. 64 R Soeroto., et. Al., Naskah Akedemis Peraturan Perundang-undangan Tentang Kepailitan, Jakarta : BPHN, 1991 Universitas Sumatera Utara untuk segera memanggil para Kreditor dan pihak yang mengajukan permohonan kepada Hakim Pengawas dengan surat tercatat atau melalui kurir, untuk didengar pada sidang pemeriksaan atas permohonan tersebut. Hakim Pengawas wajib memberikan putusan atas permohonan yang dimaksud dalam waktu paling lambat 10 hari sejak permohonan diajukan kepada Hakim Pengawas. Dalam melaksanakan permohonan yang diajukan oleh Kreditor atau pihak ketiga kepada Hakim Pengawas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu 65 1. Lamanya jangka waktu penangguhan yang sudah berlangsung; : 2. Perlindungan kepentingan para Kreditor dan pihak ketiga yang dimaksud; 3. Kemungkinan terjadinya perdamaian; 4. Dampak pengangguhan tersebut terhadap kelangsungan usaha dan manajemen usaha Debitor, serta pemberesan harta pailit. Terhadap permohonan yang diajukan oleh Kreditor atau pihak ketiga kepada Hakim Pengawas, putusan hakim pengawas kemungkinan dapat berupa: 1. Diangkatnya penangguhan untuk satu atau lebih Kreditor 2. Penetapan persyaratan tentang lamanya waktu penangguhan 3. Satu atau beberapa agunan yang dapat dieksekusi oleh Kreditor Seandainya Hakim Pengawas meNo.lak mengangkat atau mengubah persyaratan penangguhan yang dimaksud, Hakim Pengawas wajib memerintahkan kurator untuk memberikan perlindungan yang dianggap wajar untuk melindungi 65 Irawan Bagus, Aspek-Aspek Hukum Kepailitan: Perusahaan: dan Asuransi, Bandung, Alumni, 2007, hal. 85-86 Universitas Sumatera Utara kepentingan pemohon. Terhadap putusan Hakim Pengawas tersebut, Kreditor atau pihak ketiga yang mengajukan permohonan kepada Hakim Pengawas atau kurator dapat mengajukan perlawanan kepada Pengadilan Niaga dalam jangka waktu paling lambat 5 hari sejak putusan ditetapkan. Pengadilan Niaga wajib memutuskan perlawanan tersebut dalam jangka waktu paling lambat 10 hari sejak tanggal perlawanan tersebut diajukan. Terhadap putusan yang dimaksud ini tidak dapat diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Sehubungan dengan penurusan dan atau pemberesan harta pailit oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas tersebut, undang-undang menetapkan bahwa setiap Kreditor dari Debitor yang dinyatakan pailit, wajib untuk mendaftarkan piutang mereka masing-masing, tanpa kecuali, dengan mencantumkan hak-hak istimewa yang melekat pada piutang mereka tersebut, termasuk tetapi tidak terbatas pada hak istimewa yang diberikan dalam Pasal 1139 dan Pasal 1149 KUHPerdata, maupun hak dalam bentuk jaminan kebendaan. Atas pendaftaran yang diwajibkan oleh ketentuan Pasal 115 ayat 1 dan 2 UUKPKPU yang menyatakan, 1. Semua Kreditor wajib menyerahkan piutangya masing-masing kepada Kurator disertai perhitungan atau keterangan tertulis lainnya yang menunjukkan sifat dan jumlah piutang, disertai dengan surat bukti atau salinannya, dan suatu pernyataan ada atau tidaknya Kreditor mempunyai suatu hak istimewa, hak gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, hak aggunan atas kebendaan lainnya, atau hak untuk menahan benda. Universitas Sumatera Utara 2. Atas penyerahan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Kreditor berhak meminta suatu tanda terima dari Kurator. Kurator wajib memasukkan piutang yang disetujuinya kedalam suatu daftar piutang yang sementara diakui, sedangkan piutang yang dibantah termasuk alasannya dimasukkan ke dalam daftar tersendiri. Memasukkan piutang- piutang tersebut dalam daftar piutang yang diterima diakui, ditolak dibantah, maupun yang diterima secara bersyarat, dengan mencantumkan hak-hak istimewa yang melekat pada piutang mereka tersebut, termasuk tetapi tidak terbatas pada hak istimewa yang diberikan Pasal 1139 dan Pasal 1149 KUHPerdata, maupun hak dalam bentuk kebendaan tersebut di muka, sesuai dengan ketentuan Pasal 118 UUKPKPU yaitu dalam daftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117, dibubukan pula catatan terhadap setiap utang apakah menurut pendapat Kurator piutang yang bersangkutan diistimewakan atau dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotik, hak anggunan atas kebendaan lainnya, atau hak untuk menahan benda bagi tagihan yang bersangkutan. Apabila Kurator hanya membantah adanya hak untuk didahulukan atau adanya hak untuk menahan benda, piutang yang bersangkutan harus dimasukkan dalam daftar piutang yang untuk sementara diakui berikut catatan Kurator tentang bantahan serta alasannya. Sesuai ketentuan Pasal 188 ayat 1 Faillissementsverordening 66 66 Selanjutnya disebut dengan Fv , segera setelah kepada pada Kreditor yang telah dicocokkan tagihannya dibayar penuh tagihan mereka itu, atau segera setelah daftar pembagian penutup memperoleh Universitas Sumatera Utara kekuatan hukum yang pasti, maka berakhirlah kepailitan itu dengan tidak mengurang berlakunya ketentuan Pasal 189 Fv. Kurator mengumumkan hal itu dalam surat-surat kabar sesuai dengan ketentuan Pasal 13 Fv. Menurut Pasal 189 Fv, bila sesudah diadakan pembagian penutup, pembagian yang semula dicadangkan berdasarkan Pasal 189 Fv jatuh kembali ke dalam harta pailit, atau bila ternyata masih terdapat kekayaan harta pailit yang pada waktu pemberesan tidak diketahui, maka atas perintah Pengadilan Niaga, Kuratotr akan membereskan dan mengadakan pembagian atas dasar pembagian yabg dahulu. Menurut ketentuan Pasal 205 Fv, agar Debitor kembali berwenang untuk dapat melakukan kegiatan usaha dan mengurus kekayaannya, Debitor harus mengajukan permohonan rehabilitasi kepada Pengadilan Niaga yang semuala mememrika kepailitan yang bersangkutan. Dengan kata lain, kewenangan unuk dapat melakukan kegiatannya dan mengurus harta kekayaannya tidak terjadi demi hukum setelah tindakan pemberesan selesai dilakukan oleh Kurator. Kurator dalam melaksanakan tugasnya yang bertanggung jawab kepada Hakim Pengawas. Dalam kaitan tanggung jawab itu, Pasal 188 ayat 2 Fv menentukan bahwa setelah lewat satu bulan, Kurator harus memberikan pertanggungjawaban tentang pengurusan yang telah dilaksanakannya kepada Hakim Pengawas. Universitas Sumatera Utara Segala buku dan surat yang ditemukan oleh Kurator dalam harta pailit harus diserahkan kepada Debitor pailit dengan menerima tanda penerimaan sebagaimana seharusnya. Dengan ditentukan oleh Pasal 188 ayat 3 Fv. 67 Di dalam Pasal 178 ayat 1 Undang-Undang No.mor 37 Tahun 2004 terdapat ketentuan bahwa, kecuali telah terjadi perdamaian antara Debitor yang Bila sesudah diadakan pembagian penutup, ternyatap pembagian yang semula dicadangkan berdasarkan Pasal 184 Fv jatuh kembali ke dalam harta pailit, atau bila ternyata masi terdapat kekayaan harta pailit yang pada waktu dilakukan pemberesan tidak dikethaui, atas perintah Pengadilan Niaga, Kurator akan membereskan dan mengadakan pembagian atas dasar pembagian yang sebelumnya. Semua ketetapan mengenai hal pengurusan dan pemberesan harta pailit dilakukan oleh pengadilan niaga dalam tingkah penghabisan kecuali bila ditentukan sebaliknya. Ketidakjelasan lain yang timbul sehubungan dengan ketentuan Pasal 56A ayat 3 itu ialah tentang bagaimana hasil penjualan barang-barang itu akan dibagikan kepada pada Kreditor. UU Kepailitan tidak berbicara apa-apa mengenai apakah hasilnya akan diserahkan seluruhnya oleh Kurator kepada Kreditor Separatis pemegang Hak Jaminan tersebut ataukah akan dibagikan kepada semua Kreditor dengan mengabaikan berlakunya hak jaminan tersebut. Logika Hukumnya bahwa hasil penjualan itu harus diserahkan kepada Kreditor Separatis yaitu Bank sebagai pemegang hak jaminan untuk melunasi piutangnya. 67 Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit, hal. 471-473. Universitas Sumatera Utara dinyatakan pailit dengan seluruh Kreditor konkuran, maka seluruh harta kekayaan Debitor yang dinyatakan pailit tersebut akan dibereskan, dalam pengertian akan dijual untuk kepentingan seluruh Kreditor Konkuren, termasuk Kreditor dengan jaminan kebendaan yang telah mendaftarkan diri sebagai Kreditor Konkuren untuk bagian piutangnya yang tidak dapat dilunasi dengan jaminan kebendaan yang telah diberikan tersebut. Jadi dalam pailit suamiistri, suamiistri sebagai Debitor tidak memiliki wewenang utk menjual harta pailit tersebut melainkan diberikan kuasa sepenuhnya terhadap Kurator untuk menjual harta pailit tersebut, yang kemudian dari hasil penjualan tersebut akan dilunasi utang-utang Debitor kepada Bank sebagai Kreditor Separatis pemegang hak jaminan, setelah itu, sisa dari harta pailit tersebut dibagikan secara merata kepada Kreditor-Kreditor lainnya. Dan apabila masih ada kelebihan dari harta pailit setelah segala utang piutang dilunasi, maka kurator akan memberikan sisa dana tersebut kepada suamiistri sebagai Debitor pailit.

D. Penyelesaian Kredit Bank oleh Debitor pailit