BAB IV AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT SUAMI ISTRI ATAS
PERJANJIAN KREDIT BANK
A. Macam-Macam Kreditor
Istilah hukum yang dipakai dalam bahasa Inggris untuk Kreditor yang demikian itu ialah Secured Creditor. Jenis Kreditor yang kedua, ialah Kreditor
yang harus berbagi diantara mereka secara proporsional, atau disebut juga secara pari passu, yaitu menurut perbandingan besarnya masing-masing piutang mereka,
dari hasil penjualan harta kekayaan Debitor yang tidak dibebani dengan hak jaminan. Kreditor jenis yang kedua tersebut disebut Kreditor Konkuren. Istilah
hukum yang dipakai dalam bahasa Inggris untuk Kreditor jenis yang kedua ialah Unsecured Creditor.
53
Ketentuan Pasal 1 ayat 1 UUKPKPU, Kreditor adalah pihak yang memiliki tagihan atau piutang terhadap Debitor yang berutang kepadanya.
54
Pasal 1 angka 1 UUKPKPU menyebutkan bahwa Kreditor adalah orang yang
mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan. Dari rumusan tersebut disimpulkn bahwa unsur-unsur untuk
dikategorikan sebagai Kreditor adalah :
55
53
Ricardo Simanjuntak, “Tinjauan Kritis Penyelesaian Perkara Kepailitan dan Likuidasi Bank”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 23-No.. 3-Tahun 2004,
Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis.
54
Sutan Remi Sjahdeini, Op.Cit, hal. 114.
55
H. Man S. Sastrawidjaja, Op.Cit, hal 82-86.
Universitas Sumatera Utara
1. Orang, tentu yang diartikan orang disini bukan hanya manusia atau orang
perorangan tetapi juga badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun yang tidak berbentuk badan hukum.
2. Piutang, dalam Pasal 1 UUKPKPU tidak terdapat rumusan atau definisi
piutang tetapi yang ada adalah definisi utang Pasal 1 angka 5 UUKPKPU 3.
Piutang tersebut dapat timbul dari perjanjian atau undang-undang. Dengan demikian, piutang tersebut menimbulkan suatu perikatan Pasal 1233
KUHPerdata. 4.
Dapat ditagih di muka pengadilan. Hal ini mengandung arti bahwa piutang itu dapat digugat pemenuhannya di pengadilan. Pada umumnya, setiap
prestasi dapat dituntut pemenuhannya di muka pengadilan. Adapun jenis-jenis Kreditor yang dikenal dalam UU Kepailitan adalah ;
1. Kreditor Separatis Adalah Kreditor yang dapat menjual sendiri benda jaminan seolah-olah
tidak terjadi kepailitan.
56
Dengan kedudukan Kreditor Separatis sebagai yang tertinggi yang merupakan Kreditor yang diistimewakan yang kedudukannya lebih tinggi dari kedudukan
Kreditor pemegang hak tanggungan, gadai dan agunan lainnya. Bank sebagai pemegang jaminan kebendaan selaku Kreditor Separatis
pada dasarnya lebih tinggi kedudukannya dari Kreditor lainnya sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1134 ayat 2 KUHPerdata kecuali undang-undang
menentukan sebaliknya. Pembayaran kepada Kreditor Separatis dilakukan dengan tidak mengurangi hak privilege dari Kreditor yang diistimewakan.
56
Sunarmi, Op.cit, hal. 170
Universitas Sumatera Utara
Kreditor Separatis, kurator maupun Kreditor diistimewakan dapat meminta seluruh haknya secara penuh yang diambil dari hasil penjualan objek jaminan,
baik yang dijual Kreditor Separatis ataupun jika dijual oleh kurator. 2. Kreditor Preferan
Adalah Kreditor yang piutangnya mempunyai kedudukan istimewa, artinya Kreditor ini mempunyai hak untuk mendapatkan pelunasan terlebih
dahulu dari hasil penjualan boedel pailit.
57
a. Biaya perkara yang semata-mata dissebabkan karena suatu penghukuman
untuk melelang suatu benda bergerak maupun benda tidak bergerak. Biaya ini dibayar dari pendapatan penjualan benda tersebut terlebih dahulu dari
pada semua piutang-piutang lain-lainnya yang diistimewakan, bahkan lebih dahulu pulak dari pada gadai dan hipotik.
Kreditor yang berdasarkan pada Pasal 1139 KUHPerdata terhadap benda-benda tertentu, yakni :
b. Uang-uang sewa dari benda tak bergerak, biaya-biaya perbaikan yang
menjadi wajibnya penyewa, beserta segala apa yang mengenai kewajiban memenuhi persetujuan sewa.
c. Harga pembelian benda-benda bergerak yang belum dibayar.
d. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang.
e. Biaya untuk melakukan suatu pekerjaan pada suatu barang, yang masih
harus dibayar kepada seorang tukang. f.
Upah-upah pengangkutan dan biaya-biaya tambahan.
57
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
g. Apa yang harus dibayar kepada tukang-tukang batu, tukang-tukang kayu
dan lain-lain tukang untuk pembangunan, penambahan dan perbaikan- perbaikan benda-benda tak bergerak, asal saja piutangnya tidak lebih dari 3
tiga tahun dan bukan hak milik atas persil yang bersangkutan masih tetap pada si berhutang.
h. Penggantian-penggantian serta pembayaran-pembayaran yang harus dipikul
oleh pegawai yang memangku suatu jabatan umum, karena segala kelalaian, kesalahan, pelanggaran dan kejahatan-kejahatan dalam jabatannya.
Sedangkan menurut Pasal 1149 KUHPerdata, terhadap semua benda bergerak dan tidak bergerak pada umumnya, yaitu :
a. Biaya-biaya perkara, yang semata-mata disebabkan oleh pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan, biaya-biaya ini didahulukan daripada gadai dan hipotik.
b. Biaya-biaya penguburan, dengan tidak mengurangi kekuasaan hakim untuk
menguranginya jika biaya-biaya itu terlalu tinggi. c.
Semua biaya perawatan dan pengobatan dari sakit yang pengabisan. d.
Upah para buruh selama tahun yang lalu dan upah yang sudah dibayar dalam tahun yang sedang berjalan serta jumlah uang kenaikan upah
menurut Pasal 1602 huruf q. e.
Hutang karena penyerahan bahan-bahan makanan yang dilakukan kepada si berhutang beserta keluarganya, selama waktu 6 bulan terakhir.
3. Kreditor Konkuren atau Kreditor Pesaing
Universitas Sumatera Utara
Adalah Kreditor yang tidak termasuk golongan Kreditor Separatis atau Kreditor Preferen. Pelunasan piutang-piutang mereka dicukupkan dari sisa hasil
penjualanpelelangan harta pailit sesudah diambil bagian golongan Kreditor Separatis atau Kreditor Preferen.
58
Dalam Pasal 1133 KUHPerdata dinyatakan bahwa hak untuk didahulukan di antara orang-orang yang berpiutang diterbitkan dari pemegang piutang yang
diistemewakan, gadai dan hipotek. kemudian dalam Pasal 1137 KUHPerdata dinyatakan bahwa hak kas negara, kantor lelang, dan lain-lain badan umum yang
dibentuk oleh pemerintah, harus didahulukan. Sejalan dengan itu, Pasal 55 ayat 1 Undang-undang Kepailitan No.mor 37 Tahun 2004 menyebutkan bahwa setiap
Kreditor yang memegang hak tanggungan, hak gadai, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi
kepailitan. namun, bila penagihan mereka adalah suatu piutang dengan syarat Hutang pajak mempunyai hak mendahului diatas Kreditor lainnya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perpajakan. Walaupun demikian, tidak berarti hutang pajak merupakan hutang yang sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Kepailitan karena kantor pajak tidak pernah memberikan pinjaman uang sehingga tidak terdapat hubungan antara Kreditor dan Debitor.
Hutang pajak merupakan tagihan yang lahir dari Undang-Undang, bukan kaena hubungan utang piutang yang lahir dari perjanjian. Oleh karena itu, berada diluar
kepailitan karena mempunyai kedudukan hak istimewa dalam penyelesaiannya, sehingga tidak termasuk Kreditor dalam ruang lingkup kepailitan.
58
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
tangguh atau suatu piutang yang masih belum tentu kapan boleh ditagih, mereka diperkenankan berbuat demikian hanya sesudah penagihan mereka dicocokan, dan
tidak dimanfaatkan untuk tujuan lain selain mengambil pelunasan jumlah yang diakui dari penagihan tersebut. Setiap pemegang ikatan panenan juga
diperbolehkan melaksanakan haknya, seolah-olah tidak ada kepailitan. Menurut Pasal 60 UUKPKPU, Kreditor pemegang hak tanggungan, hak
gadai, atau hak agunan atas kebendaan lainnya yang melaksanakan haknya mengeksekusi benda-benda yang menjadi agunan dan kurator mengenai hasil
penjualan benda-benda yang menjadi agunan dan menyerahkan sisa penjualan yang telah di kurangi jumlah utang, bunga dan biaya, kepada kurator. Atas
tuntutan kurator atau Kreditor yang diistimewakan, pemegang hak tanggungan, hak gadai, atau hak agunan atas kebendaan lainnya wajib menyerahkan bagian
dari hasil penjualan tersebut untuk jumlah yang sama dengan tagihan yang diistimewakan.
Pengertian tentang ”kedudukan yang diutamakan” menurut penjelasan umum Undang-undang Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996 adalah, jika Debitor
cidera janji, Kreditor pemegang hak tanggungan berhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan, dengan hak mendahulu daripada Kreditor-Kreditor yang lain. Kedudukan diutamakan tersebut sudah barang tentu
tidak mengurangi preferensi piutang-piutang negara menurut ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai diutamakannya kedudukan Kreditor pemegang hak tanggungan terhadap Kreditor-Kreditor yang lain, dipertegas lagi dalam Pasal 20 ayat 1
Undang-undang Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996, apabila Debitor cidera janji maka pemegang Hak Tanggungan berhak menjual objek Hak Tanggungan melalui
pelelangan umum sesuai dengan tata cara yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk pelunassan piutang pemegang Hak
Tanggungan dengan mendahulu daripada Kreditor-Kreditor lainnya. Dengan demikian maka Kreditor pemegang Hak Tanggungan mempunyai hak untuk
melaksanakan parate eksekusi, artinya pemegang Hak Tanggungan tidak perlu bukan saja memperoleh persetujuan dari pemberi Hak Tanggungan, tetapi juga
tidak perlu meminta penetapan dari pengadilan setempat apabila akan melakukan eksekusi atas Hak Tanggungan yang menjadi jaminan utang Debitor dalam hal
Debitor cidera janji. Selama berlakunya UU No. 4 Tahun 1998, Permohonan Pailit pada
umumnya diajukan oleh Kreditor, baik Kreditor yang merupakan perusahaan maupun Kreditor perorangan. Dalam hukum kepailitan dikenal prinsip paritas
creditorium, artinya bahwa semua Kreditor Konkuren mempunyai hak yang sama atas pembayaran piutangnya. Hasil kekayaan Debitor yang telah dijual akan
dibagikan secara seimbang dan proposional menurut besarnya piutang mereka masin-masing, kecuali apabila diantara para Kreditor tersebut terdapat alasan-
alasan yang sah untuk didahulukan Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
Alasan-alasan yang sah untuk didahulukan ini adalah karena Kreditor tersebut memiliki hak jaminan kebendaan secured creditor atau Kreditor
tersebut memiliki hak preferensi untuk diistimewakan. Sehubungan dengan pernyataan pailit Debitor tidak terlalu penting bagi
Kreditor Separatis dan Kreditor Preferen karena mereka dapat mengeksekusi benda jaminan seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Hal demikian berbeda dengan
Kreditor Konkuren yang tidak memiliki benda jaminan sehingga kemungkinan diantara mereka terjadi perebutan harta Debitor. Oleh karena itu salah satu fungsi
kepailitan adalah untuk memenuhi hak Kreditor bersaing atau Kreditor Konkuren secara adil, sehingga tidak terjadi perbuatan-perbuatan yang secara hukum tidak
dibenarkan.
59
B. Kedudukan Bank sebagai Kreditor Separatis Pemegang Hak Jaminan Menurut Undang-Undang No.mor 37 Tahun 2004
Dalam hal hasil penjualan kebendaan yang dijaminkan melebihi utang Debitor pailit, maka Kreditor pemegang jaminan kebendaan tersebut kepada
Balai Harta Peninggalan, guna dipergunakan untuk melunasi kewajiban Debitor pailit pada Kreditor-Kreditor lainnya secara paripasu dan prorate Pasal 1132
KUHPerdata yang menjelaskan bahwa apabila harta kekayaan Debitor tersebut menjadi jaminan atau agunan secara bersama-sama bagi semua pihak yang
memberi utang kepada Debitor. Artinya, apabila Debitor cidera janji tidak
59
H.Man S Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Bandung: Alumni, 2006, hal.55.
Universitas Sumatera Utara
melunasi utangnya, maka hasil penjualan atas harta kekayaan Debitor tersebut dibagikan secara proporsional secara pari passu menurut besarnya piutang
masing-masing Kreditor, kecuali apabila diantara para Kreditor itu terdapat alasan-alasan yang sah untuk didahulukan dari Kreditor-Kreditor yang lain.
Bila dalam harta pailit terdapat utang-utang yang tidak menyangkut biaya umum kepailitan dan utang-utang yang harus didahulukan kepada hipotik dan
gadai maka Kreditor pemegang hipotik atau gadai yang telah menggunakan haknya, atas tuntutan balai harta peninggalan atau Kreditor yang mempunyai hak
istimewa, wajib menyerahkan seluruh hasil pendapatan penjualan barang itu kepada Balai Harta Peninggalan. Pemegang permanen atas dasar perikatan yang
dibuatnya wajib dipertanggungjawabkan daln menyerahkan hasil pendapatan penjualannya, dengan cara yang sama seperti pada ayat ini, kepada balai harta
peninggalan. Sekalipun Undang-undang telah menyediakan perlindungan kepada para
Kreditor ditentukan di dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata tersebut, tetapi perlindungan tersebut belum tentu menarik bagi calon Kreditor untuk
memberikan utang kepada calon Debitor. Tentulah akan lebih menarik bagi calon Kreditor apabila hukum menyediakan perlindungan yang lebih baik daripada
sekedar perlindungan berupa memperoleh pelunasan secara proporsional dari hasil penjualan harta Debitor.
Kedudukan Hak Jaminan terhadap hak istimewa, menurut Pasal 1134 Ayat 2 KUHPerdata lebih tinggi daripada Hak Istimewa, kecuali dalam hal-hal
dimana oleh Undang-undang ditentukan sebaliknya. Hak istimewa yang lebih
Universitas Sumatera Utara
yang lebih tinggi dari hak jaminan misalnya biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena suatu penghukuman untuk melelang baik suatu benda bergerak
maupun benda tidak bergerak . Biaya ini dibayar dari hasil penjualan benda tersebut sebealum dibayarkan kepada para Kreditor lainnya, termasuk kepada
Kreditor pemegang hak jaminan. Dari keterangan tersebut di atas dapat kita ketahui bahwa ada 2 jenis
Kreditor. Jenis yang pertama adalah Kreditor yang didahulukan dari Kreditor- Kreditor lainnya untuk memperoleh pelunasan dari hasil penjualan harta kekayaan
Debitor asalkan benda tersebut telah dibebani dengan hak jaminan tertentu bagi kepentingan Kreditor tersebut. Kreditor yang demikian itu disebut Kreditor
Preferen. Kreditor yang haknya didahulukan disebut sebagai Kreditor Preferen,
sedangkan Kreditor yang tidak diutamakan disebut Kreditor Konkuren. Kedudukan sebagai Kreditor Preferen tentu lebih disukai pihak Kreditor
dibandingkan haknya menjadi Kreditor Konkuren. Sehubungan dengan itu, pihak Kreditor biasanya akan meminta penyerahan kekayaan Debitor sebagai jaminan
bagi pembayaran kembali utangnya. Bank dalam hal Debitor dinyatakan pailit biasa disebut sebagai Kreditor Separatis. Kreditor Separatis adalah Kreditor yang
memiliki jaminan hutang kebendaan hak jaminan seperti hak tanggungan, hipotik, gadai, fidusia, dan lain-lain.
Dalam Pasal 55 UUKPKPU ditentukan bahwa setiap Kreditor pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, dan atau hak agunan atas
kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi
Universitas Sumatera Utara
kepailitan, kecuali dalam penagihan suatu piutang yang sebagimana dimaksud dalam Pasal 136 dan 137, Kreditor Separatis tersebut hanya dapat mengeksekussi
setelah dicocokkan penagihannya dan hanya untuk mengambil pelunasan dari jumlah yang diakui dari penagihan tersebut.
Dari bunyi Pasal 136 dan 137 UU Kepailitan dapat diketahui bahwa ada beberapa piutang yang harus dicocokkan terlebih dahulu sebelum mengeksekusi
hak separatisnya, antara lain; 1.
Piutang yang dengan syarat tunda 2.
Piutang yang belum jelas pada saat penagihannya; atau 3.
Piutang yang memberikan hak untuk memperoleh pembayaran secara berkala 4.
Semua piutang yang dapat ditagih setelah lewat 1 tahun setelah tanggal putusan pailit diucapkan
Adapun dari Pasal 137 ayat 2 UUKPKPU dapat diketahui bahwa Kreditor Separatis yang memiliki piutang yang dapat ditagih dalam waktu 1 tahun
setelah tanggal putusan pernyataan pailit diubapkan, dapat mengeksekusi haknya tersebut seolah-ulah tidak terjadi kepailitan. Kreditor pemegang gadai, jaminan
fidusa, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya disebut Kreditor Separatis yang melaksanakan haknya mengeksekusimenjual atas harta
Debitor yang diletakkan dengan lembaga jaminan, wajib memberikan pertanggungjawaban kepada kurator tentang hasil penjualan serta dikurangi
jumlah utang, bunga dan biaya kepada kurator, jika hasil eksekusipenjualan tersebut tidak mencukupi untuk melunasi piutang yang bersangkutan, Kreditor
pemegang hak tersebut dapat mengajukan tagihan pelunasan atas kekurangan dari
Universitas Sumatera Utara
harta pailit sebagai Kreditor Konkuren, setelah mengajukan permintaan pencocokan hutang.
Sebelum Kreditor Separatis atau pihak ketiga tersebut mengeksekusi, harus diperhatikan Pasal 56 ayat 1 UU Kepailitan yang menentukan bahwa hak
eksekusi Kreditor dan hak pihak ketiga untuk menuntut hartanya yang berada dalam penguasaan Debitor pailit atau kuratot, ditangguhkan untuk jangka waktu
paling lama 90 hati sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan Dalam Pasal 57 ayat 1 UUKPKPU ditentukan bahwa jangka waktu
penangguhan tersebut berakhir demi hukum pada saat kepailitan diakhiri lebih bepat atau pada saat dimulainya keadaan insolvensi. Kreditor atau pihak ketiga
yang haknya ditangguhkan dapat mengajukan permohonan kepada kurator untuk mengangkat penangguhan atau mengubah syarat penangguhan tersebut. Apabila
permohonan tersebut kepada hakim pengawas. Hakim pengawas dalam jangka waktu paling lambat 1 hri setelah permohonan tersebut diterima, wajib
memerintahkan kurator untuk segera memanggil dengan surat tercatat atau melalui kurir kepada permohonan tersebut. Hakim pengawas wajib memberikan
penetapan atas permohonan dalam waktu paling lambat 10 hari setelah permohonan tersebut diajukan kepadanya.
Selama jangka waktu penangguhan, Kurator dapat menggunakan harta pailit berupa benda tidak bergerak maupun benda bergerak atau menjual harta
pailit yang berupa benda bergerak yang berada dalam penguasaan Kurator dalam rangka kelangsungan usaha Debitor, dalam hal telah diberikan perlindungan yang
Universitas Sumatera Utara
wajar bagi kepentingan Kreditor atau pihak ketiga. Penangguhan bertujuan antara lain :
1. Untuk memperbesar kemungkinan tercapainya perdamaian ; atau
2. Untuk memperbesar kemungkinan mengoptimalkan harta pailit; atau
3. Untuk memungkinkan kurator melaksanakan tugasnya secara optimal.
Selama berlangsungnya jangka waktu penangguhan, segala tuntutan hukum untuk memperoleh pelunasan atas suatu piutang tidak dapat diajukan
dalam sidang badan peradilan, baik Kreditor maupun pihak ketiga dimaksud dilarang mengeksekusi atau memohonkan sita atas benda yang dijadikan agunan.
C. Tanggung Jawab suamiistri sebagi Debitor dalam perjanjian kredit bank