2. Perkembangan Kredit Macet Realisasi kredit yang semakin tinggi dari tahun 2002-2006 bukan hanya
menunjukkan bahwa PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan memiliki laba produktivitas yang tinggi tetapi juga menunjukkan bahwa resiko
pengembalian kredit PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan juga semakin tinggi.
Resiko pengembalian kredit tersebut terlihat dari munculnya kredit macet. Kredit macet dari realisasi kredit pada tahun 2002 adalah 0.2, pada tahun 2003
adalah 0.2, pada tahun 2004 adalah 0.7, pada tahun 2005 adalah 1.3, dan pada tahun 2006 adalah 2.3
B. Kebijakan Pemberian Kredit
PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan dalam memberikan kredit kepada debitur dituntut untuk dapat mengambil suatu kebijakan agar tidak
terjebak kepada banyaknya jumlah piutang yang tidak tertagih atau kredit macet. PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan dalam pelaksanaan kebijakan
pemberian kreditnya sudah melaksanakan Kebijakan Umum Perkreditan KUP PT Bank NISP, Tbk, dimana bank dalam memberikan kredit harus meneliti
dahulu siapa orang yang akan memperoleh kredit, apa jenis usahanya, berapa jumlah kredit serta bagaimana metode pembayaran kredit tersebut. Semuanya ini
merupakan penilaian bank terhadap debitur. Kebijakan Umum Perkreditan KUP PT Bank NISP, Tbk tentang Pokok-
pokok Pengaturan mengenai pemberian kredit dan kriteria nasabah yang dapat dilayani adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Kriteria nasabah yang dilayani adalah kriteria yang dipilih oleh segmen bisnis
bagi tiap pasar sasaran yang ditentukan, sangat penting karena menyangkut kemampuan bank menanggung resiko. Kriteria tersebut dapat bersifat
kuantitatifkualitatif dan dipunyai oleh setiap pejabat kredit lini atau bisnis yang bertanggung jawab atas kreditmarketing. Pejabat kredit ini atau
marketing akan menggunakan keuntunganpendapatan yang sebesarnya dengan resiko yang serendah-rendahnya.
2. Kriteria nasabah yang dilayani jika dipilih secara tepat akan merupakan alat
untuk meningkatkan kesehatan portofolio kredit. 3.
Penetapan kriteria nasabah yang dapat dilayani ditentukan oleh masing- masing urusan bisnis kantor pusat, sehingga mendorong para pejabat di bidang
kredit memahami secara mendalam hal-hal yang menyangkut industri, pasar, dan nasabah.
4. Setiap urusan bisnis dan bagiannya dengan demikian harus menetapkan atau
menentukan kriteria pasar sasaran dan membuat rencana bisnis sesuai dengan arah dan usaha yang ingin dicapai.
5. Pengetahuan tentang berbagai bisnis jenis usaha dan batasan pasar
memungkinkan setiap bagian bisnis dapat membuat identifikasi dan menyusun kriteria nasabah yang dapat dilayani, kriteria tersebut akan menjadi dasar
pemasaran. 6.
Rencana bisnis dan persyaratan kredit harus di-review setiap tahun sesuai dengan keadaan ekonomi, rencana ekspansi kredit BRI, posisi kredit, keadaan
dan kecenderungan jenis usahapasar. Pejabat kredit lini harus mengikuti
Universitas Sumatera Utara
pedoman unitnya dalam menyusun rencana bagi per nasabah, ataupun mencari nasabah baru.
7. Bank NISP memaklumi bahwa situasi dan kondisi sering kali mendorong
diterimanya nasabah diluar kriteria nasabah yang dapat dilayani ataupun di luar pasar sasaran. Pengecualian seperti itu harus dijelaskan pertimbangan-
pertimbangannya dalam Memorandum Analisis Kredit MAK. Oleh karena itu, tidak boleh ada kriteria atau rencana bisnis yang membebaskan pejabat
kredit lini dari tanggung jawab. Pada Kebijakan Umum Perkreditan KUP PT Bank NISP, Tbk juga
dijelaskan bahwa Bank NISP dalam memberikan kredit harus senantiasa menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian tersebut berisi:
1. Pemisahan Pejabat Kredit
Pejabat kredit dibagi menjadi 2 dua yaitu pemrakarsa kredit dan pemutus kredit. Pemrakarsa kredit bertanggung jawab memeriksa setiap permohonan
kredit yang diterima, menganalisis, dan mengevaluasi. Permintaan kredit yang telah diperiksa pemrakarsa kemudian diserahkan kepada pejabat pemutus
kredit untuk mempelajari kembali isi permintaan kredit dan kelayakan kredit. 2.
Penetapan Pasar Sasaran Pasar sasaran Bank NISP adalah sekelompok nasabah dalam suatu industri,
segmen ekonomi, pasar, daerah geografis, yang memiliki ciri-ciri tertentu yang diinginkan dan dipandang perlu untuk pengalokasian usaha dan biaya
pemasaran dalam mencari peluang-peluang bisnis baru atau perluasan bisnis. Tujuan penetapan pasar sasaran adalah agar pemberian kredit lebih terarah
serta sesuai dengan sumber daya yang dimiliki Bank NISP, sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
memberikan keuntungan yang optimal. Luas daerah pemasaran yang dilayani bank tergantung pada berbagai faktor antara lain jumlah dana yang dimiliki,
faktor persaingan, jumlah permintaan kredit dari tiap daerah dan sejauh mana pihak bank dapat memonitor debitur yang letaknya jauh dari lokasi bank.
3. Penetapan kriteria resiko kredit yang dapat diterima.
Kriteria-kriteria resiko kredit yang dapat diterima yaitu penilaian kuantitatif dan kualitatif kondisi calon debitur secara obyektif dan realistis yang dapat
dipergunakan sebagai dasar perhitungan dan perencanaan dalam manajemen perkreditan. Tujuan penetapan kriteria resiko untuk meminimalkan resiko
kredit dan mengoptimalkan keuntungan. Pemberian kredit kepada debitur oleh PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam
Bonjol Medan dinilai kurang memperhatikan aspek-aspek pertimbangan rencana pemberian kredit yaitu:
1. Kelengkapan Paket Kredit
Pihak pemrakarsa pejabat kredit bersama-sama dengan administrasi kredit sebelum pemberian kredit bertanggung jawab untuk meneliti dan memastikan
bahwa dokumen-dokumen yang mendukung pemberian keputusan kredit masih berlaku, sah dan berkekuatan hukum. Dokumen-dokumen yang perlu
diperhatikan yaitu: a.
Copy dokumen b.
Bukti kepemilikan agunan c.
Bukti penilaian agunan d.
Bukti negoisasi e.
Kelengkapan formulir paket kredit sesuai dengan jenis kreditnya.
Universitas Sumatera Utara
f. Dokumen mengenai identitas debitur
g. Dokumen-dokumen legal yang berkaitan dengan badan usaha.
h. Dokumen pendukung lainnya
2. Perjanjian atas kredit.
Setiap kredit yang disetujui dan disepakati dituangkan dalam perjanjian kredit dan akad pembiayaan secara tertulis. Bentuk dan format persetujuan tersebut
disesuaikan dengan keperluan dan jenis kredit yang diberikan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum yang dapat melindungi PT
Bank NISP, Tbk b.
Memuat jumlah, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali piutang, tujuan penggunaan serta persyaratan kredit lainnya sebagaimana
ditetapkan dalam persetujuan tersebut. c.
Membuat perjanjian accesoir perjanjian tambahan yang menunjuk kepada perjanjian kredit.
Perjanjian kredit harus dilampiri dengan syarat-syarat umum perjanjian pinjaman dan kredit PT Bank NISP, Tbk yang ditandatangani oleh debitur
sebagai suatu kesatuan dalam perjanjian kredit, kecuali ditentukan lain oleh puhak direksi atau komite kredit kantor pusat.
3. Persetujuan Pencairan kredit
Pencarian kredit merupakan penyediaan dana atau pengeluaran instrument kredit yang bersifat kontigensi. Tidak ada suatu fasilitas kredit apapun yang
boleh dicairkan, dibayarkan, atau dibukuka n sebelum pejabat ”credit support”
Universitas Sumatera Utara
yang melaksanakan fungsi administrasi kredit meneliti dan menetapkan bahwa:
a. Semua dokumen yang berhubungan dengan persetujuan pemberian kredit
telah ditandatangani oleh pejabat pemutus kredit yang lengkap dan sesuai dengan kewenangannya.
b. Semua dokumen yang mendukung pemberian kredit dan syarat-syarat
kredit yang ditetapkan telah dipenuhi dengan lengkap c.
Biaya-biaya yang disyaratkan harus disetor sebelum pencairan kredit telah disetor oleh debitur.
Sebelum pencairan kredit dilakukan, pejabat kredit support yang melaksanakan fungsi administrasi kredit harus memastikan bahwa seluruh
aspek yuridis yang berkaitan dengan kredit telah diselesaikan dan telah memberikan perlindungan yang memadai PT Bank NISP, Tbk.
4. Analisis dan Evaluasi Kredit
Analisis dan evaluasi terhadap kredit harus dilakukan secara tertulis yang mencakup analisis kelayakan yang seksama terhadap watak, kemampuan
modal, agunan, kondisi ekonomi, prospek usaha debitur, dikenal dengan 5C dan penilaian terhadap sumber pelunasan kredit yang dititikberatkan pada
hasil usaha debitur serta mengevaluasi aspek yuridis perkreditan dengan tujuan untuk melindungi PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan
dari resiko yang mungkin timbul. Analisis dan evaluasi kredit dibuat secara lengkap, akurat dan obyektif oleh
pejabat kredit yang menyajikan:
Universitas Sumatera Utara
a. Semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan data pemohon
termasuk penelitian atas informasi kredit yang disediakan oleh Bank Indonesia.
b. Penilaian atas kelayakan jumlah permohonan kredit dengan
membandingkan kegiatan atau proyek usaha yang akan dibiayai untuk menghindari kemungkinan terjadinya praktek yang dapat merugikan PT
Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan. c.
Penilaian obyektif oleh pejabat kredit dan tidak dipengaruhi oleh pihak- pihak yang berkepentingan dengan pemohon kredit sehingga bukan
merupakan suatu formalitas yang dilakukan semata-mata untuk memenuhi prosedur perkreditan.
Penilaian terhadap agunan wajib dilakukan sesuai dengan prinsip kehati- hatian dan menggambarkan objektivitas penilaian yang wajar atas agunan
kredit dimaksud. Perlu diperhatikan bahwa setiap pemberian agunan atas seluruh atau sebagian besar kekayaan perusahaan harus tunduk pada UU yang
berlaku. 5.
Pembinaan dan Pengawasan Kredit Pembinaan dan pengawasan kredit merupakan hal penting untuk melihat
kemampuan nasabah membayar kembali kreditnya. Kelemahan-kelemahan pembinaan dan pengawasan kredit diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kekurang mampuan pejabat PT Bank NISP, Tbk yakni:
1. Pengetahuan, pengalaman dan manajemen di bidang perbankan
khususnya perkreditan yang kurang memadai. 2.
Pengetahuan mengenai bisnis nasabah kurang memadai.
Universitas Sumatera Utara
3. Kelemahan analisa sejak awal pemberian kredit.
b. Kelemahan dari pembinaan dan pengawasan itu sendiri, yakni:
1. Kelemahan dalam pengawasan penggunaan kredit.
2. Kelemahan dalam pembinaan nasabah.
3. Kelemahan dalam analisa terhadap perubahan-perubahan situasi bisnis
nasabah beserta internal lingkungan bisnisnya. Penerapan 5C yang dilakukan oleh PT Bank NISP, Tbk sudah baik akan
tetapi tidak mutlak dilakukan secara keseluruhan karena penilaian atas pemberian kredit terkadang terjadi penyimpangan sehingga terjadi penunggakan atas
angsuran kreditpinjaman debitur dimana pada akhirnya mengakibatkan kredit macet.
C. Prosedur Pencatatan dan Penagihan Kredit