Proses Pemberian Putusan Kredit

d. Pemisahan pengelolaan kredit bermasalah; KL kurang lancar, D diragukan, M macet. Kredit yang telah masuk dalam kategori kredit bermasalah pengelolaannya harus dipindahkan dari jajaran relationship management kepada jajaran risk management atau petugas di jajaran RM yang ditunjuk untuk melayani kredit bermasalah. Dalam hal jajaran CRM telah menerima pelimpahan pengelolaan NPL maka tanggung jawab pengelolaan pinjaman atau pembiayaan sepenuhnya manjadi tanggung jawab jajaran CRM.

2. Proses Pemberian Putusan Kredit

Proses pemberian putusan kredit meliputi beberapa tahap yaitu: a. Ketentuan Proses pemberian putusan kredit terdiri dari dua tahap yaitu: 1. Prakarsa kredit yang dilakukan oleh pejabat pemrakarsa yang meliputi prakarsa dan atau pemohon kredit, analisis dan evaluasi kredit, negoisasi kredit, penetapan struktur dan tipe kredit serta rekomendasi pemberian putusan kredit. 2. Putusan kredit dilakukan oleh pejabat pemutus yang mempunyai limit kredit tertentu dengan memperhatikan kelengkapan paket kredit, analisis dan evaluasi kredit yang dibuat oleh pejabat pemrakarsa dan memberikan putusan kredit yang dituangkan dalam formulir. b. Prakarsa dan Permohonan Kredit: 1. PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan dapat melakukan prakarsa kredit ritel atas debiturcalon debitur dengan Universitas Sumatera Utara mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi dalam melakukan pemeriksaan, pembinaan dan monitoring terhadap debiturusahanya. 2. Permohonan kredit baru, perpanjangan jangka waktu, perubahan jumlah, perubahan struktur, tipe dan syarat kredit, restrukturisasi maupun penyelesaian kredit harus diajukan secara tertulis dengan surat permohonan oleh debitur dan dicatat oleh administrasi kredit dalam register permohonan kredit. 3. Setiap permohonan kredit, pejabat pemrakarsa melakukan penilaian awal pre screening dengan memperhatikan antara lain pasar sasaran, kriteria resiko yang dapat diterima, jenis usaha yang dilarang dibiayai, jenis usaha yang perlu dihindari, daftar kredit macet BI, daftar hitam BI, dan daftar hitam Bank NISP. 4. Prakarsa kredit yang termasuk dalam kategori non performing loan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet dilakukan oleh pejabat pemrakarsa bidang CRM. 5. Pejabat pemrakarsa melakukan pencarian informasi yang relevan dari berbagai sumber mengenai pemohon yang akan menunjang analisis dan evaluasi terhadap 5 ‘C kredit pemohon. 6. Apabila dalam penilaian awal diketahui permohonan kredit tidak dapat dilayani karena termasuk klasifikasi warna hitam maka permohonan tersebut dapat langsung ditolak, namun harus dicatat dalam register Surat Keterangan Permohonan Pinjam SKPP dengan menggunakan formulir putusan penolakan kredit dengan memberi alasan penolakan dan kepada pemohon diberikan pemberitahuan secara tertulis. Universitas Sumatera Utara c. Analisis dan Evaluasi Kredit 1. Ketentuan a Seluruh permohonan kredit yang akan diproses harus dianalisis dan dievaluasi tertulis oleh pejabat kredit lini. Kedalaman suatu analisis disesuaikan dengan tingkat dan kompleksitas resiko kredit yang sedang dipertimbangkan. b Analisis dan evaluasi kredit dengan klasifikasi warna putih hanya dilakukan oleh Pejabat kredit Lini bidang RM, sedangkan klasifikasi warna abu-abu dilakukan oleh Pejabat kredit Lini bidang RM dan CRM. c Analisis kredit yang dilakukan oleh RM meliputi analisis 5 C yang terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan terhadap kualitas dan stabilitas usaha dengan mempertimbangkan pasar dan persaingan, serta prospek usahanya, karakter pemohon, latar belakang dan kualitas manajemennya. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan pemohon. d Pejabat kredit lini bidang CRM melakukan analisis dan evaluasi terhadap permohonan kredit yanng telah dianalisis dan dievaluasi oleh RM yaitu penetapan klasifikasi warna kredit, memeriksa hasil analisis kuantitatif dan resiko terhadap bisnis maupun agunan serta memeriksa kewajaraan analisis kualitatif. Universitas Sumatera Utara 2. Prosedur analisis dan evaluasi kredit Prosedur analisis dan evaluasi kredit yang dilakukan pejabat pemrakarsa kredit yaitu: a. Pejabat pemrakarsa harus mencari data dan informasi antara lain melalui wawancara dengan pemohon, kunjungan ke lokasi usaha pemohon, wawancara dengan pihak-pihak lain yang mengetahui karakter pemohon, bisnis pemohon, dan keterangan-keterangan lain yang diperlukan, penyelidikan tentang tujuan penggunaan kredit, menilai kebenaran agunan dan penelitian atas data-data yang diterima dari pemohon. b. Melakukan proses penilaian awal pre screening c. Pre screening adalah suatu prakarsa dan evaluasi yang mendalam oleh pejabat pemrakarsa sehingga suatu permohonan kredit dapat disimpulkan apakah dapat diproses lebih lanjut atau tidak. d. Memorandum analisis kredit memuat hal-hal sebagai berikut: 1 Identitas untuk pemohon adalah nama, domisili, instansi, bentuk usaha, bidang atau jenis usaha, susunan pengurus dan pemegang saham, legalitas usaha misalnya NPWP, akte pendirian badan usaha dan perubahannya, Surat Keterangan Usaha. 2 Tujuan permohonan kredit berupa jenis dan jumlah kredit baik kredit langsung maupun tidak langsung. 3 Obyek yang dibiayai modal kerja, investasi dan konsumtif. 4 Jangka waktu dipertimbangkann sesuai dengan kemampuan debitur. Universitas Sumatera Utara e Riwayat Hubungan Bisnis dengan Bank Analisis riwayat hubungan bisnis calon debitur dengan PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan atau bank lain meliputi: referensi untuk nasabah yang bersangkutan bila ada saat dimulai dengan hubungan bisnis dengan PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan atau bank lain. Bidang-bidang yang dijalin dalam hubungan bisnis simpanan, transfer, pinjaman, dan lain-lain. Nilai transaksi dan kualitas yang terjadi dalam hubungan bisnis dengan PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan atau bank lain. Seluruh jumlah kredit yang tercakup dalam pengertian total eksposur yang pernah diterima, sekurang-kurangnya tiga tahun terakhir, dan yang sedang diterima oleh pemohon dari bank lain, alasan putusnya hubungan bisnis dengan PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan atau bank lain dan alasan menjalin hubungan kembali dengan PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan atau bank lain, apabila hubungan tersebut pernah putus. f Analisis 5’C kredit 1 Analisis Watak Charaacter Analisis watak bertujuan untuk mendapatkan gambaran akan kemauan membayar dari pemohon. Untuk mendukung analisis watak maka pejabat pemrakarsa harus meneliti perilaku pemohon dari berbagai sumber informasi yang relevan antara lain mengenai reputasi bisnis perusahaan, riwayat perusahaan, catatan kriminal, riwayat hidup dan atau riwayat pernikahan, Universitas Sumatera Utara gaya hidup, tingkat kooperatif selama proses analisis dilakukan, tingkat hubungan atau kerjasama dengan PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan, kecenderungan berbisnis selama ini, budaya perusahaan, legalitas usaha pemohon, akte pendirian badan usaha beserta perusahaannya, informasi bank BI, rekan bisnis, pesaing serta catatan intern PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan. 2 Analisis Kemampuan Capability Analisis ini bertujuan mengukur tingkat kemampuan membayar dari pemohon. Tingkat kemapuan membayar diperoleh dari hasil obyek yang akan dibiayai oleh PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan. Pada kredit konsumtif kemampuan membayar diukur dari penghasilan gaji. Hasil analisis ini merupakan sumber pembayaran yang bersifat “first way out” . tingkat kemampuan membayar untuk kredit produktif dipengaruhi oleh Aspek Manajemen dalam pengelolaan perusahaan, aspek produksi dalam menghasilkan produk yang dapat bersaing dan aspek finansial berupa laporan keuangan nasabah minimal dua period terakhir. 3 Analisis Modal Capital Tujuan analisis modal adalah mengukur kemampuan usaha pemohon untuk mendukung pembiayaan dengan modalnya sendiri. Semakin besar kemampuan modal berarti semakin besar porsi pembiayaan yang didukung oleh modal sendiri atau Universitas Sumatera Utara sebaliknya. Pemrakarsa harus melihat perkembangan profitabilitas usaha minimal dua periode terakhir sebab tinggi rendahnya profitabilitas mencerminkan tinggi rendahnya kemampuan pemupukan modal sendiri dari laba. Selain itu, diperhatikan komposisi hutang yang ada baik hutang jangka panjang atau jangka pendek. Jika porsi hutang jangka pendek semakin besar, berarti kondisi likuiditas usaha pemohon semakin rentan karena dalam waktu dekat pemohon harus melunasi hutangnya sehingga pemrakarsa harus benar-benar menganalisis kelayakan modal usaha pemohon. 4 Analisis Kondisi Ekonomi Condition of Economic Untuk mengetahui prospektif atau tidaknya suatu usaha yang hendak dibiayai, pemrakarsa harus melakukan analisis terhadap kondisi makro usaha. Dengan demikian pemrakarsa dapat mengetahui apakah kebijakan-kebijakan makro yang terjadi dikemudian hari dapat mempengaruhi kondisi usaha pemohon menjadi lebih baik atau sebaliknya. 5 Analisis Agunan Collateral Agunan dapat dikatakan sebagai unsur pengaman lapis kedua the second way out bagi PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan dalam setiap pemberian kredit. Agunan merupakan sumber pelunasan terakhir apabila kredit menjadi bermasala dan oleh karena itu, penilaian terhadap agunan wajib dilakukan sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan Universitas Sumatera Utara menggambarkan obyektivitas penilaian yang wajar atas agunan kredit dimaksud. Jenis agunan dalam PT Bank NISP, Tbk Cabang Imam Bonjol Medan terdiri dari, pertama, agunan pokok yaitu agunan yang pengadaannya bersumber dari dana kredit bank berupa barang proyek atau hak tagih yang meliputi asset perusahaan baik yang langsung dibiayai dengan kredit maupun yang tidak langsung dibiayai kredit, kedua, agunan tambahan yaitu agunan yang tidak termasuk dalam batasan pengertian proyek atau hak tagih, seperti surat berharga, lembaga penjamin, jaminan pemerintah, ketiga, adalah agunan kredit konsumsi yaitu bersumber dari gaji, gaji pensiun, penghasilan lain, maupun aktiva tetap lainnya.

F. Sistem Penagihan Piutang