Landasan Pengaturan Perkeretaapian di Indonesia

“Penyelenggara sarana Perkeretaapian PT Kereta Api Indonesia wajib mengangkut barang yang telah dibayar biaya pengangkutannya oleh pengguna jasa pengirim sesuai dengan tingkat pelayanan yang dipilih. Pengguna jasa pengirim yang telah membayar biaya pengangkutan, berhak memperoleh palayanan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dipilih. Surat pengangkutan barang merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian pengangkutan barang” Kewajiban badan penyelenggara adalah mengangkut penumpang yang telah memiliki karcis penumpang atau mengangkut barang pengguna jasa yang telah memiliki surat pengangkutan barang. Oleh sebab itu, jelaslah bahwa dokumen pengangkutan disediakan pleh pengangkut PT. Kereta Api Idonesia yang hanya dapat dimiliki oleh penumpang atau pengirim setelah biaya pengangkutan dibayar lunas. 17

D. Landasan Pengaturan Perkeretaapian di Indonesia

1. Peraturan tentang Perkeretaapian yang Pernah Berlaku di Indonesia. Mengenai pengangkutan yang diselenggarakan oleh PT. KAI, terdapat beberapa peraturan yang pernah berlaku di Indonesia. Peraturan tersebut antara lain : a. Stb. 1926 No. 334, yang telah diubah dan ditambah dengan Stb 1927 No. 295, yaitu tentang peraturan umum mengenai perbuatan dan eksploitasi jalan-jalan sepur dan trem yang ditentukan buat lalu lintas umum di Hindia Belanda. 17 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti , Bandung, 2008, hal. 150 Universitas Sumatera Utara b. Stb. 1927 No. 258 tentang peraturan umum mengenai jalan sepur dan trem Algemeine Bepalingen Spooren Tramwegen = ABST yang telah diubah dan ditambah dengan Stb. 1933 No. 139 dan Stb. 1937 No. 557. c. Stb 1927 No. 295, peraturan tentang pembuatan dan pengusahaan jalan- jalan sepur Bepalingen Aeslangen Bedrijt Spoorwegen = BABS yang telah diubah dan ditambah dengan Stb 1930 No. 387 Stb 1937 No. 290 dan Stb 1940 No. 4. d. Stb 1929 No. 260, peraturan tentang jalan-jalan trem kota Bepalingen Staadstranwengen = BST yang telah diubah dan ditambah dengan Stb 1931 No. 168, Stb 1937 No. 290 dan Stb 1940 No. 4. e. Stb 1927 No. 261, peraturan tentang jalan-jalan trem kota Bepalingen Landelijk tramwegen = BLT yang telah diubah dan ditambah dengan Stb 1937 No. 290 dan Stb 1940 No. 4. f. Yang terpenting Stb 1927 No. 262, peraturan tentang pengangkutan dengan kereta api Bepalingen Vervoer Spoorwegen = BVS. g. Reglemen 18 jilid II, tentang peraturan pengangkutan barang. Peraturan perkeretaapian peninggalan Zaman Belanda tersebut masih tetap berlaku di Indonesia hingga diberlakukannya Undang-Undang No. 13 Tahun 1992 pada tanggal 17 September 1992. Dan seiring dengan kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, perkembangan zaman, serta ilmu pengetahuan dan teknologi, Undang-Undang No. 13 Tahun 1992 tersebut tidak sesuai dan tidak dapat diberlakukan lagi. Maka Pemerintah Republik Indonesia Universitas Sumatera Utara mengeluarkan peraturan yang terbaru yakni Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian. Dalam bagian penjelasan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tersebut, disebutkan bahwa dengan adanya perkembangan teknologi perkeretaapian dan perubahan lingkungan strategis yang semakin kompetitif dan tidak terpisahkan dari sistem perekonomian internasional yang menitikberatkan pada asas keadilan, keterbukaan, dan tidak diskriminatif, dipandang perlu melibatkan peran pemerintah daerah dan swasta guna mendorong kemajuan penyelenggaraan perkeretaapian nasional. Dan sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian, kondisi perkeretaapian nasional yang masih bersifat monopoli dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain kontribusi perkeretaapian terhadap transportasi nasional masih rendah, prasarana dan sarana belum memadai, jaringan masih terbatas, kemampuan pembiayaan terbatas, tingkat kecelakaan masih tinggi, dan tingkat pelayanan masih jauh dari harapan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, peran Pemerintah dalam penyelenggaraan perkeretaapian perlu dititikberatkan pada pembinaan yang meliputi penentuan kebijakan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan dengan mengikutsertakan peran masyarakat sehingga penyelenggaraan perkeretaapian dapat terlaksana secara efisien, efektif, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Dan dengan tetap berpijak pada makna dan hakikat yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, Universitas Sumatera Utara baik nasional maupun internasional, terutama di bidang perkeretaapian, Undang- Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian diganti dengan Undang- Nomor 23 Tahun 2007. 2. Status Badan Hukum PT. KAI Persero PT. KAI merupakan salah satu badan usaha milik Negara yang sifat usahanya menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat serta memupuk keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan. PT. KAI bergerak di bidang pelayanan jasa pengangkutan, adapun pelayanan jasa pengangkutan yang diselenggarakan oleh PT. KAI adalah pelayanan jasa pengangkutan penumpang, pengangkutan barang dan usaha pendukung yaitu misalnya, sewa-menyewa kios atau ruang stasiun, sewa menyewa lahan. PT. KAI adalah Perusahaan pengangkutan dengan kereta api yang dilakukan oleh sebuah perusahaan berbadan hukum, berada dibawah Departemen Perhubungan. Dalam perjalanannya, perusahaan ini telah beberapa kali mengalami perubahan status. Yakni : a. Djawatan Kereta Api Republik Indonesia DKARI, sejak 28 September 1945. Dimana karyawan kereta api yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api AMKA berhasil mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. b. Djawatan Kereta Api DKA, merupakan gabungan dari DKARI dan Staat-Spoorwegen en Verenigde Spoorweg Bedrijf SSVS. Berlaku Universitas Sumatera Utara sejak 1 Januari 1950, berdasarkan pengumuman Menteri Perhubungan, Tenaga dan Pekerjaan Umum Nomor 2 Tanggal 6 Januari 1950. c. Perusahaan Negara Kereta Api PNKA, Tanggal 25 Mei 1963. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1960 dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1963. d. Perusahaan Jawatan Kereta Api PJKA, Tanggal 15 September 1971. berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 1971. e. Perusahaan Umum Kereta Api PERUMKA, Tanggal 2 Januari 1991. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1990. f. PT. Kereta Api Persero. Tanggal 3 Februari 1998, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1998. Namun, secara de fakto perubahan status perusahaan dari Perum menjadi Persero dilakukan tanggal 1 Juni 1999, saat Menhub Giri S. Hadiharjono mengukuhkan susunan Direksi PT. Kereta Api Persero di Bandung. 3. Tujuan Penyelenggaraan Perkeretaapian Seperti halnya pada perusahaan negara lainnya yang mempunyai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu untuk ikut serta membangun ekonomi nasional dengan mengutamakan kebutuhan rakyat menuju masyarakat adil makmur materiil dan spiritual. 18 Perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang dan atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, 18 Sution Usman Adji, Hukum pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hal 144 Universitas Sumatera Utara cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional Pasal 3 UUKA. Selamat, berarti perjalanan kereta api terhindar dari kecelakaan akibat faktor internal. Aman, berarti perjalanan kereta api terhindar dari kecelakaan akibat faktor eksternal, baik berupa gangguan alam maupun manusia. Nyaman adalah terwujudnya ketenangan dan ketentraman bagi penumpang selama perjalanan kereta api. Cepat dan lancar adalah perjalanan kereta api dengan waktu yang singkat dan tanpa gangguan. Tepat adalah terlaksananya perjalanan kereta api sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Tertib dan teratur adalah terlaksananya perjalanan kereta api sesuai dengan jadwal dan peraturan perjalanan. Efisien maksudnya penyelenggaraan perkeretaapian yang mampu memberikan manfaat yang maksimal. Adapun yang menjadi tujuan PT. Kereta Api Persero Divre I SU, sebagai perusahaan negara yang berhubungan dengan bidang angkutan antara lain : 19 a. Mewujudkan penyelenggaraan jasa angkutan penumpang dan barang guna memberikan manfaat utama bagi kepentingan : 1 Industri yang terkait 2 Publik 3 Pemerintah perekonomian daerah 4 Lingkungan setempat b. Menunjang upaya pengurangan kongesti di jalan raya. 19 Data dari PT. Kereta Api Persero Divisi Regional I Sumatera Utara Thn 2009, Urusan Humas, Tujuan Perkeretaapian. Tanggal 2 September 2010. Universitas Sumatera Utara c. Mendukung kelancaran suplai hasil perkebunan CPO di Sumatera Utara, sebagai penghasil CPO terkemuka di Indonesia. d. Mengajak Pemda setempat untuk berpartisipasi dalam investasi pembangunan perkeretaapian khususnya di Sumatera Utara. 4. Tarif Angkutan Kereta Api Di Indonesia berlaku beberapa jenis tarif angkutan berbeda untuk tiap alat angkutan. Tarif angkutan itu diatur dan ditetapkan oleh Pemerintah. Ketentuan dan pedoman tarif yang berlaku terdiri dari tarif angkutan barang dan tarif angkutan penumpang untuk angkutan laut, angkutan jalan raya, angkutan kereta api, angkutan sungai, danau, dan penyeberangan serta angkutan udara. 20 Bagi angkutan penumpang berlaku tarif tetap fixed rate dengan jalur atau trayek yang dilayani oleh bis, kereta api, kapal laut, dan pesawat udara. Tarif angkutan barang merupakan tarif maksimum, sehingga tarif yang berlaku akan lebih rendah, tergantung pada permintaan dan penawaran di pasar jasa angkutan. 21 Mengenai tarif angkutan kereta api, diatur dalam Pasal 151 sampai dengan 156 UUKA, yang menyatakan bahwa tarif angkutan kereta api terdiri dari tarif angkutan orang dan tarif angkutan barang yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan perhitungan modal, biaya operasi, biaya perawatan, dan keuntungan. Tarif angkutan orang ditetapkan oleh penyelenggara sarana perkeretaapian. Namun, dapat ditetapkan oleh pemerintah atau pemerintah daerah untuk angkutan 20 Salim Abbas, Manajemen Transportasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal. 71. 21 Ibid,. h 71-72. Universitas Sumatera Utara pelayanan kelas ekonomi dan angkutan perintis. Untuk kedua jenis angkutan ini, pemerintah menetapkan tarif yang lebih rendah daripada tarif yang ditentukan oleh penyelenggara sarana perkeretaapian. Selisihnya, menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemerintah daerah dalam bentuk kewajiban pelayanan publik untuk kelas ekonomi dan merupakan subsidi untuk angkutan perintis. PT. Kereta Api Persero Divre I SU membagi 3 tiga kelas dalam pengangkutan orang, yakni kelas ekonomi, bisnis, dan eksekutif. Terhadap ketiga kelas tersebut, PT. KAI telah menentukan besarnya tarif. Namun untuk kelas ekonomi tarif yang ditetapkan adalah tarif pemerintah, sebagai bentuk kewajiban terhadap pelayanan publik. Dalam menentukan besarnya tarif angkutan kereta api, didasarkan pada kelas kereta api yang dipilih oleh penumpang dan jarak yang ditempuh. Hal ini diatur secara jelas dalam syarat-syarat dan tarif angkutan kereta api penumpang, bagasi, dan angkutan terusan STP Bagian II yang dikeluarkan oleh PT. Kereta Api Persero Kantor Pusat Bandung tahun 2009 dan ditetapkan berdasarkan SK Direksi PT. KA No. KEP. ULL. 066X2KA-2005 tanggal 5 oktober 2005 tentang penyesuaian tarif angkutan penumpang kereta api kelas non ekonomi, dan SK Direksi PT. KA No. KEP. ULL. 003VIII5KA-2008 tanggal 29 Agustus 2008 tentang tarif batas atas dan tarif batas bawah untuk beberapa kereta api non ekonomi, berlaku mulai 1 Oktober 2008, serta Peraturan Menhub No. KM 7 Tahun 2009 tanggal 4 Februari 2009 tentang tarif angkutan penumpang kereta api kelas ekonomi. Universitas Sumatera Utara

E. Jenis-Jenis Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api

Dokumen yang terkait

Tinjauan YuridisTanggungjawab PT. Kereta Api Indonesia Dalam Pengangkutan CPO PTPN IV Kebun Air Batu (Studi Pada PT. Kereta Api Medan)

2 78 98

Pemalsuan Surat Dalam Perkawinan Dihubungkan Dengan Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Dan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974

0 30 80

Kedudukan Kreditor Separatis Ditinjau dari Undang Undang Kepailitan Dikaitkan dengan Objek Hak...

0 13 3

Aspek Hukum Tentang Tanggung Jawab PT. Kereta Api Indonesia (PERSERO) Pada Pengangkutan Barang Di...

0 68 5

TANGGUNG JAWAB PT KERETA API INDONESIA TERHADAP PENGIRIMAN BARANG PENUMPANG (Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapiaan)

0 4 48

TANGGUNG JAWAB KEPERDATAAN PT KAI DALAM PENGIRIMAN BARANG MUATAN BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN

0 6 83

TANGGUNG JAWAB PT. KERETA API INDONESIA (Perseso) TERHADAP PENUMPANG DAN PIHAK KETIGA SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN (Studi Pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional II Sumatera Barat).

0 2 6

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN.

0 0 10

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI TERHADAP KECELAKAAN DI BIDANG PERKERETAAPIAN YANG DIAKIBATKAN OLEH KETIDAKLAIKAN OPERASI SARANA KERETA API DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007.

0 0 1

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PT. KAI (PERSERO) ATAS KECELAKAAN YANG TERJADI DI PERLINTASAN KERETA API TANPA PALANG PINTU TERKAIT DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN.

0 0 12