E. Jenis-Jenis Perjanjian Pengangkutan Melalui Kereta Api
Menurut Wirjono Prodjodikoro, bahwa perjanjian adalah “Suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam
mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut
pelaksanaan janji itu.
22
Perjanjian yang dilakukan oleh para pihak haruslah memenuhi persyaratan yang diwajibkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu
berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1 Adanya kesepakatan diantara para pihak mengenai apapun yang diperjanjikan
diantara para pihak. 2
Kecakapan, yang membuat perjanjian harus mempunyai kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.
3 Hal tertentu, yaitu bahwa setiap perjanjian harus mempunyai objek
perjanjiannya. Kausa yang halal berarti tujuan dari perjanjian itu harus halal atau tidak
bertentangan dengan hukum.
23
Perjanjian pengangkutan ialah suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu tempat
22
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Sumur, Bandung, 1981, hal 11
23
Sadikin, Penelitian Tentang Aspek Hukum Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Pengangkutan Multimoda, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, 2004, hal 18
Universitas Sumatera Utara
ke lain tempat, sedangkan pihak yang lain menyanggupi akan membayar ongkosnya.
24
Perjanjian pengangkutan yang diadakan oleh PT. KAI Persero terdiri atas dua jenis angkutan, yaitu :
1. Perjanjian pengangkutan penumpang
Tiap penumpang yang ingin naik kereta api dapat membeli karcis lewat loket penjualan karcis di stasiun-stasiun PT. KAI atau dapat lewat agen penjualan.
Karcis kereta api yang dibeli oleh penumpang itu fungsinya sebagai surat yang pembuktian tentang adanya perjanjian pengangkutan antara penumpang orang
tertentu dengan PT. KAI sebagai pihak pengangkut. Sedang terjadinya perjanjian pengangkutan antara penumpang dengan PT.
KAI adalah pada waktu penumpang menerima penawaran umum yang dilakukan oleh PT. KAI, yang dilahirkan dengan keinginan untuk diangkut ke tempat tujuan
tertentu serta diikuti dengan perbuatan membeli karcis kereta api. Selain karcis berfungsi sebagai surat bukti adanya perjanjian
pengangkutan, karcis dapat merupakan kuitansi pembayaran harga untuk pengangkutan yang dimaksudkan.
Dalam kereta api kadang-kadang terdapat penumpang tanpa karcis, yang dapat dibedakan atas penumpang tanpa karcis yang dengan kemauan sendiri
secepatnya memberitahukan kepada kondektur, dan penumpang tanpa karcis yang lalai memberitahukan kepada kondektur.
24
R.Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 2003, hal. 221.
Universitas Sumatera Utara
Untuk kedua penumpang tanpa karcis diperlakukan sama, dimana keduanya harus membeli karcis yang diperlukan dengan ditambah denda atau
dikenakan harga karcis dua kali dari harga karcis biasanya. Bahkan penumpang tersebut dapat dipaksa untuk turun bila tetap tidak mau membayar pada stasiun
berikutnya yang dilewati kereta api itu. Dalam pengangkutan penumpang dengan kereta api biasanya setiap
penumpang membawa barang-barang yang diperlukan dalam perjalanannya. Barang tersebut biasa disebut barang bagasi. Barang bagasi dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu bagasi bawaan dan bagasi biasa. Bagasi bawaan ialah barang-barang bawaan keperluan penumpang yang
harus terdiri atas benda-benda kecil dan mudah dibawa, dengan tanpa pembayaran ekstra serta penempatannya menjadi satu dengan gerbong penumpang.
Bagasi biasa ialah barang-barang yang harus didaftarkan sebelum kereta api berangkat dan akan diangkut dengan kereta api itu dengan gerbong tersendiri,
serta dengan pembayaran menurut tarif yang ditentukan oleh PT. KAI.
2. Perjanjian Pengangkutan Barang Pengangkutan barang dengan kereta api, terdiri dari barang umum, barang
khusus, bahan berbahaya dan beracun, serta limbah bahan berbahaya dan beracun Pasal 139 ayat 2 UUKA.
Barang khusus adalah bahan atau benda yang sifat atau bentuknya harus diperlakukan secara khusus, antara lain :
a. Muatan barang curah, misalnya semen curah dan batubara;
Universitas Sumatera Utara
b. Muatan barang cair, misalnya BBM dan bahan dasar gula pasir;
c. Muatan yang diletakkan di atas palet;
d. Muatan kaca lembaran;
e. Pengangkutan barang yang memerlukan fasilitas pendingin;
f. Pengangkutan tumbuh-tumbuhan dan hewan hidup; dan
g. Pengangkutan kendaraan.
Bahan berbahaya dan beracun, adalah setiap bahan atau benda yang karena sifat dan ciri khasnya dapat membahayakan keselamatan, kesehatan manusia,
makhluk hidup lainnya, dan ketertiban umum. Limbah bahan berbahaya dan beracun, adalah sisa suatu usaha danatau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya danatau beracun yang karena sifat danatau konsentrasinya danatau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan danatau merusakkan lingkungan hidup, danatau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia,
dan makhluk hidup lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB III TANGGUNG JAWAB PT. KERETA API INDONESIA PERSERO
TERHADAP PENUMPANG DAN BARANG DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007
A. Penyelenggaraan Pengangkutan Oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero