Isolasi Bakteri R. solanacearum Uji Antagonis Pseudomonad flouresen Terhadap R. solanacearum Secara Uji Antagonisme Actinomycetes Terhadap R. solanacearum Secara

P1A1 = Kombinasi Pseudomonad fluoresen isolat Pf-122 dan Actinomycetes isolat wajak P1A2 = Kombinasi Pseudomonad fluoresen isolat Pf-122 dan Actinomycetes isolat Pare 8 P2A1 = Kombinasi Pseudomonad fluoresen isolat Pf-142 dan Actinomycetes isolat wajak P2A2 = Kombinasi Pseudomonad fluoresen isolat Pf-142 dan Actinomycetes isolat Pare 8 Luas zona hambatan diukur dengan menggunakan penggaris dengan cara : Zona Hambatan : Dv + Dh 2 Keterangan: Dv: Diameter Vertikal terpanjang Dh: Diameter Horizontal terpendek

D. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahap yaitu :

1. Isolasi Bakteri R. solanacearum

Pengamatan gejala penyakit layu bakteri pada tanaman tomat dilakukan di desa lamong kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Pada lahan tomat yang berumur ± 2 bulan menunjukkan adanya gejala layu. Sedangakan warna daun dan batangnya tetap berwarna hijau. Apabila pada akar atau batang tanaman tomat tersebut dipotong dan kita menunggu beberapa saat, kemudian keluar massa bakteri berwarna putih susu, maka bisa diperkirakan tanaman tersebut sudah terserang penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri R. solanacearum. Tanaman tomat dengan gejala di atas selanjutnya didisolasi yang dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Uji Antagonis Pseudomonad flouresen Terhadap R. solanacearum Secara

In vitro. Isolat Pseudomonad flouresen ditumbuhkan dengan cara dititik pada permukaan media King’s B dalam cawan petri dengan jarak proporsional. Setelah masa inkubasi selama 24 jam pada suhu 30°C cawan petri dibalik dan pada tutupnya dituangi dengan 1 ml kloroform. Dua jam kemudian cawan petri dibalik kembali pada posisi semula. Pada permukaan medium tersebut dituangkan suspensi R. solanacearum yang dicampurkan dalam 4 ml 0,6 agar air yang mencair pada suhu 45°C dan diratakan. Biakan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 30°C kemudian zona hambatan yang terbentuk diukur. Strain-strain yang konsisten menghambat pertumbuhan R. solanacearum secara in vitro kemudian disimpan.

3. Uji Antagonisme Actinomycetes Terhadap R. solanacearum Secara

In vitro. Platting media PDA pada cawan petri. Setelah itu inokulasi kertas yang sudah direndam suspensi Actinomycetes. Diinkubasikan selama 3 hari, selanjutnya pada permukaan medium tersebut dituangkan suspensi R. solanacearum yang dicampurkan dalam 4 ml 0,6 agar air yang mencair pada suhu 45°C dan diratakan. Biakan diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 30°C kemudian zona hambatan yang terbentuk diukur. Strain-strain yang konsisten menghambat pertumbuhan R. solanacearum secara in vitro kemudian disimpan.

4. Mekanisme Penghambatan Actinomycetes.