Mekanisme Penghambatan Actinomycetes. Kompatibilitas Antara Pseudomonad fluoresen Dengan Actinomycetes

2. Uji Antagonis Pseudomonad flouresen Terhadap R. solanacearum Secara

In vitro. Isolat Pseudomonad flouresen ditumbuhkan dengan cara dititik pada permukaan media King’s B dalam cawan petri dengan jarak proporsional. Setelah masa inkubasi selama 24 jam pada suhu 30°C cawan petri dibalik dan pada tutupnya dituangi dengan 1 ml kloroform. Dua jam kemudian cawan petri dibalik kembali pada posisi semula. Pada permukaan medium tersebut dituangkan suspensi R. solanacearum yang dicampurkan dalam 4 ml 0,6 agar air yang mencair pada suhu 45°C dan diratakan. Biakan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 30°C kemudian zona hambatan yang terbentuk diukur. Strain-strain yang konsisten menghambat pertumbuhan R. solanacearum secara in vitro kemudian disimpan.

3. Uji Antagonisme Actinomycetes Terhadap R. solanacearum Secara

In vitro. Platting media PDA pada cawan petri. Setelah itu inokulasi kertas yang sudah direndam suspensi Actinomycetes. Diinkubasikan selama 3 hari, selanjutnya pada permukaan medium tersebut dituangkan suspensi R. solanacearum yang dicampurkan dalam 4 ml 0,6 agar air yang mencair pada suhu 45°C dan diratakan. Biakan diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 30°C kemudian zona hambatan yang terbentuk diukur. Strain-strain yang konsisten menghambat pertumbuhan R. solanacearum secara in vitro kemudian disimpan.

4. Mekanisme Penghambatan Actinomycetes.

Pemberian Actinomycetes yang mempunyai sifat antagonis, mampu menekan pertumbuhan jamur Fusarium seperti pada penelitian sebelumnya dilaboratorium, Actinomycetes dapat menyebabkan terjadinya hambatan pertumbuhan jamur Fusarium melalui mekanisme antibiotis dan kompetisi. Mujoko 2005. Dalam menentukan sifat penghambatan adalah sebagai berikut : mengambil media pada zona penghambatan seluas ± 0,25 cm, selanjutnya memasukkan dalam air steril pada tabung reaksi 10 ml, Menghancurkan media tersebut sehingga larutan menjadi homogen. Mengambil dengan jarum ose steril pada suspensi larutan tersebut dan menyeterilkan ke media YPGA pada cawan petri. Menunggu ± 1 - 10 hari untuk melihat pertumbuhan R. solanacearum. Apabila R. solanacearum tumbuh pada media tersebut, maka sifat penghambatan Actinomycetes bersifat menghambat atau bakteriostatik. Apabila R. solanacearum tersebut tidak tumbuh pada media tersebut, maka sifat penghambatan Actinomycetes bersifat membunuh atau bakterisida.

5. Kompatibilitas Antara Pseudomonad fluoresen Dengan Actinomycetes

Pengujian ini untuk mendapatkan isolat Actinomycetes yang menghasilkan antibiotika yang menghambat R. solanacearum yang kompatibel dengan Pseudomonad fluoresen. Diharapkan akan diperoleh isolat Actinomycetes yang tidak menghambat pertumbuhan Pseudomonad fluoresen dan tidak dihambat pertumbuhannya oleh Pseudomonad fluoresen isolat. Pada tahap pertama pengujian dilakukan pengaruh Actinomycetes terhadap pseudomonad fluoresen. Medium King’s B dituang ke cawan petri setelah dingin 0,2 ml suspensi bakteri Pf dituangkan pada medium 0,6 agar air yang mencair kemudian dituangkan ke cawan petri tersebut di atas. Selanjutnya antibiotika Actinomycetes berupa bulatan kertas yang telah direndam dalam suspensi Actinomycetes, diambil dan diletakkan di tengah medium. Biakan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 30 C kemudian zona hambatan yang terbentuk diukur. Pada tahap kedua, langkah di atas dibalik. Isolat pseudomonad fluoresen ditumbuhkan dengan cara dititik pada permukaan media King’s B dalam cawan petri dengan jarak proporsional. Setelah masa inkubasi selama 48 jam pada suhu 30 C cawan petri dibalik dan pada tutupnya dituangi dengan 1 ml kloroform. Dua jam kemudian cawan petri dibalik kembali pada posisi semula. Pada permukaan medium tersebut dituangkan suspensi Actinomycetes 0,2 ml suspensi air steril dalam 4 ml 0,6 agar air pada suhu 45 C. Biakan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 30 C kemudian zona hambatan yang terbentuk diukur. Isolat Actinomycetes yang kompatibel dengan pseudomonad fluoresen dicatat dan disimpan.

6. Uji Pengaruh Kombinasi Antara Pseudomonad fluoresen dan