15 f.
Mengadakan fixition atau melihat suatu benda dengan memfokuskan pada titik-titik benda.
g. Mananggapi rangsang cahaya yang datang padanya, terutama pada
benda yang kena sinar, disebut visually fuction. h.
Begerak dengan penuh percaya diri baik di rumah maupun di sekolah. i.
Merespon warna. j.
Mereka dapat menghindari rintangan-rintangan yang berbentuk besar dengan sisa penglihatannya.
Mencermati dua pendapat mengenai karakteristik anak tunanetra low vision, dapat diketahui bahwa karakteristik anak tunanetra low vision yang
menjadi subjek penelitian adalah sebagai berikut: a.
Membaca bukunya ke dekat mata b.
Tidak dapat melihat benda-benda agak jauh c.
Mengadakan fixition atau melihat suatu benda dengan memfokuskan pada titik-titik benda.
d. Begerak dengan penuh percaya diri baik di rumah maupun di sekolah.
e. Merespon warna.
B. Kajian tentang Kemampuan Membaca Permulaan
1. Pengertian Membaca Permulaan
Membaca permulaan merupakan bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan di kelas awal sekolah dasar. Pembelajaran
membaca permulaan dapat dikatakan sebagai salah satu pembelajaran yang penting, karena membaca merupakan kemampuan dasar dalam
menguasai pembelajaran lainnya.
16 Crawley dan Mountain dalam Farida Rahim 2008: 2
mengemukakan membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis huruf ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca
mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa
aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus. Pengertian lain menurut Suparno 2001: 43 membaca merupakan
proses mental dan fisik, yang bukan hanya mengenal dan menyuarakan bahasa tulis, tetapi juga memahami dan memaknai apa yang dibacanya.
Mencermati beberapa pendapat tersebut, dapat ditegaskan yang dimaksud dengan membaca adalah proses mental dan fisik dalam
menerjemahkan, memahami, dan memaknai simbol tulis atau huruf ke dalam kata-kata lisan
Materi yang akan diberikan dalam adalah materi membaca permulaan tulisan awas kepada siswa tunanetra kelas 1 di SLB A
Yaketunis Yogyakarta. Dikemukakan oleh M. Shodig 2001: 126 ada enam tahapan
membaca, yaitu sebagai berikut: 1.
tahap prabaca, 2.
tahap membaca permulaan, 3.
tahap membaca mandiri awal, 4.
tahap membaca transisi, 5.
tahap membaca menengah, 6.
tahap membaca tingkat tinggi. Tahap membaca permulaan ini pada umumnya ada pada saat tibanya
masa peka, yaitu anak usia enam tahun atau tujuh tahun bagi anak normal
17 atau usia sembilan tahun atau sepuluh tahun pada anak tuna grahita. Pada
tahap membaca ini penguasaan jumlah kata anak masih terbatas dan penguasaan pada abjad belum sepenuhnya dikuasai.
Wardani I G. A. K. 1995: 55 mengemukakan membaca menulis permulaan merupakan bagian terpenting dari pelajaran Bahasa Indonesia
di kelas I SD, bahkan dapat dikatakan merupakan pelajaran yang paling dominan. Untuk dapat membaca permulaan, seorang anak dituntut agar
mampu: a.
Membedakan bentuk huruf, b.
Mengucapkan bunyi huruf dan kata dengan benar, c.
Menggerakkan mata dengan cepat dan kiri ke kanan sesuai dengan urutan tulisan yang dibaca,
d. Menyuarakan tulisan yang sedang dibaca dengan benar,
e. Mengenal arti tanda-tanda baca, serta
f. Mengatur tinggi rendah suara sesuai dengan bunyi, makna kata yang
diucapkan, serta tanda baca. Pengertian lain dikemukakan oleh
Imam Syafi’ie, 1999: 16 yang menyatakan bahwa kemampuan membaca permulaan adalah tingkatan
proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Saleh Abbas 2006: 103 mengemukakan
bahwa membaca permulaan adalah tahapan proses membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal.
Mencermati beberapa tersebut, dapat ditegaskan bahwa kemampuan membaca permulaan adalah suatu kemampuan dasar bagi siswa sekolah
dasar kelas awal untuk mengubah lambang-lambang bunyi atau huruf menjadi kata atau kalimat yang bermakna yang merupakan bagian
terpenting dari pelajaran Bahasa Indonesia di kelas I SD.
18
2. Tujuan Membaca Permulaan