31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan memperoleh data
yang diperlukan
dengan melihat
hasil atau
akibat dari
suatu perlakuantreatment dalam penerapan penggunaan metode multisensori
terhadap kemampuan membaca permulaan tulisan awas pada siswa tunanetra low vision kelas 1 SDLB di SDLB A Yaketunis. Pendekatan eksperimen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Single Subject Research SSR.
Zainal Arifin 2010: 75 mengemukakan eksperimen subjek-tunggal adalah suatu eksperimen di mana subjek atau partisipasinya bersifat tunggal,
bisa satu orang, dua orang atau lebih. Hasil eksperimen disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual. Prinsip dasar eksperimen
subjek tunggal adalah meneliti individu dalam dua kondisi, yaitu tanpa perlakuan dan dengan perlakuan. Pengaruh terhadap variabel akibat diukur
dalam kedua kondisi tersebut. Hamid Darmadi 2011: 208-209 mengemukakan desain eksperimen
subjek-tunggal juga sering disebut desain eksperimen kasus tunggal adalah desain yang dapat dipakai apabila ukuran sampel adalah satu. Desain subjek
tunggal biasanya digunakan pada penyelidikan perubahan tingkah laku dari seseorang yang timbul sebagai akibat beberapa intervensi, atau treatment.
32 Penelitian ini melihat hubungan fungsional antara perlakuan dari
tingkah laku yang dimunculkan melalui penerapan penggunaan metode multisensori dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan tulisan
awas pada siswa tunanetra low vision kelas 1 SDLB di SDLB A Yaketunis Yogyakarta.
B. Desain Penelitian
Ada dua kelompok desain penelitian dengan subjek tunggal yang digunakan dalam penelitian modifikasi perilaku menurut Juang Sunanto
2006: 48-49, yaitu desain reversal dan desain multiple baseline. Desain reversal memiliki tiga macam desain utama, yaitu desain A-B, A-B-A, dan A-
B-A-B.meskipun demikian ada juga beberapa desain variasi dari desain utama tersebut.
Desain A-B merupakan desain dasar penelitian subjek tunggal dengan prosedurnya disusun atas dasar logika baseline baseline logic. Logica
baseline menunjukkan suatu pengulangan pengukuran perilaku pada sekurang-kurangnya dua kondisi eksperimen misalnya kondisi baseline A
dan kondisi intervensi B. Desain A-B-A merupakan pengembangan dari desain A-B dengan
pengukuran kondisi baseline diulang dua kali. Prosedur dasarnya adalah pengukuran pada kondisi baseline A1 kemudian pada mondisi intervensi B
dan pengukuran kembali pada kondisi baseline A2. Desain A-B-A-B menunjukkan adanya control terhadap variabel bebas
yang lebih kuat dibandingkan desain A-B-A. oleh karena itu validitas internal
33
Baseline-1 A1
Intervensi B
Baseline-2 A2
1 2
7 3
8 4
9 5
10 6
11 12
Sesi
lebih meningkat sehingga hasil penelitian yang menunjukkan hubungan fungsional antara variabel terikat dan bebas lebih meyakinkan. Desain ini
adalah pengulangan dari desain A-B. Mencermati pemaparan mengenai desain penelitian di atas, desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain A-B-A, yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat. Tampilan desain A-B-A dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Desain A-B-A
Keterangan : 1.
A-1 baseline-1 adalah lambang dari data garis dasar baseline dasar. Baseline merupakan suatu kondisi awal kemampuan anak dalam membaca
permulaan sebelum diberi perlakuan atau intervensi. Pengukuran fase ini dilakukan sebanyak 3 sesi dengan durasi waktu yang disesuaikan dengan
kebutuhan 30 menit. Pengukuran fase baseline-1 dilakukan sampai data stabil. Pada tahap ini, peneliti mengasesmen subjek dalam kemampuan
Target B
ehav ior
34 mengidentifikasi huruf 15 soal berupa 5 huruf vokal a, i, u, e, o dan 10
huruf konsonan b, d, n, p, q, v, w, x, y, z, 20 soal suku kata berpola KV 5, VKV 5, 5 soal kata benda yang dikenal oleh anak dengan pola
KVKV, serta 5 soal kalimat sederhana yang terdiri dari 3 kata. 2.
B intervensi merupakan gambaran mengenai kemampuan yang dimiliki anak dalam membaca permulaan selama diberikan intervensi atau
perlakuan secara berulang-ulang dengan melihat hasil pada saat intervensi. Pada tahap ini anak diberikan perlakuan yaitu dengan menerapkan metode
multisensori secara berulang-ulang hingga didapatkan data yang stabil. Subjek diberikan intervensi mengidentifikasi huruf, membaca suku kata,
dan kata. Pemberian intervensi ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan tulisan awas pada subjek penelitian.
Intervensi dilakukan sebanyak 6 sesi, setiap sesi dengan waktu 2x35 menit. Setiap pertemuan peneliti mengajarkan membaca permulaan yang meliputi
mengidentifikasi huruf vokal a, i, u, e, o dan konsonan b, d, n, p, q, v, w, x, y, z, membaca kosa kata yang terdiri dari suku kata dengan pola
konsonan-vokal KV, vokal-konsonan-vokal VKV, dan konsonan- vokal-konsonan-vokal KVKV. Kata yang diajarkan selalu berbeda-beda
setiap pertemuan. Subjek diberikan pengajaran membaca permulaan dengan menerapkan metode multisensori.
3. A-2 baseline-2 merupakan pengulangan kondisi baseline-1 sebagai
evaluasi bagaimana intervensi yang diberikan berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan tulisan awas pada anak tunanetra tipe
35 low vision. Hasil evaluasi dapat menunjukkan apakah intervensi yang
diberikan memberikan
pengaruh positif
pada subjek
dengan membandingkan kondisi subjek pada baseline-1 dan baseline-2.
C. Prosedur Penelitian