90 kali salah membaca namun subjek berusaha mengulang membaca hingga
benar. Selama enam kali pertemuan subjek selalu aktif dan merasa senang selama pembelajaran berlangsung, subjek beberapa kali mengajak
peneliti bercerita tentang hal yang tidak berkaitan dengan materi ketika subjek merasa bosan.
5. Deskripsi Hasil Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Setelah
Pelaksanaan Intervensi
Wawancara pada penlitian ini bertujuan mendukung data hasil tes kemampuan membaca permulaan dan data hasil observasi mengenai
penerapan metode multisensori dan pengaruh yang ditimbulkan sehingga dapat memperkuat pengujian efektivitas penerapan metode multisensori
terhadap kemampuan membaca permulaan tulisan awas bagi anak tuna netra low vision. Wawancara dilakukan pada guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk mengetahui pendapat guru tentang kemampuan membaca permulaan tulisan awas subjek setelah diterapkan metode
multisensori dalam proses pembelajaran. Wawancara dilakukan setelah pelaksanaan intervensi selesai.
Wawancara dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 14 april 2016 pada saat jam istirahat. Peneliti melakukan wawancara dengan mengajukan
delapan poin pertanyaan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I. Pertanyaan yang pertama yaitu mengenai metode apa saja yang
digunakan guru pada saat pembelajaran membaca permulaan tulisan berlangsung di kelas. Berdasarkan keterangan dari guru, metode
91 pembelajaran yang digunakan dalam pembelajarn Bahasa Indonesia kelas
I materi membaca meliputi metode praktik, metode tanya jawab, metode ceramah, dan metode bermain. Pertanyaan kedua yang diajukan peneliti
kepada guru yaitu mengenai partisipasi siswa dalam pembelajaran sebelum
diberikan perlakuan
penerapan metode
multisensori. Berdasarkan keterangan dari guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas
I, partisipasi siswa dalam pembelajaran sebelum diberikan perlakuan penerapan metode multisensori ditunjukkan dengan siswa yang aktif
dalam kegiatan pembelajaran di kelas, subjek memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, siswa tidak malu untuk bertanya apabila ada
materi yang belum dipahami. Pertanyaan ketiga yang diajukan oleh peneliti kepada guru mata pelajaran Bahasa Indoneisa kelas I yaitu
mengenai kemampuan membaca permulaan tulisan awas sebelum diberikan perlakuan penerapan metode multisensori. Jawaban yang
diberikan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I adalah sebelum diberikan perlakuan menggunakan metode multisensori dalam
pembelajaran membaca permulaan tulisan awas, subjek mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi huruf b, d, n, p, q, v, w, x, y, z. Huruf-
huruf tersebut sulit untuk diidentifikasi oleh subjek karena beberapa huruf yang bentuknya mirip, yaitu huruf b dan d, serta huruf p dan q, dan
ada beberapa huruf yang memang jarang digunakan dalam kata-kata yang dipelajari seperti hururf v, w, x, y, z. Pertanyaan keempat yang diberikan
peneliti kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I adalah
92 mengenai kemampuan membaca permulaan tulisan awas subjek setelah
diberikan perlakuam menggunakan metode multisensori. Kemampuan subjek dalam membaca permulaan tulisan awas setelah diberikan
perlakuan menggunakan metode multisensori yaitu ditunjukkan dengan subjek sudah mamapu mengidentifikasi huruf b, d, n, p, q, v, w, x, y, z.
Pertanyaan kelima yang ditanyakan oleh peneliti adalah menegenai ketercapaian tujuan pembelajaran sebelum diberikan perlakuan dengan
menggunakan metode multisensori. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I menjelaskan bahwa dalam hal ketercapaian tujuan
pembelajaran membaca permulaan tulisan awas sebelum diberikan perlakuan menggunakan metode multisensori dalam pembelajaran
membaca permulaan tulisan awas, subjek mengalami kesulitan untuk membaca kata yang tersusun dari huruf b, d, n, p, q, v, w, x, y, z.
Pertanyaan selanjutnya yaitu mengenai ketercapaian tujuan pembelajaran setelah diberikan perlakuan menggunakan metode multisensori. Guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I menjelaskan bahwa setelah diberikan
perlakuan menggunakan
metode multisensori
dalam pembelajaran membaca permulaan tulisan awas, subjek mengalami
peningkatan dalam hal ketercapaian tujuan pembelajaran membaca permulaan tulisan awas yaitu subjek sudah dapat membaca kata-kata
yang tersusun dari huruf b, d, n, p, q, v, w, x, y, z. Pertanyaan selanjutnya yaitu mengenai partisipasi siswa dalam pembelajaran setelah diberikan
perlakuan menggunakan metode multisensori. Guru mata pelajaran
93 Bahasa Indonesia kelas I menjelaskan bahwa partisipasi siswa dalam
pembelajaran setelah diberikan perlakuan ditunjukkan dengan siswa semakin aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa sudah mengalami
banyak peningkatan dalam kemampuan membaca permulaan tulisan awas, siswa semakin aktif pula untuk bertanya tentang materiyang
kurang dipahami. Pertanyaan terakhir dalam wawancara ini yaitu mengani bagaimana hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan. Guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas I menjelaskan bahwa hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan berupa penerapan metode multisensori
yaitu siswa dapat mengerjakan soal-soal latihan membaca tulisan awas yang sebelumnya sulit untuk dikerjakan oleh siswa, seperti
mengidentifikasi huruf b, d, n, p, q, v, w, x, y, z dan membaca kata-kata atau kalimat yang tersusun dari huruf-huruf tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, dapat dilihat bahwa penerapan metode multisensori dalam pembelajaran membaca permulaan
tulisan awas membuat subjek lebih mudah dalam memahami materi
pembelajaran membaca permulaan tulisan awas. D.
Deskripsi Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dengan grafik dan analisis data berdasarkan pada data subjek. Analisis statistk
yang digunakan yaitu analisis data dalam kondisi dann analisis antarkondisi. Data yang dianalisis yaitu pada persentase keberhasilan dan durasi waktu
94 yang diperoleh subjek pada tes kemampuan membaca permulaan tulisan awas
pada fase baseline-1, intervensi, dan baseline-2.
1. Persentase Keberhasilan