13 I di SLB A Yaketunis yang belum mampu membaca permulaan tulisan
awas. Letak kesulitannya dalam membaca adalah hambatan penglihatan yang dimiliki oleh siswa. Indera-indera selain penglihatan belum
dimaksimalkan penggunaannya dalam belajar.
2. Karakteristik Anak Tunanetra
“Low vision”
Karakteristik anak tunanetra low vision perlu diperhatikan agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan secara optimal.
Karakteristik pada anak tunanetra low vision juga disebut ciri khas yang terlihat dan kebiasaan yang dilakukan oleh anak tunanetra low vision. Ada
beberapa gejala yang dapat kita lihat dari segi tingkah laku yang tampak sebagai petunjuk dalam mengenal anak yang mengalami gangguan
penglihatan secara dini menurut Geniofam Asep AS. Hidayat dan Ate Suwandi, 2013: 9, beberapa diantaranya adalah:
1. Kebiasaan menggosok-gosok mata secara berlebihan;
2. Membaca bukunya ke dekat mata;
3. Tidak dapat melihat benda-benda agak jauh;
4. Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala,
atau mencondongkan kepala ke depan; 5.
Sukar membaca atau mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan mata.
Karakteristik tersebut memberikan pemahaman bahwa anak tunanetra low vision mempunyai kebiasaan menggosok-gosok mata secara
berlebihan karena merasa ada sesuatu yang mengganggu penglihatannya. Anak tunanetra low vision mendekatkan matanya ke buku ketika membaca
karena tulisan yang dibaca tidak terlihat jelas jika tidak mendekatkan matanya dan tidak dapat melihat benda-benda yang letaknya jauh. Anak
14 tunanetra low vision cenderung menutup atau melindungi mata sebelah,
memiringkan kepala, atau mencondongkan kepala ke depan karena merasa dengan melakukan hal tersebut anak tunanetra low vision akan lebih jelas
dalam melihat. Hambatan penglihatan yang dialami anak tunanetra low vision menimbulkan akibat sukar membaca atau mengerjakan sesuatu yang
sangat memerlukan penggunaan mata. Anastasia Widdjajantin dan Imanuel Hitipeuw 1995:34-35
menyebutkan beberapa karakteristik tunanetra kurang lihat di bawah ini adalah:
1. Mengadakan fixition atau melihat suatu benda dengan memfokuskan
pada titik-titik benda. 2.
Mananggapi rangsang cahaya yang datang padanya, terutama pada benda yang kena sinar, disebut visually fuction.
3. Begerak dengan penuh percaya diri baik di rumah maupun di sekolah.
4. Merespon warna.
5. Mereka dapat menghindari rintangan-rintangan yang berbentuk besar
dengan sisa penglihatannya. Mencermati beberapa pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa
karakteristik anak tunanetra low vision adalah sebagai berikut: a.
Kebiasaan menggosok-gosok mata secara berlebihan; b.
Membaca bukunya ke dekat mata; c.
Tidak dapat melihat benda-benda agak jauh; d.
Menutup atau melindungi mata sebelah, memirigkan kepala, atau mencondongkan kepala ke depan;
e. Sukar membaca atau mengerjakan pekerjaan lain yang sangat
memerlukan penggunaan mata.
15 f.
Mengadakan fixition atau melihat suatu benda dengan memfokuskan pada titik-titik benda.
g. Mananggapi rangsang cahaya yang datang padanya, terutama pada
benda yang kena sinar, disebut visually fuction. h.
Begerak dengan penuh percaya diri baik di rumah maupun di sekolah. i.
Merespon warna. j.
Mereka dapat menghindari rintangan-rintangan yang berbentuk besar dengan sisa penglihatannya.
Mencermati dua pendapat mengenai karakteristik anak tunanetra low vision, dapat diketahui bahwa karakteristik anak tunanetra low vision yang
menjadi subjek penelitian adalah sebagai berikut: a.
Membaca bukunya ke dekat mata b.
Tidak dapat melihat benda-benda agak jauh c.
Mengadakan fixition atau melihat suatu benda dengan memfokuskan pada titik-titik benda.
d. Begerak dengan penuh percaya diri baik di rumah maupun di sekolah.
e. Merespon warna.
B. Kajian tentang Kemampuan Membaca Permulaan