75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat Kabupaten Magetan
Pada tahun 1645 Sultan Agung Hanyokrokusumo Raja Mataram wafat. Beliau digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Amangkurat I
yang menduduki tahta Kerajaan Mataram pada tahun 1646-1677, berbeda dengan mendiang ayahnya, Sultan Amangkurat I bersifat lemah terhadap
VOC, bahkan mau bekerja sama dengan VOC sehingga menimbulkan rasa kecewa dari banyak pihak, terutama kaum ulama dan pemuka agama serta
daerah-daerah manca negara. Hal tersebut menyebabkan banyak pihak yang memberontak.
Pada saat kerajaan dalam keadaan kalut seperti ini seorang kerabat keraton Mataram bernama Basah Gondokusumo atau terkenal dengan
sebutan Basah Bibit bersama seorang Patih Mataram bernama Nrang Kusumo dituduh bersatu dengan kaum oposisi dan kaum pemberontak
yang menentang kebijakan Sultan Amangkurat I. Atas tuduhan itu Basah Gondokusumo dijatuhi hukuman pengasingan di Semarang di tempat
kediaman kakeknya yakni Basah Suryoningrat, sedangkan Patih Nrang Kusumo meletakkan jabatannya sebagai patih kemudian bertapa di gunung
Lawu sebelah timur. Beberapa waktu kemudian Basah Suryoningrat mengajak cucunya Basah Gondokusumo pergi menyingkir ke arah timur
gunung Lawu. Beliau memilih tempat tersebut karena menerima kabar bahwa di sebelah timur gunung Lawu sedang dilakukan babat alas yang
dipimpin oleh Ki Buyut Suro yang kemudian bergelar Ki Ageng Getas. Orang-orang itu sangat patuh dan rajin melaksanakan babat alas. Demikian
juga Ki Buyut Suro dengan sabar mendampingi mereka yang bekerja penuh semangat. Babat alas itu dilaksanakan atas perintah Ki Ageng
Mageti, Ki Ageng Mageti adalah seorang putra Magetan yang memiliki
banyak kelebihan. Beliau adalah sosok yang arif, bijaksana, berbudi luhur, berperilaku sholeh.
Kemudian Basah Suryoningrat dan Basah Gondokusumo menjumpai Ki Buyut Suro yang sedang babat alas. Keduanya bermaksud
meminta sebidang tanah untuk bermukim. Dikarenakan yang menguasai kawasan hutan ini adalah Ki Ageng Mageti, maka untuk memperoleh
sebidang tanah ini Basah Suryoningrat dan Basah Gondokusumo diajak Ki Buyut Suro untuk bertemu dengan Ki Ageng Mageti di tempat kediaman
beliau di daerah Gandong Kidul Dukuh Gandong Selatan tepatnya di sekitar alun-alun Magetan sekarang ini.
Pertemuan antara Basah Suryoningrat dengan Ki Ageng Mageti dilanjutkan dengan perdebatan sengit terhadap suatu pertanyaan sandi
yang diberikan oleh Ki Ageng Mageti kepada Basah Suryoningrat. Setelah ia dapat menjawab dengan tepat dan benar pertanyaan sandi keraton yang
dilontarkan oleh Ki Ageng Mageti, akhirnya Ki Ageng Mageti yakin bahwa Basah Suryoningrat adalah bukan kerabat keraton biasa tetapi
merupakan sesepuh kerajaan Mataram. Akhirnya beliau diberi sebidang tanah untuk bermukim, terletak di sebelah utara sungai Gandong tepatnya
di Desa Tambran sebagai tempat yang aman dan tenteram untuk pengayoman para leluhur Mataram. Setelah mapan di tempat yang baru ini
Basah Suryoningrat mengangkat cucunya yaitu Basah Gondokusumo menjadi penguasa di tempat baru dengan gelar “Yosonegoro” kemudian
dikenal sebagai Bupati Yosonegoro, Bupati Magetan yang pertama kali pada tanggal 12 Oktober 1675, wilayah pemerintahan tersebut dinamakan
Magetan, karena peristiwa terjadinya Kabupaten Magetan ini adalah atas pemberian tanah dari Ki Ageng Mageti maka daerah baru tersebut diberi
nama Kota Mageti, mengalami penambahan “an” menjadi Magetian, akhirnya berubah nama menjadi Magetan sampai sekarang.
121
121
Sejarah Berdirinya Kabupaten Magetan, dalam http:www.magetankab.go.iddetail88 sejarah, diakses pada 28 September 2016, Jam 10.02 WIB.
2. Visi dan Misi Kabupaten Magetan