5. Hubungan Hukum dan Kebijakan Publik
Menurut Barclay dan Birkland, hubungan antara hukum dan kebijakan publik yang pertama dan mendasar adalah kebijakan publik
umumnya harus dilegalisasikan dalam bentuk hukum, dan pada dasarnya sebuah hukum adalah hasil dari kebijakan publik. Dari pemahaman dasar
ini kita dapat melihat keterkaitan di antara keduanya dengan jelas.
66
Untuk mengetahui hubungan antara hukum dan kebijakan publik, menurut Setiono dapat dilihat dari :
a. Formulasi Hukum dan Kebijakan Publik
Hubungan pembentukan hukum dan kebijakan publik saling memperkuat satu dengan yang lain. Sebuah produk hukum tanpa
proses kebijakan publik didalamnya maka produk hukum itu akan kehilangan makna substansinya. Sebaliknya sebuah proses kebijakan
publik tanpa ada legalisasi hukum akan lemah dalam tata operasionalnya.
67
b. Penerapan atau Implementasi Hukum dan Kebijakan Publik
Pada dasarnya penerapan hukum tergantung pada 4 unsur, yaitu : unsur hukum, unsur struktural, unsur masyarakat, dan unsur budaya.
Unsur hukum berkaitan dengan substansi aturan yang terkandung dalam suatu hukum, unsur ini menjadi acuan dasar. Oleh sebab itu
dalam pembentukan hukum, aspek bahasa sangat penting karena teks- teks yang terkandung di dalam suatu aturan tidak boleh ditafsirkan
ganda sehingga dapat diimplementasikan dalam masyarakat dengan kesatuan persepsipemaknaan.
68
Kebijakan publik merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam mengendalikan pemerintahannya. Dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, kebijakan publik dan hukum mempunyai peranan yang penting. Pembahasan mengenai hukum dapat
66
Hessel Nogi S. Tangkilisan, Op. Cit, hlm. 32.
67
Setiono, Op. Cit, hlm. 2.
68
Muchin dan Fadillah Putra, Hukum Publik, Universitas Sunan Giri, Surabaya, 2002, hlm. 85.
meliputi dua aspek yaitu : Pertama, aspek keadilan menyangkut tentang kebutuhan masyarakat akan rasa adil di tengah sekian banyak dinamika
dan konflik di tengah masyarakat. Kedua, aspek legalitas ini menyangkut apa yang disebut dengan hukum positif yaitu sebuah aturan yang
ditetapkan oleh sebuah kekuasaan negara yang sah dan dalam pemberlakuannya dapat dipaksakan atas nama hukum.
69
Berdasarkan kedua aspek tersebut, seringkali terjadi perbenturan di mana “terkadang hukum positif ternyata tidak menjamin terpenuhinya rasa
keadilan dan sebaliknya rasa keadilan seringkali tidak mempunyai kepastian hukum. Di tengah itu maka komprominya adalah bagaimana
agar semua hukum positif yang ada selalu merupakan cerminan dari rasa keadilan itu sendiri”.
6. Peraturan Bersama Lima Menteri Tahun 2011 tentang Penataan dan