C. Pembatasan Masalah
Dalam Penelitian ini tidak akan diteliti semua masalah yang ditemukan. Peneliti membatasi masalah yang akan diteliti hanya pada seberapa besar
penggunaan model pembelajaran “Group Investigation” dengan pemutaran
film dokumenter pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi kesebangunan bangun datar.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran Didang dkk, 2006: 13. Group Investigation merupakan Model
Pembelajaran kooperatif dimana peserta didik terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun jalannya penyelidikan. Pendekatan ini
memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada model pembelajaran yang berpusat pada guru. Sedangkan Hasil belajar matematika
materi kesebangunan bangun datar dapat dilihat Pada Nilai tertinggi, Nilai terendah, Ketuntasan klasikal, hasil penilaian setiap akhir siklus.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, analisis penyebab masalah, dan studi alternatif tindakan pemecahan masalah, peneliti merumuskan masalah :
“Seberapa besar Implementasi Perpaduan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
“Group Investigation“ dengan Pemutaran Film Dokumenter Pembelajaran dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Kesebangunan Bangun datar Bagi Peserta Didik Kelas IX-F SMP Negeri 2 Wonosobo pada Semester I
Tahun Pelajaran 20102011?”.
E. Tujuan Penelitian
1. Secara khusus, penelitian ini bertujuan meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Kesebangunan Bangun Datar bagi Peserta Didik
Kelas IX-F SMP Negeri 2 Wonosobo pada Semester I Tahun Pelajaran 20102011, melalui perpaduan model pembelajaran kooperatif Group
Investigation dengan pemutaran film documenter pembelajaran. 2. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Hasil Belajar
Matematika dan memperbaiki proses pembelajaran yang difasilitasi guru.
F. Manfaat Penelitian
Bagi peserta didik : 1. Meningkatnya hasil belajar matematika materi Kesebangunan Bangun datar
2. Meningkatnya kemampuan mengeksplorasi pengetahuan, melatih kecerdasan sosial, dan meningkatkan rasa percaya diri.
Bagi peneliti : 1. Meningkatnya hasil belajar matematika materi Kesebangunan Bangun datar
bagi peserta didiknya melalui perpaduan model pembelajaran kooperatif Group Investigation dengan pemutaran film dokumenter pembelajaran.
2. Meningkatnya mutu proses pembelajaran yang difasilitasinya. Bagi Teman Sejawat :
Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didiknya
Bagi Sekolah : Memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu proses maupun mutu hasil
pembelajaran di sekolah menuju terwujudnya tujuan pendidikan Nasional.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. KAJIAN TEORI 1. Pengertian Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku behavioral change pada diri individu yang belajar.
Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: bahan yang dipelajari,
faktor-faktor instrumental, faktor-faktor lingkungan, dan kondisi genetik individu faktor bawaan. Faktor-faktor tersebut diatur sedemikian rupa agar mempunyai
pengaruh yang membantu tercapainya kompetensi secara optimal. Proses belajar yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran merupakan proses komplek dan senantiasa berlangsung dalam berbagai situasi dan kondisi. Percival dan Ellington 1984 menggambarkan
model sistem pendidikan dalam proses belajar, bahwa masukan input untuk sistem pendidikan atau sistem belajar terdiri dari orang, informasi, dan sumber
lainnya. Sedangkan keluaran output berupa orang dengan penampilan yang lebih maju dalam berbagai aspek. Di antara masukan dan keluaran terdapat kotak
hitam black box yang berupa proses belajar atau pendidikan. Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu : adanya perubahan tingkah
laku, sifat perubahannya relatif tetap permanent dan perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan
ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang sifatnya temporer. Oleh karena itu pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari interaksi peserta didik dengan sumber-sumber belajar, baik sumber yang 6
6
didesain maupun yang dimanfaatkan. Hasil belajar yang maksimal tidak hanya terjadi karena interaksi peserta didik dengan guru, tetapi dapat pula diperoleh
lewat interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan sumber belajar lainnya.
Untuk memberikan gambaran landasan akademik terhadap pelaksanaan pembelajaran khususnya pada jenjang SMP, maka perlu dikemukakan sejumlah
pandangan dari ahli pendidikan dan pembelajaran. Menurut John Dewey 2001, tugas sekolah adalah memberi pengalaman belajar yang tepat bagi peserta didik.
Selanjutnya ditegaskan bahwa tugas guru membantu peserta didik menjalin pengalaman belajar yang satu dengan yang lain, termasuk yang baru dengan yang
lama. Pengalaman belajar baru melalui pengalaman belajar lama akan melekat pada struktur kognitif peserta didik dan menjadi pengetahuan baru bagi peserta
didik. Menurut Vygostsky 2001 terdapat hubungan yang erat antara pengalaman
sehari-hari dengan konsep keilmuan scientific, tetapi ada perbedaan kuantitatif antara berpikir komplek dan berpikir konseptual. Berpikir komplek berdasarkan
pada kategori objek berdasarkan pada situasi, dan berpikir konseptual berbasis pada pengertian yang lebih abstrak.Ia menegaskan bahwa pengembangan
kemampuan analisis, membuat hipotesis, dan menguji pengalaman sehari-hari pada dasarnya terpisah dari pengalaman sehari-hari. Kemampuan ini tidak
ditentukan oleh pengalaman sehari-hari saja, tetapi lebih tergantung pada tipe spesifik interaksi sosial.
Menurut Ausebel 1992 pengalaman belajar baru akan masuk ke dalam memori jangka panjang dan akan menjadi pengetahuan baru apabila memiliki
makna. Pengalaman belajar adalah interaksi antara subjek belajar dengan bahan 7
ajar, misalnya peserta didik mengerjakan tugas membaca, melakukan pemecahan masalah, mengamati suatu gejala, peristiwa, percobaan, dan sejenisnya. Agar
pengalaman belajar yang baru menjadi pengetahuan baru, maka semua konsep dalam mata pelajaran diusahakan memiliki nilai terapan di lapangan.
2. Pengertian Pembelajaran
Joyce, Weil, dan Showers 1992 menyatakan bahwa hakikat mengajar teaching adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide,
keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Hasil akhir atau hasil jangka panjang dari
proses mengajar adalah kemampuan peserta didik yang tinggi untuk dapat belajar dengan mudah dan efektif di masa mendatang. Tekanan kegiatan mengajar tetap
pada peserta didik yang belajar. Dengan demikian hakikat mengajar adalah memfasilitasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran agar mereka
mendapatkan kemudahan dalam belajar. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses membuat orang belajar.
Tujuannya adalah membantu orang belajar, atau memanipulasi lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang dalam belajar. Gagne dan Briggs
1979 mendefinisikan pembelajaran sebagai events kejadian, peristiwa, kondisi, dsb yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajaran, sehingga
proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Jadi pembelajaran bukan hanya terbatas pada kejadian yang dilakukan guru saja, melainkan mencakup
semua kejadian maupun kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian
yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televise, film, 8
slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Bahkan saat ini pemanfaatan berbagai program komputer untuk pembelajaran, atau dikenal dengan e-learning
electronic-learning berupa: CAI Computer Assisted Instruction atau CAL Computer Assisted Learning, belajar lewat Internet, SIG Sistem Informasi
Geografis pendidikan, Web-site sekolah, dll, sudah secara luas digunakan dalam pembelajaran.
Tidak dipungkiri bahwa manusia diciptakan Allah Subhanahu Wa ta`ala dalam keberagaman variabilitas, dan tidak dalam keseragaman uniformitas.
Namun sesuai dengan hak asasi manusia, maka masing-masing peserta didik memiliki hak untuk mendapat mencapai ketuntasan dalam belajarnya. Dari
kenyataan inilah muncul konsep Pembelajaran Tuntas mastery learning yaitu pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai
secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran. Strategi belajar tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti
meskipun kegiatan pembelajaran ditujukan kepada sekelompok peserta didik kelas, tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan peserta
didik sedemikian rupa sehingga memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik secara optimal, serta memudahkan peserta didik belajar dan mencapai
kompetensi berikutnya. Pembelajaran tuntas di dalam kelas mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas:
1 Pembelajaran individual, 2 Pembelajaran sejawat peer instruction,
3 Bekerja dalam kelompok kecil, 9
4 Tutorial Menggunakan pendekatan tutorial dengan sesion- sesion kelompok kecil,
tutorial orang perorang, pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan, dan pembelajaran berbasis komputer Kindsvatter, 1996. Aneka
metode pembelajaran multi metode harus digunakan untuk kelas atau kelompok. Pendekatan-pendekatan alternatif tambahan harus digunakan
untuk mengakomodasi perbedaan gaya belajar peserta didik. b. Peran Guru
Mendorong keberhasilan peserta didik secara individual. Menggunakan pendekatan perorangan Personalized System of Instruction PSI
sebagaimana model pembelajaran yang dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan pada interaksi antar peserta didik dengan materiobjek
belajar. c. Peran Peserta didik
Peserta didik ditempatkan sebagai subjek didik. Fokus program sekolah bukan pada guru dan yang akan dikerjakannya melainkan pada peserta didik
dan yang akan dikerjakannya. Peserta didik diberi kebebasan menetapkan kecepatan pencapaian kompetensi. Kemajuan peserta didik sangat bertumpu
pada usaha serta ketekunan peserta didik secara individual. d.
Sistem Penilaian Penilaian yang dilakukan dengan acuan patokan criterion referenced pada
setiap kompetensi dasar, batas ketuntasannya paling realistik ditetapkan oleh guru sekolah daerah, dan sistemnya berkelanjutan.
3. Hasil Belajar
Briggs menyatakan hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan
angka dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sudjana bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses
belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
Hasil belajar matematika merupakan perubahan yang diperoleh peserta didik dengan belajar matematika yang meliputi perubahan pengetahuan, kecakapan,
sikap, pemahaman dan penguasaan. Kualitas hasil belajar matematika peserta didik dapat diketahui dari kuantitas pemahaman materi dan hasil ujian peserta
didik. Dari uraian di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
seseorang yang diperoleh dari proses belajar dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
4. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif “Group Investigation”
Pembelajaran kooperatif cooperative learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik
untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar Sugiyanto 2009 : 37. Pembelajaran kooperatif melibatkan peserta didik
yang berkemampuan berbeda dalam beberapa kelompok. Kerjasama antar peserta didik dalam rangka menyelesaikan tugas kelompok yang tujuan sebenarnya
adalah membantu peserta didik yang belum atau tidak menguasai suatu kompetensi materi.
Secara teoretis model pembelajaran kooperatif ini diadaptasi dari teori belajar kognitif-konstruktivis. Salah seorang pelopor aliran ini, Vygotsky, menyatakan
bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam interaksi atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang tinggi itu terserap ke
dalam individu tersebut Tim Bintek, 2004. Kemampuan baru yang dimiliki oleh seseorang akan cepat dikuasai bila terdapat komunikasi sosial dalam suatu
kelompok. Dengan kata lain kerjasama diperlukan untuk mempercepat pemahaman dan penguasaan materi. Selain itu, pembelajaran kooperatif ini
sesuai dengan salah satu prinsip contextual teaching and learningCTL, yaitu: learning community menciptakan masyarakat belajar dengan cara kerjasama
antar peserta didik. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Stahl 1994
dan Johnson 1984 dalam Didang 2006 adalah a.
peserta didik belajar dalam kelompok kecil. b.
kemampuan dan latar belakang peserta didik bervariasi dalam kelompok. c.
terdapat interaksi tatap muka dan saling mendengar pendapat gagasan. d.
penekanan pada tugas dan kebersamaan mencapai tujuan. e.
efektivitas kelompok tergantung pada kelompok bukan perseorangan. f.
penghargaan penilaian baik atau buruk lebih diutamakan pada hasil kerja kelompok bukan kerja perorangan.
Model pembelajaran kooperatif sangat unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit dan mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam hal kerjasama, berpikir kritis, dan tolong menolong. Model pembelajaran menurut Amin Suyitno 2005 adalah suatu pola atau
langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau 12
kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien. Pada saat ini banyak dikembangkan model-model
pembelajaran. Menurut penemunya, model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model-model pembelajaran yang lain. Untuk
menyikapi hal tersebut, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar sebagian besar masih berada
dalam tahap berpikir konkret, sehingga model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat peraga masih diperlukan dalam menjelaskan
beberapa konsep matematika. b. Tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada, karena
setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. c. Pilihlah salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran,
kondisi peserta didik, dan kondisi lingkungan peserta didik. Jika perlu gabunglah beberapa model pembelajaran.
d. Model pembelajaran apapun yang diterapkan, jika guru tidak menguasai materi dan tidak disenangi peserta didik, maka hasil pembelajaran menjadi
tidak efektif. Investigasi kelompok dikembangkan pertama kali oleh Herbert Thelen dan
diperluas oleh Sharn dan kawan-kawan dari Universitas Tel-Aviv. Dalam model ini peserta didik terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun
jalannya penyelidikan. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada model pembelajaran yang berpusat pada guru. Selain
itu, pendekatan ini memerlukan ketrampilan komunikasi dan ketrampilan memiliki kelompok group process skills yang baik.
Berikut tahap-tahap investigasi kelompok : 13
a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen yang berorientasi pada tugas task oriented group.
b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan bersama peserta didik merencanakan berbagai prosedur tugas kelompok serta tujuan umum yang
konsisten dengan topik pembelajaran yang dipilih. c. Guru memanggil ketua-ketua untuk memberikan satu materi tugas sehingga
satu kelompok mendapat satu materitugas yang berbeda dari kelompok lain. d. Masing-masing kelompok membahas materitugas yang diberikan guru secara
kooperatif. e. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil
pembahasan kelompok f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
g. Evaluasi h. Penutup
5. Pengertian Film Dokumenter Pembelajaran
Yang dimaksud dengan Film dokumenter pembelajaran adalah cuplikan rekaman video pembelajaran pada hari sebelumnya yang menayangkan hal-hal
yang sudah baik dan hal-hal yang belum baik dan perlu segera diperbaiki. Hal ini akan memberikan semangat kepada peserta didik yang sudah baik aktivitas
pembelajarannya untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan, serta peserta didik yang belum baik aktivitas pembelajarannya segera memperbaiki.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar FPB
dan KPK melalui Pendekatan Realistis Model Group Investigation dengan
Media Kotak Persekutuan pada Kelas V SD Negeri Balapulang Wetan 06 Kabupaten Tegal Tahun 20102011, Oleh Edi Purwanto, S.Pd. Simpulannya :
Pembelajaran Matematika melalui Pendekatan realistic Model Group Investigation dengan Media Kotak Persekutuan dapat Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Peserta Didik di Kelas V SD Negeri Balapulang Wetan 06 Kabupaten Tegal Tahun 20102011.
2. Judul “Penggunaan Model Pembelajaran Cooperatif Learning tipe “Think Pair
and Share” dan Selingan Film Animasi sebagai Upaya untuk Meningkatkan
Motivasi Siswa dalam Melakukan Kegiatan Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas VIII-D SMP Labschool Jakarta Semester Satu Tahun Ajaran
20082009”. Oleh Endro Wibowo, S.Pd. Simpulannya : Dengan penggunaan model pembelajaran Cooperatif Learning tipe “Think Pair and Share” dan
selingan film animasi, siswa kelas VIII-D SMP Labschool Jakarta semester satu tahun ajaran 20082009 menyatakan semakin termotivasi dalam melakukan
kegiatan pembelajaran matematika, pada siklus I sebanyak 74,36 dari jumlah siswa dan pada siklus II sebanyak 82,05 dari jumlah siswa.
C. Kerangka Berpikir