1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain. Manusia dapat mengungkapkan perasaan,
keinginan hatinya dan pikirannya masing-masing dengan cara berkomunikasi menggunakan bahasa yang baik.
“Bahasa merupakan alat komunikasi utama yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan dunia luar, manusia yang memiliki bahasa yang
baik dapat berinteraksi dengan lingkungannya dan dapat mengekspresikan perasaan serta menyampaikan pikiran dengan bahasa verbal
dan nonverbal” Nur Indah DM 2012: 1. Berbicara merupakan salah satu aspek berbahsa
verbal yang melibatkan bunyi bahasa yang memanfaatkan organ bicara. Keluarnya bunyi atau suara dipengaruhi oleh perkembangan artikulasi anak
Luthfi Diah AW 2015: 1. Artikulasi adalah kecakapan seseorang memproduksi bunyi bahsa yang digunakan untuk ekspresi verbal.
Seperti halnya tunarungu, yaitu seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang
diakibatkan tidak berfungsinya alat pendengaran, sehingga tidak dapat menggunakan alat pendengaran dalam kehidupan sehari-hari, yang
berdampak pada kehidupannya secara kompleks terutama kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi Murni Winarsih, 2007: 23. Gangguan
pendengaran sangat mempengaruhi perkembangan bahasa bagi anak tunarungu karena tidak berfungsinya alat pendengaran baik sebagian atau
2
seluruhnya sehingga menghambat komunikasi. Dalam berkomunikasi dibutuhkan bahasa dengan artikulasi atau ucapan yang tepat dan jelas,
sehingga pesan yang hendak disampaikan dapat diterima dengan baik. Hal ini menyebabkan kekakuan dalam organ bicara dan kurangnya stimulasi organ
bicaranya. Hambatan ini tidak hanya pada komunikasi verbal secara reseptif memahami pembicaraan orang lain juga mempengaruhi bahasa verbal
ekspresif berbicara. Salah satu akibat dari ketunarunguan yang perlu diperhatikan ialah
kelainan artikulasi. Artikulasi merupakan kecakapan yang sangat penting bagi anak dalam berkomunikasi baik dalam kehidupan maupun pendidikan. Oleh
karena itu artikulasi yang tepat dan jelas sangat dibutuhkan dalam berkomunikasi. Berbahsa dengan artikulasi yang jelas dan tepat diharapkan
mampu menyampaikan pesan yang dapat diterima dengan baik. SLB Wiyata Dharma 1 Tempel adalah salah satu sekolah yang menerima
anak tunarungu. SLB Wiyata Dharma 1 Tempel menerapkan metode komunikasi total dalam kegiatan belajar mengajar, begitu pula siswa dalam
menyampaikan pendapatnya atau berkomunikasi dengan teman- temannya dengan cara isyarat, tulisan, gambar dan oral. Pada kenyataannya, anak kelas
dasar II di SLB Wiyata Dharma I Tempel belum dapat mengucapkan kata- kata dengan artikulasi yang jelas sehingga menghambat perkembangan
komunikasinya. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SLB Wiyata Dharma 1
Tempel kelas dasar II yang terdiri dari IV anak, ketrampilan artikulasi anak
3
berbeda-beda, peneliti menemukan beberapa permasalahan yaitu masih rendahnya ketrampilan artikulasi anak terutama dalam pembentukan
konsonan k dan ng. Anak sering mengomisi dan mensubtitusi kata. Misalnya pada kata katak diucapkan hata dikarenakan pada saat
pembentukan konsonan k terjadi kesalahan aliran udara yang dikeluarkan oleh organ bicara tidak meletup dan posisi lidah yang terlalu ke belakang,
Pada pembentukan konsonan ng pada kata tangan diucapkan ta an karena konsonan ng yang belum terbentuk dan kesalahan aliran udara yang keluar
sebagian melalui hidung dan sebagian lewat mulut. Hal ini menjadikan makna yang berbeda dari kata yang diucapkan. Perlunya program untuk mengatasi
permasalahan di lapangan. Salah satu program untuk mengatasi permasalahan di lapangan yaitu pelajaran artikulasi. Sekolah belum ada kegiatan pelajaran
artikulasi, pelajaran artikulasi di SLB Wiyata Dharma 1 Tempel dirasa kurang optimal, dikarenakan latihan artikulasi masih menyatu dengan pembelajaran
dan dilaksanakan secara klasikal. Selain itu belum optimalnya penggunaan seluruh indera yang dimiliki anak pada saat latihan artikulasi mennyebabkan
masih rendahnya ketrampilan artikulasi anak. Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran, siswa terkadang bosan,
tidak memperhatikan pelajaran, terganggu konsentrasinya, dan lebih asik dengan aktivitasnya. Melihat dari keadaan seperti diatas, maka siswa kelas
dasar II di SLB Wiyata Dharma 1 Tempel dapat diberi penanganan melalui pendekatan VAKT. Dengan pendekatan Viual, Auditori, Kinestetik, Taktil
VAKT anak ditekankan pada penggunaan indra untuk menerima
4
pengalaman tentang konsonan k dan ng. Melalui pendekatan VAKT diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan artikulasi siswa kelas dasar II di
SLB Wiyata Dharma 1 Tempel.
B. Identifikasi Masalah