8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Anak Tunarungu
1. Pengertian Anak Tunarungu
Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu
apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara Murni Winarsih, 2007: 21. Tunarungu merupakan istilah umum yang
digunakan untuk menunjukkan keadaan individu yang mengalami ketidakmampuan atau gangguan pendengaran, meliputi keseluruhan
gangguan pendengaran mulai dari yang ringan sampai pada tingkatan yang berat, digolongkan ke dalam kategori tuli dan kurang dengar
Hallahan Kauffman, 2009: 342.
Dari istilah tersebut beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian tunarungu, diantaranya menurut Mohammad Efendi 2005: 59
mendefinisikan: “Tunarungu sebagai seseorang yang mengalami ketulian tunarungu
berat jika ia kehilangan kemampuan mendengar 70 dB atau lebih menurut ISO sehingga ia akan mengalami kesulitan dalam
memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain meskipun menggunakan alat bantu dengan hearing aid atau tanpa alat bantu
dengar. Kemudian yang dikategorikan lemah pendengaran adalah apabila anak mengalami kehilangan pendengaran antara 35-65dB
sehingga mengalami kesulitan dalam mendengar, tetapi tidak terhalang untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain jika dibantu
dengan alat bantu dengar hearing aid
”. Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu
merupakan individu yang mengalami kesulitan dalam menerima
9
rangsang melalui indera pendengarannya baik sebagian maupun keseluruhan, serta dari tingkat yang paling ringan hingga paling berat.
Hal tersebut mengakibatkan tahap pemerolehan bahasanya terhambat dan kemampuan berbahasanya rendah, terutama kemampuan berbahasa
verbal. Dengan demikian, anak tunarungu memerlukan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi yang dimiliki serta
mengembangkan kemampuan berbahasanya.
2. Karakteristik Anak Tunarungu