Model Evaluasi Program Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB II

bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan decision maker untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki, atau menghentikan sebuah program.

2.3 Model Evaluasi Program

Ada banyak model yang bisa digunakan dalam melakukan evaluasi program khususnya program pendidikan. Meskipun terdapat beberapa perbedaan antara model-model tersebut, tetapi secara umum semuanya memiliki persamaan yaitu mengumpulkan data atau informasi obyek yang di evaluasi sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan. Terdapat beberapa model evaluasi yang dapat digunakan dalam melakukan kegiatan evaluasi terhadap suatu program Arikunto dan Safruddin, 2014 sebagai berikut: 1. Goal Oriented Evaluation Model Merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus-menerus, mengecek sejauh mana tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Model ini dikembangkan oleh Tyler. 2. Goal Free Evaluation Model Dikembangkan oleh Michel Scriven. Model ini disebut juga dengan evaluasi lepas dari tujuan, tetapi bukannya lepas sama sekali dari tujuan tetapi hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci atau perkomponen. 3. Formatif Summatif Evaluation Model Evaluasi Formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasikan hambatan. Dengan diketahuinya hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program. Evaluasi Sumatif dilakukan setelah program berakhir. Tujuan dari evaluasi sumatif adalah untuk mengukur ketercapaian program. 4. Countenance Evaluation Model Dikembangkan oleh Stake. Model ini menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu: a deskripsi description, dan b perimbangan judgements, serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program, yaitu: a anteseden antecedentscontext, b transaksi transaction process, c keluaran output - outcomes. 5. CSE UCLA Evaluation Model Ciri dari model ini adalah adanya 4 tahap yang dilakukan dalam evaluasi, yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak. Hernandez, seperti yang dikutip oleh Arikunto menjelaskan ada 4 tahap dalam model ini, yaitu: a Needs Assessment, b Program Planning, c Formative Evaluation, dan d Summative Evaluation. 6. CIPP Evaluation Model Model evaluasi ini adalah model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Model CIPP ini dikembang oleh Stufflebeam, dkk pada tahun 1967 di Ohio State University. Model evaluasi CIPP melakukan tindakan evaluasi yang mencakup empat sasaran evaluasi yakni konteks, input, proses, dan produk. 7. Discrepancy Evaluation Model Evaluasi kesenjangan discrepancy evaluation menurut Provus adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara baku standard yang sudah ditentukan dalam program dengan kinerja performance sesungguhnya dari program tersebut. Baku adalah kriteria yang ditetapkan, sedangkan kinerja adalah hasil pelaksanaan program. Evaluasi terhadap program akselerasi membutuhkan model evaluasi yang cocok untuk melakukan kegiatan tersebut. Dilihat dari beberapa substansi program tersebut, evaluasi ini dilakukan untuk melihat hal yang melatarbelakangi penyelenggaraannya, desain perencanaannya, pelaksanaannya, dan produk yang dihasilkan dari program tersebut, yang pada akhirnya hasil evaluasi ini akan memberikan rekomendasi terhadap keberadaan program tersebut. Apabila dilihat dari keempat substansi tersebut, maka model evaluasi CIPP merupakan salah satu model yang cocok digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap program akselerasi. Konsep model evaluasi CIPP Context, Input, Process, and Product pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam pada tahun 1965 sebagai hasil usahanya mengevaluasi ESEA the Elementary and Secondary Education Act. Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. The CIPP approach is based on the view that the most important purpose of evaluation is not to prove but to improve Madaus, Scriven, Stufflebeam, 1993, dalam Widoyoko, 2013. Gambar 2.1 menggambarkan elemen dasar dari CIPP Model dalam tiga lingkaran konsentris. Lingkaran dalam mewakili nilai-nilai inti yang memberikan dasar untuk suatu evaluasi. Roda sekitar nilai dibagi menjadi empat fokus evaluatif yang berhubungan dengan program atau usaha lainnya: tujuan, rencana, tindakan, dan hasil. Roda luar menunjukkan jenis evaluasi yang melayani masing-masing empat fokus evaluatif. Ini adalah evaluasi konteks, input, proses, dan produk. Gambar 2.1 Key Components of the CIPP Evaluation Model and Associated Relationships with Programs Stufflebeam, 2003 Setiap panah ganda menunjukkan hubungan dua arah antara fokus evaluatif tertentu dan jenis evaluasi. Tugas menetapkan tujuan menimbulkan pertanyaan untuk evaluasi konteks, yang pada gilirannya memberikan informasi untuk memvalidasi atau memperbaiki tujuan. Perencanaan upaya perbaikan menghasilkan pertanyaan untuk evaluasi masukan, yang sejalan menyediakan penilaian rencana dan arahan untuk memperkuat rencana. Kegiatan perbaikan memunculkan pertanyaan untuk evaluasi proses, yang pada gilirannya memberikan penilaian tindakan dan umpan balik untuk memperkuat keempat komponen tersebut. Definisi formal evaluasi yang mendasari model CIPP adalah sebagai berikut: Evaluation is the process of delineating, obtaining, providing, and applying descriptive and judgmental information about the merit and worth of some object s goals, design, implementation, and outcomes to guide improvement decisions, provide accountability reports, inform institutionalization dissemination decisions, and improve understanding of the involved phenomena Stufflebeam, 2003. Definisi di atas merangkum ide-ide kunci dalam model CIPP. Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat empat tujuan evaluasi, yaitu: keputusan membimbing; memberikan catatan untuk akuntabilitas; menginformasikan keputusan tentang menginstal danatau menyebarkan produk yang dikembangkan, program, dan jasa; dan mempromosikan pemahaman tentang dinamika fenomena yang diperiksa. Model CIPP ini dirancang untuk melayani kebutuhan baik untuk evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi CIPP yang formatif, ketika mereka secara proaktif sebagai kunci pengumpulan dan pelaporan informasi kepada perbaikan. Sebagai evaluasi sumatif, ketika mereka melihat kembali pada proyek atau program kegiatan selesai atau pertunjukan jasa, bekerja sama dan jumlah arti nilai informasi yang relevan, dan fokus pada akuntabilitas Stufflebeam, 2003. Hubungan peran evaluasi formatif perbaikan dan sumatif akuntabilitas untuk evaluasi konteks, input, proses, dan produk terwakili dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 The Relevance of Four Evaluation Types to Improvement and Accountability Context Input Process Product Improveme ntFormati ve orientation Guidance for choosing goals and assigning priorities Guidance for choosing a programse rvice strategy Guidance for impleme ntation Guidance for termination, continuation, modification, or installation Input for specifying the procedural design, schedule, and budget Accountabi litySumm ative Record of goals and priorities and bases for Record of chosen strategy Record of the actual Record of achievements, assessment orientation their choice along with a record of assessed needs, opportunities, and problems and design and reasons for their choice over other alternatives process and its costs compared with needs and coast, and recycling decisions Sumber: Stufflebeam, 2003. Berdasarkan skema di atas, evaluator akan merancang dan melakukan evaluasi untuk membantu guru, kepala sekolah, atau penyedia layanan lain bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan program atau layanan. Mereka juga akan mengatur dan menyimpan informasi terkait evaluasi formatif untuk digunakan dalam menyusun suatu akuntabilitas laporan evaluasi sumatif. Menurut Arikunto dan Safruddin 2014, model evaluasi CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Dengan demikian, jika evaluator sudah menetapkan model CIPP sebagai model yang akan digunakan untuk mengevaluasi suatu program, maka mau tidak mau harus menganalisis program tersebut berdasarkan komponen-komponennya. Komponen dalam model evaluasi CIPP dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Evaluasi Konteks Context Evaluation Menurut Stufflebeam 2003 dalam Wirawan, 2012, evaluasi konteks untuk menjawab pertanyaan: apa yang perlu dilakukan? What needs to be done?. Evaluasi ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program. Tujuan dari evaluasi konteks pada model evaluasi CIPP adalah untuk mengidentifikasi informasi awal mengenai bagaimana program akan berfungsi Fitzpatrick et al., 2004 dalam Wang, 2010. Sax 1980 mendefinisikan evaluasi konteks, sebagai berikut: the delineation and specification of project s environment, its unmet, the population and sample individual to be served, and the project objectives. Contect evaluation provides a rationale for justifying a particular type of program intervention . Evaluasi konteks merupakan penggambaran dan spesifikasi tentang lingkungan program, kebutuhan yang belum dipenuhi, karakteristik populasi dan sampel dari individu yang dilayani dan tujuan program. Evaluasi konteks membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program Widoyoko, 2013. Evaluasi konteks menurut Arikunto dan Safruddin 2014 dilakukan untuk menjawab pertanyaan: a kebutuhan apa yang belum terpenuhi oleh program, b tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan, c tujuan manakah yang paling mudah dicapai. 2. Evaluasi Masukan Input Evaluation Evaluasi masukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan: apa yang harus dilakukan What should be done?. Evaluasi ini mengidentifikasi problem, aset, dan peluang untuk membantu para pengambil keputusan mendefinisikan tujuan, prioritas-prioritas, dan membantu kelompok- kelompok lebih luas pemakai untuk menilai tujuan, prioritas, dan manfaat-manfaat dari program, menilai pendekatan alternatif, rencana tindakan, rencana staf, dan anggaran untuk feasibilitas dan potensi cost effectiveness untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan. Para pengambil keputusan memakai Evaluasi Masukan dalam memilih di antara rencana-rencana yang ada, menyusun proposal pendanaan, alokasi sumber- sumber, menempatkan staf, menskedul pekerjaan, menilai rencana-rencana aktivitas, dan pengangguran Stufflebeam, 2003 dalam Wirawan, 2012. Evaluasi masukan dilakukan sebagai sarana menempatkan sistem pendukung, strategi solusi, dan desain prosedural di tempat untuk pelaksanaan program di masa mendatang Fitzpatrick et al., 2004 dalam Wang, 2010. Terutama keterangan yang meliputi isu-isu seperti biaya, hasil, keuntungan, kerugian, dan faktor-faktor yang terkait dengan program lainnya. Maksud dari evaluasi masukan adalah kemampuan awal siswa dan sekolah dalam menunjang program tersebut Arikunto dan Safruddin, 2014. Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, mengatur sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi: a sumber daya manusia, b sarana dan peralatan pendukung, c danaanggaran, dan d berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan Widoyoko, 2013. 3. Evaluasi Proses Process Evaluation Evaluasi proses berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan: apakah program sedang dilaksanakan? Is it being done?. Evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana untuk membantu staf program melaksanakan aktivitas dan kemudian membantu kelompok pemakai yang lebih luas menilai program dan menginterpretasikan manfaat Stufflebeam, 2003 dalam Wirawan, 2012. Evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada apa what kegiatan yang dilakukan dengan program, siapa who orang yang ditunjuk sebagai penanggungjawab program, kapan when kegiatan akan selesai Arikunto dan Safruddin, 2014. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki Widoyoko, 2013. 4. Evaluasi ProdukHasil Product Evaluation Evaluasi produk diarahkan untuk mencari jawaban pertanyaan: Did it succed?. Evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan manfaat, baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Keduanya untuk membantu staf menjaga upaya memfokuskan pada mencapai manfaat yang penting dan akhirnya untuk membantu kelompok- kelompok pemakai lebih luas mengukur kesuksesan upaya dalam mencapai kebutuhan-kebutuhan yang ditargetkan Stufflebeam, 2003 dalam Wirawan, 2012. Fungsi evaluasi produkhasil seperti dirumuskan oleh Sax 1980 adalah to allow to project director or teacher to make decision regarding continuation, termination, or modification of program . Dari hasil evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenan dengan kelanjutan, akhir maupun modifikasi program Widoyoko, 2013. Sementara menurut Tayibnapis 2008 evaluasi produk untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan. Berdasarkan beberapa pendapat tentang model evaluasi CIPP diatas, maka komponen-komponen program akselerasi dalam penelitian ini dapat dianalisis dengan menggunakan model CIPP. Evaluasi program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dapat dinilai dari konteks, input, proses, dan produk, karena sekolah tersebut sudah melaksanakannya selama tujuh tahun.

2.4 Hasil Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon

1 1 44

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB IV

0 1 120

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon T2 942013137 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Akselerasi: studi evaluasi di SMP Negeri 6 Ambon

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Program Pengembangan Diri di SMP Negeri I Kebumen T2 942011003 BAB II

0 0 25

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Guru SMP Negeri 9 Ambon T2 BAB II

0 0 21

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Tiga Kepala SMP Negeri Salatiga Tahun 2014 T2 BAB II

0 1 14

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Dana Alokasi Khusus (DAK) Di SMP Negeri 2 Dempet T2 BAB II

1 2 45

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Di SMP Negeri 2 Dempet Tahun 2014 T2 BAB II

0 0 22