dan efektivitas dan proses pembelajaran peserta didik, c Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang
kurang mendukung
berkembangnya potensi
keunggulan peserta didik secara optimal, serta d Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan
spiritual, intelektual,
dan emosionalnya
secara berimbang.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama diselenggarakannya program akselerasi
yaitu memberikan
kesempatan dan
pelayanan pendidikan pada siswa cerdas istimewa dan untuk
membentuk peserta didik berprestasi dalam proses pelajaran. Sesuai dengan tujuan program percepatan
belajar akselerasi
di atas,
tentunya sekolah
penyelenggara harus mengelola pendidikan dengan baik agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan maksimal.
3. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi
Menurut Elliot Dweck 1999 dalam Alsa, 2007, pengakomodasian perbedaan individual di antara siswa
dapat dilaksanakan dengan empat cara, yaitu 1 masuk sekolah berdasar usia mental dan bukan usia
kronologis, 2 loncat kelas, 3 waktu belajar
dipersingkat, dan 4 masuk sekolah menengah atau universitas lebih awal. Program akselerasi dengan cara
mempersingkat waktu belajar memiliki tiga model, yaitu model kelas reguler, model kelas khusus, dan
model sekolah khusus. Pada model kelas reguler, siswa tetap berada dalam kelas regulernya dan guru
memberikan perlakuan akseleratif pada siswa sehingga dapat loncat kelas; pada model kelas khusus, siswa
dikelompokkan ke dalam satu kelas tersendiri dan diberi pengajaran akseleratif, dan pada model sekolah
khusus, siswa belajar di sekolah yang memang dikhususkan untuk mereka. Model yang diterapkan di
Indonesia adalah model kelas khusus, ditambah dengan adanya pemerkayaan enrichment Depdiknas,
2003. Dalam penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, model yang digunakan adalah
model kelas khusus.
4. Penyelenggaraan Program Akselerasi
Upaya peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain.
Faktor-faktor tersebut merupakan sub-sistem dalam pendidikan. Bila ingin mengembangkan sub-sistem
tersebut, menuntut perubahan atau penyesuaian pada sub-sistem lain. Bila pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam
keluaran output
pendidikannya, maka
untuk mencapai keunggulan tersebut, sedikitnya terdapat 8
faktor lainnya yang perlu diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Faktor-faktor itu meliputi:
1 Masukan input, intake, 2 Kurikulum, 3 Tenaga Kependidikan, 4 Sarana dan Prasarana, 5 Dana, 6
Manajemen, 7 Lingkungan, dan 8 Proses belajar mengajar.
Kedelapan faktor tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut Herry, 1999 dalam Ahmadi dkk, 2011:
Pertama, masukan input, intake siswa di seleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria tertentu dan
prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang digunakan adalah: 1 Prestasi belajar, dengan
indikator: angka rapor, Nilai Ebtanas Murni NEM, danatau hasil tes prestasi akademik, berada dua
standar deviasi di atas mean populasi siswa, 2 Skor psikotes, yang meliputi: inteligency quotient IQ
minimal 125, kreativitas, tanggung jawab terhadap tugas task commitment, dan emotional quotient EQ
berada dua standar deviasi di atas mean populasi siswa, dan 3 Kesehatan dan kesempatan jasmani, jika
diperlukan. Kedua, kurikulum yang digunakan adalah
kurikulum nasional yang standar, namun dilakukan improvisasi alokasi waktunya sesuai dengan tuntutan
belajar peserta didik yang memiliki kecepatan belajar serta motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kecepatan
belajar dan
motivasi siswa
seusianya. Dalam
hal ini
misalnya untuk
menyelesaikan studi di SD, yang biasanya memakan waktu 6 tahun dipercepat menjadi 5 tahun. Demikian
pula, untuk menyelesaikan studi di SMP atau SMU, yang biasanya memakan waktu 3 tahun dipercepat
menjadi 2 tahun. Ketiga, tenaga kependidikan. Karena siswanya
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, maka tenaga kependidikan yang menanganinyapun terdiri
atas tenaga kependidikan yang unggul, baik dari segi penguasaan materi pelajaran, penguasaan metode
mengajar, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas.
Keempat, sarana-prasarana yang menunjang, yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan
siswa, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan belajar serta menyalurkan kemampuan dan
kecerdasannya, termasuk bakat dan minat, baik dalam kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler.
Kelima, dana. Untuk menunjang
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan perlu adanya dukungan
dana yang memadai, termasuk perlunya disediakan insentif tambahan bagi tenaga kependidikan yang
terlibat, baik berupa uang maupun fasilitas lainnya. Keenam, manajemen, bersangkut paut dengan
strategi dan implementasi keseluruhan sumberdaya yang ada dalam sistem sekolah untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, bentuk manajemen pada sekolah dengan sistem percepatan
belajar harus memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi, realistis, dan berorientasi jauh ke depan. Dengan
demikian, pengelolaannya didasari oleh komitmen, ketekunan, pemahaman yang sama, kebersamaan
antara semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. Ketujuh, lingkungan belajar yang kondusif untuk
berkembangnya potensi keunggulan yang nyata, baik lingkungan dalam arti fisik maupun sosial-psikologis di
sekolah, di masyarakat, dan di rumah. Kedelapan,
proses belajar-mengajar
yang bermutu
dan hasilnya
selalu dapat
dipertanggungjawabkan accountable kepada siswa, orang tua, lembaga, maupun masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perlunya perhatian khusus kepada peserta didik
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik
seoptimal mungkin. Pengembangan potensi peserta didik memerlukan strategi yang sistematis dan terarah
karena strategi pendidikan yang ditempuh selama ini, termasuk kurikulum yang ada, memberikan perlakuan
yang standar kepada semua peserta didik yang sebenarnya berbeda kemampuan dan kecerdasannya.
Potensi unggul peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak akan begitu saja
muncul tanpa stimulasi yang sesuai. Salah satu stimulasi yang sesuai adalah melalui pemberian
pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang disesuaikan
dengan kemampuan dan kecerdasan peserta didik, dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi
yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sehingga sesuai dengan kecepatan belajar
dan motivasi belajar siswa. Dengan sistem percepatan kelas akselerasi, siswa yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa diberi peluang untuk dapat menyelesaikan studi di SD menjadi 5 tahun, di SMP
dan SMU
masing-masing 2
tahun, dengan
menyelesaikan semua target kurikulum tanpa meloncat kelas.
Penyelenggaraan sistem percepatan belajar akselerasi bagi siswa yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa merupakan salah satu strategi alternatif yang relevan karena siswa yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa memiliki kecepatan belajar dan motivasi belajar di atas
kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa lainnya.
2.2 Evaluasi Program