34
Sejatinya mencuri adalah pelanggaran hukum yang tidak mencerminkan sikap ksatria, namun bagi Robin Hood tindakannya tersebut justru merupakan sikap
pahlawan yang sebenarnya. Kasus Robin Hood menunjukkan bahwa seorang
hero
terkadang dapat berbuat menyimpang karena melakukan pelanggaran hukum. Meskipun
melanggar hukum akan tetapi Robin Hood masih dianggap sebagai seorang
hero
karena ia menolong orang-orang yang membutuhkan bantuan. Intinya, meskipun Robin Hood adalah seorang pelaku kriminal namun di lain sisi ia memperlihatkan
sikap penolong, yangmana sikap tersebut terbentuk melalui proses belajar.
2.3.3. Representasi Latar Belakang Sosial Seorang
Hero
Hero
dalam film Hollywood direpesentasikan dalam latar belakang sosial yang terdapat ditengah-tengah masyarakat. Konteks latar belakang sosial seorang
hero
bisa dilihat dari beberapa sudut pandang misalnya dari stratifikasi sosial. Menurut Bungin 2006:49, stratifikasi atau strata sosial adalah struktur sosial
yang berlapis-lapis di dalam masyarakat. Lapisan sosial menunjukkan bahwa masyarakat memiliki strata, mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi.
Lapisan soisal terjadi karena adanya pengelompokan yang didasarkan pada suatu simbol-simbol tertentu yang dianggap berharga atau bernilai dalam suatu
kelompok masyarakat. Berharga atau bernilai dalam hal ini didasarkan pada pandangan sosial, ekonomi, politik, hukum, budaya maupun dimensi lainnya yang
dipahami oleh masyarakat tersebut. Sedangkan secara umum strata sosial perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
35
melahirkan kelas sosial atau golongan sosial yang terdiri dari tiga tingkatan yaitu atas
upper class
, menengah
middle class
, dan bawah
lower cla ss
. Sebagai representasi dari realitas, film Hollywood juga memperlihatkan
kondisi pelapisan sosial yang terdapat di masyarakat, khususnya masyarakat Amerika. Berdasarkan Paul Horton 2007:6, pada masyarakat Amerika pelapisan
sosial yang terjadi karena faktor ekonomi terbagi menjadi enam kelas yang terlihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1 Gambar Pelapisan Sosial Masyarakat Amerika
Atas
Menengah
Bawah
1.
Upper-upper class
: Kelas keluarga-keluarga yang telah lama kaya. 2.
Lower-upper class
: Kelas masyarakat yang belum lama menjadi kaya. 3.
Upper-middle class
: Kelas dari kelompok pengusaha dan kaum professional. 4.
Lower-middle class
: Kelas yang terdiri dari pegawai pemerintah, kaum semi profesional, supervisor, dan pengrajin terkemuka.
5.
Upper-lower class
: Kelas dari kelompok pekerja tetap golongan pekerja. 6.
Lower-lower class
: Kelas para pekerja tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, orang yang bergantung.
1 2
3 4
5 6
commit to user
36
Pembagian kelas sosial diatas juga nampak terjadi dalam film-film Hollywood. Seringkali tokoh
hero
dalam film Hollywood ditempatkan sebagai golongan sosial menengah keatas. Contoh-contoh
hero
dari golongan atas terlihat pada karakter Bruce Wayne Batman, Tony Stark Iron Man, Oliver Queen
Arrow, Sam Flynn Tron Legacy, Britt Reid The Green Hornet dan lainnya. Tokoh-tokoh
hero
yang disebutkan tadi merupakan kelompok masyarakat kaya atau milyuner yang mewarisi kekayaan keluarganya secara turun-temurun.
Sedangkan menurut Soekanto 1990:262 “salah satu ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke
dalam suatu lapisan adalah ukuran pekerjaan. Barang siapa yang memiliki pekerjaan kantoran, termasuk dalam lapisan teratas.” Oleh sebab itu produsen-
produsen film Hollywood secara disadari maupun tidak, seringkali menampilkan seorang
hero
sebagai seseorang yang memiliki pekerjaan kantoran. Contoh
hero
yang bekerja kantoran bisa dilihat pada karakter-karakter seperti Clark Kent Superman dan Peter Parker Spiderman yang bekerja sebagai jurnalis atau Matt
Murdock Daredevil yang berprofesi menjadi pengacara. Disamping faktor kekayaan dan pekerjaan, pelapisan sosial juga dapat
diukur dari segi pakaian yang dikenakan seseorang. Soekanto 1990:263 menyebutkan bahwa salah satu kriteria yang dipakai untuk menggolong-
golongkan masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah ukuran kekayaan. Kekayaan tersebut misalnya bisa dilihat dari bentuk rumah yang bersangkutan, cara-cara
mempergunakan pakaian, serta bahan pakaian yang digunakannya. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
37
Menurut Herman Jusuf 2001, “dalam kehidupan sehari-hari, manusia seringkali menangkap kesan pertama dari orang yang ditemuinya melalui pakaian
yang dikenakannya. Pandangan sekilas saja terhadap penampilan seseorang akan mengkomunikasikan karakter, kedudukan, dan status orang tersebut di
masyarakat. Sehingga setiap bentuk dan jenis pakaian apapun yang mereka kenakan baik secara gamblang maupun samar-samar akan menyampaikan penanda
sosial
social signals
tentang si pemakainya.
”
Pakaian dan status sosial sangat berkaitan erat, sehingga seseorang berusaha menaikkan status mereka dengan mengenakan pakaian yang dikenakan
oleh kalangan yang berstatus tinggi. Identitas sosial seorang
hero
terlihat dari jenis pakaian yang mereka kenakan dalam aktivitas sehari-hari, terutama ketika
bekerja. Sedangkan jenis-jenis pakaian yang digunakan oleh seorang
hero
cenderung mengarah pada pakaian yang bagus dan relatif mahal, contohnya seperti setelan jas
tuxedo
. Beberapa contoh
hero
yang sering mengenakan jas adalah kalangan eksekutif seperti Tony Strak Iron Man dan Bruce Wayne Batman. Kemudian
ada kelompok-kelompok detektif seperti Harry Callahan Dirty Harry dan Roger Murtaugh Lethal Weapon yang selalu memakai jas saat bekerja. Bahkan ada
hero
yang selalu identik dengan
tuxedo
yang elegan seperti agen mata-mata dalam film James Bond. Dengan banyaknya
hero
yang menggunakan jas dalam kesehariannya, mengisyaratkan bahwa ia diposisikan sebagai masyarakat yang
berasal dari kelas sosial menengah keatas. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
38
Film Hollywood menampilkan status sosial seseorang tidak sebatas dari pakaian yang dikenakan oleh seorang
hero
semata, tetapi juga dari pakaian seorang
villain
penjahat. Adi 2008:19 menyebutkan bahwa penjahat kulit hitam biasanya digambarkan mengenakan pakaian murahan dengan model dan
warna yang mencolok. Jika berpakaian mahal, mereka tidak tahu bagaimana seharusnya mengenakannya. Memakai anting di telinga, di hidung atau di bibir,
serta atribut-atribut anak jalanan lainnya. Sejatinya, latar belakang seorang
hero
tidak hanya ditunjukkan melalui status dan kelas sosial saja, tetapi juga dicerminkan dari golongan ras yang
dimilikinya. Secara tidak langsung Hollywood telah mengkampanyekan isu-isu rasisme dalam berbagai filmnya, permasalahan ini tidak bisa lepas dari
kebudayaan masyarakat Amerika yang sangat kental dengan isu rasisme. Rasisme berakar dari etnosentrisme yang tumbuh kuat dalam masyarakat Amerika dan
direpresentasikan lewat penokohan karakter dalam film-film Hollywood. Menurut Jones yang dikutip Liliweri 2002:15, konsep etnosentrisme
seringkali dipakai secara bersamaan dengan rasisime. Konsep ini mewakili suatu pengertian bahwa setiap kelompok etnik atau ras mempunyai semangat dan
ideologi untuk menyatakan bahwa kelompoknya lebih superior daripada kelompok etknik atau ras lain. Sikap etnosentrisme dan rasisme itu berbentuk
prasangka, stereotip, diskriminasi, dan jarak sosial terhadap kelompok lain Liliweri mengatakan bahwa prasangka adalah sikap positif atau negatif
berdasarkan keyakinan kita tentang anggota dari kelompok tertentu. Seperti perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
39
halnya sikap, prasangka meliputi keyakninan untuk menggambarkan jenis pembedaan terhadap orang lain sesuai dengan peringkat nilai yang kita berikan.
Prasangka yang berbasis ras disebut rasisme, sedangkan yang berdasarkan etnis disebut etnisisme. Menurut Liliweri 2005, bentuk-bentuk prasangka dibagi
menjadi tiga yaitu: a.
Stereotip
. Stereotip adalah salah satu bentuk prasangka antar etnikras. Orang cenderung membuat kategori atas tampilan karakteristik
perilaku orang lain berdasarkan kategori, ras, jenis kelamin, kebanggan, dan tampilan komunikasi verbal maupun non-verbal.
b.
Jarak sosial
. Menurut Robert Park dan Ernst Burgess jarak sosial
merupakan kecenderungan untuk mendekat atau menjauhkan diri pada suatu kelompok. Apabila jarak sosial sudah menjadi norma di dalam
kelompok akan dapat menimbulkan orang berprasangka tanpa bergaul dulu dengan individu atau kelompok yang dikenai prasangka itu.
Dalam hal ini, Allport berpendapat bahwa
social distance
jarak sosial dalam suatu masyarakat hanya terdapat pada masyarakat yang
heterogen yang di dalamnya terdapat kelompok-kelompok yang memiliki fungsi dan ketertarikan yang berbeda-beda.
c.
Diskriminasi.
Kalau prasangka masih meliputi sikap, keyakinan, atau predisposisi untuk bertindak, maka diskriminasi mengarah pada
tindakan nyata. Dengan kata lain diskriminasi adalah aplikasi dari prasangka yang dimiliki.
Dalam realisasinya, produsen-produsen film Hollywood secara nyata maupun samar-samar mewujudkan prasangka yang berwujud rasisme melalui
gambaran tokoh di dalam film. Menurut Junaedi 2007:49, film Hollywood, khususnya film laga banyak menciptakan tokoh
hero
dari ras kulit putih Amerika,
White Anglo-Saxon Protestan WASPs
. Sebaliknya secara oposisi biner merepresentasikan kulit hitam, Asia, Arab dan Latin sebagai “yang lain”
the other
adalah jahat dan tidak berperadaban. Secara lebih detil, simbol-simbol yang merepesentasikan kelompok ras
tertentu juga dikontruksi oleh Hollywood, contoh sederhananya adalah janggut perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
40
atau kumis. Bagi tokoh antagonis digambarkan berjanggut dan berkumis adalah ciri-ciri yang menjadi simbol seorang penjahat, apalagi jika ia berasal dari Timur
Tengah dimana pria identik dengan janggut atau kumis. Namun sebaliknya jika kumis dan janggut dimiliki oleh seorang tokoh protagonis, terutama orang kulit
putih, maka hal itu dikontruksi sebagai simbol keperkasaan seorang pria. Fiske 1999:9 juga mengatakan bahwa penjahat mempunyai gambaran
seperti non-Amerika, logat, kelakuan, dan bicaranya seperti orang Inggris Raya, pada penampilan yang lain kelihatan ras Hispanik dan Asia Timur juga muncul.
Tetapi pahlawan laki-laki atau perempuan secara jelas digambarkan dari kelas menengah, orang amerika yang berkulit putih
White Anglo-Saxon Protestan
. Berdasarkan aspek latar belakang sosial, terlihat bahwa mayoritas
produsen-produsen film Hollywood berusaha menanamkan gagasan bahwa seorang
hero
sewajarnya berasal dari masyarakat menegah keatas dan ras kulit putih. Hal ini tentunya tidak lepas dari anggapan bahwa masyarakat menegah
keatas dan kulit putih memiliki status sosial yang lebih tinggi sehingga dipandang terhormat, bahkan bisa menjadi sosok idola yang ideal. Disamping itu tidak bisa
dikesampingkan fakta bahwa masyarakat menegah keatas memiliki peranan dan pengaruh yang lebih kuat dari masyarakat bawah.
Pada akhirnya, terlihat bahwa kebanyakan film Hollywood berusaha mengkontruksikan penilaian bahwa menjadi masyarakat menengah keatas adalah
kehidupan yang pantas bagi seorang
hero
. Namun dalam beberapa kasus terlihat bahwa produsen-produsen Hollywood juga menampilkan masyarakat kelas bawah
commit to user
41
sebagai seorang
hero
. Hal ini bisa terjadi karena adanya potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat kelas bawah untuk ditampilkan sebagai seorang
hero
. 2.4.
Penelitian Terdahulu
Untuk meneliti film Megamind akan digunakan penelitian terdahulu sebagai rujukan dan perbandingan. Penelitian ini sendiri merupakan
pengembangan atau bahkan upaya untuk menyempurnakan penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa penelitian-penelitian
terdahulu yang memiliki persamaan atau kemiripan dengan penelitian ini:
a. Tesis oleh Bima Pranachitra dengan judul “