41
sebagai seorang
hero
. Hal ini bisa terjadi karena adanya potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat kelas bawah untuk ditampilkan sebagai seorang
hero
. 2.4.
Penelitian Terdahulu
Untuk meneliti film Megamind akan digunakan penelitian terdahulu sebagai rujukan dan perbandingan. Penelitian ini sendiri merupakan
pengembangan atau bahkan upaya untuk menyempurnakan penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa penelitian-penelitian
terdahulu yang memiliki persamaan atau kemiripan dengan penelitian ini:
a. Tesis oleh Bima Pranachitra dengan judul “
Representasi Byronic Hero Dalam Novel Frankenstein Karya Mary Shelley
”. Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara, Medan,
tahun 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik analisis konten Hermeneutika. Dari penelitian
diperoleh hasil bahwa novel tersebut berusaha mengajak pembacanya melakukan rekonstruksi sosial dengan memberikan edukasi yang
bersifat emansipatoris mengenai nilai-nilai manusiawi dalam sosok
Byronic Hero
. Perbedaan antara penelitian oleh Bima dan penelitian ini adalah pemilihan media yang digunakan, Bima memilih novel untuk
menganalisa representasi
hero
sedangkan penelitian ini menggunakan film. Hal ini membuat analisa penelitian menjadi berbeda sebab dalam
film terdapat unsur audio-visual. Perbedaan selanjutnya terletak pada aktualitas penelitian. Jika Bima memilih novel abad ke 19, akan tetapi
penelitian ini menggunakan film Megamind yang dibuat di abad ke 21. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
42
Sehingga isu yang diangkat menjadi lebih segar untuk menggambarkan fenomena
heroisme
dalam budaya populer saat ini.
b. Skripsi oleh Yuliawati Sugianto berjudul “
Film dan Kepahla wanan: Citra Superhero Dalam Film Superhero Spiderman
”. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Kristern Petra, Surabaya, tahun 2009. Jenis
penelitian ini adalah kuantitaif dengan memakai metode analisis isi. Penelitian ini membagi citra Spiderman sebagai superhero dalam sisi
manusiawi dan sisi sempurna. Hasil penelitian menunjukkan prosentase sebesar 9,61 citra pahlawan yang sempurna didominasi penggunaan
senjata atau kekuatan super dan memakai kostum dan 1,53 citra pahlawan manusiawi. Letak perbedaan penelitian oleh Yuliawati dan
penelitian ini adalah metode penelitian. Disamping itu hasil penelitian Yuliawati juga menunjukkan bahwa citra
hero
sangat ditekankan oleh nilai maskulin seperi kekuatan fisik, berbeda dengan penelitian ini
yang mengkaji sosok Megamind yang mana sosoknya jauh dari kriteria
maskulin. 2.5.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran digunakan untuk memfokuskan ide dalam penelitian, sehingga diharapkan mampu mempermudah dalam memahami penelitian ini.
Secara singkat kerangka pemikiran ini dapat dideskripsikan sebagai berikut. Dalam menganalisa isi pesan dalam cerita film Megamind maka akan terlebih
dahulu difokuskan representasi
hero
berdasarkan perspektif gender, perilaku, dan latar belakang sosial. Untuk membongkar makna dari representasi tersebut maka
commit to user
43
digunakan analisis semiologi Roland Barthes. Dalam semiologi Barthes terdapat konsep
two order of signification
, dimana proses pemaknaan terbagi dalam tatanan pertama denotasi dan tatanan kedua konotasi. Melalui analisis
semiologi Barthes inilah maka akan diuraikan makna representasi
hero
dalam film Megamind berdasarkan makna-makna denotasi, konotasi, dan mitos.
commit to user
44
BAB III METODOLOGI
3.1. Jenis Penelitian
Film adalah media massa yang memuat banyak makna. Penelitian ini berusaha mencari dan menguraikan makna tersebut di dalam film Megamind.
Untuk menemukan makna dalam film maka diperlukan analisis terhadap representasi tanda. Oleh karena menekankan pada representasi, penelitian ini tidak
mendasarkan pada studi empiris positivistik tetapi lebih mengarah pada paradigma kualitiatif. Maka sebab itu jenis penelitian yang akan dilakukan adalah
penelitian kualitatif. Kualitatif adalah salah satu penelitian formatif yang menggunakan teknik
tertentu untuk mendapatkan jawaban mendalam tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan khalayak. Sedangkan data yang ada dalam penelitian kualitatif adalah
berupa kata-kata dan gambar, bukan berupa angka-angka. Pada dasarnya, dalam penelitian kualitatif dikenal tiga tingkatan penelitian yaitu: eksploratif, deskriptif,
dan eksplanatif. Eksploratif merupakan tingkat penelitian awal sifatnya merupakan
penelitian penjelajahan, peneliti harus benar-benar mempunyai sifat terbuka untuk menghadapi dan menerima segala yang ditemui dan bahkan tidak sama sekali
menggunakan bekal teori atau kerangka pikir dalam menghadapi data di lapangan. Deskriptif merupakan pengembangan lanjut dari penelitian eksploratif, peneliti
sudah mengetahui beragam variabel yang terlibat dalam sasaran penelitiannya, perpustakaan.uns.ac.id
commit to user