Metode Penerapan Sumang Perceraken Sumbang Perkataan

Adapun metode yang diterapkan guru, agar Sumang Penosahen jangan sempat terjadi di antara siswa dan siswi adalah: 1. Memberi pendidikan dan pelajaran kepada siswa dan siswa bahwa jangan memberi barang sesuatu kepada orang lain yang tidak kita disukai. 2. Memberi nasehat kepada siswa dan siswi bahwa “kalau sudah memberikan sesuatu kepada seseorang, maka jangan diminta kembali, dan kalau sudah menerima sesuatu, jangan menolak. Dalam bahasa pribahasa Gayonya disebut: “Ike mujurah enti munyintak, ike mujangko enti munulak”. 160 3. Memberi nasihat kepada siswa dan siswi bahwa: Kalau memberi sesuatu kepada orang lain, khendaklah dengan tangan kanan, jangan dengan tangan kiri, karena kalau dengan tangan kiri termasuk Sumang Penosahen ” 161 Demikian tiga metode yang diterapkan oleh guru MTsN Pegasing kepada siswa dan siswinya, agar Sumang Penosahen ini jangan sempat terjadi, sebab itu adalah perbuatan tercela yang amat sangat dilarang oleh agama dan adat-istiadat masyarakat Gayo.

7. Metode Penerapan Sumang Perceraken Sumbang Perkataan

Sumang Perceraken adalah perkataan yang diungkapkan oleh seseorang kepada orang lain tidak sesuai dengan ajaran agama Islam dan adat sopan santun. Perkataan seperti itu disebut “Cerak enta sesanah” Perkataan yang bukan- bukan. Dalam istilah agama Islam disebut “qauluzzur”, perkataan keji. 162 Dengan kata lain, Sumang Perceraken adalah pembicaraan di antara laki-laki dengan perempuan, atau antara siswa dan siswi mengenai hal-hal yang tidak pantas dan tidak wajar dibicarakan, karena tidak cocok dengan ajaran Islam dan adat-istiadat masyarakat Gayo. Sumang Perceraken ini bukan hanya ditilik dari segi kata-kata yang diungkapkan, akan tetapi juga dari segi penyesuaian waktu, tempat, keadaan, dilakukan sebagai kebajikan untuk mengharap ridha dari Allah Swt., Karena itu, pemberian dalam bentuk sedekah Jariyah, adalah merupakan amal ibadah, bukan termasuk dari Sumang Penosahen. Wawancara peneliti dengan Abidah dan Mukhtar, Guru Fiqih MTsN Pegasing Kabupaten Aceh Tengah pada hari Rabu, 12 Maret 2014 di Takengon. 160 Wawancara dengan Mukhtar, pada hari Selasa, 11 Maret 2014. Dapat juga merujuk kepada A.R. Hakim Aman Pinan, 1001 Pepatah Petitih Gayo, Takengon: Panitia Penerbitan Buku Adat Dan Budaya Gayo, 1993, hlm. 93. 161 Wawancara dengan Mukhtar, pada hari Selasa, 11 Maret 2014. 162 Baca, Ibrahim, “Peranan” dalam Makalah, hlm. 20. dan cara mengungkapkan perkataan itu. Mungkin isi atau substansi, tujuan, dan maksud kata-kata yang diungkapkan itu baik, namun karena waktu dan tempat dan keadaan mengungkapkan tidak tepat, maka ucapan seperti itu, dipandang sebagai Sumang Perceraken. Adapun metode penerapan, agar tidak terjadi Sumang Perceraken ini diungkapkan oleh siswa dan siswi MTsN Pegasing adalah: a. Membiasakan siswa dan siswi MTsN Pegasing membudayakan salam, baik sesama teman maupun dengan guru-gurunya. b. Membiasakan siswa dan siswi MTsN Pegasing membudayakan tutur kata yang baik dan sopan dalam berbicara, maupun dalam menyapa guru, orang tua, teman, saudara yang lebih tua, dan menyapa saudara yang lebih muda atau yang lebih kecil. c. Membangun komunikasi yang lancar, baik antara siswi dengan siswa yang lain, maupun antara siswa dengan guru serta pengelola Madrasah Tsanawiyah Negeri MTsN Pegasing. d. Melarang dan menghukum siswa dan siswi yang bercakap sumbang, dan bercakap kotor sesuai peraturan madrasah yang berlaku, baik secara lisan, tulisan, dan mengelurkan siswa dan siswi tersebut dari madrasah dengan tidak hormat. e. Jangan bicara menghina dan mengejek teman, serta menyinggung perasaan orang lain. Dalam bahasa Gayonya, “Bercerak enti Sergak”, Artinya bicara jangan semaunya atau sesuka hati. Karena setajam-tajam pedang lebih tajam lidah orang, karena sering terjadi sengketa, pertengkaran, atau tawuran antar siswa, karena salah bicara. 163 Demikian empat metode yang diterapkan oleh guru agar jangan terjadi sumang perceraken dalam kehidupan sekolah siswa dan siswi MTsN Pegasing, maka dengan diterapkannya beberapa metode di atas, menunjukkan bahwa ada perubahan karakter siswa menjadi lebih baik dan bagus tutur katanya 163 Wawancara dengan Kepala MTsN Pegasing Bapak Yulia, Ibu Maisyarah, Wakil Kepala MTsN Pegasing Bidang Kesiswaan, Mukhtar bidang humas, dan Raidani, Guru Muatan Lokal Pendidikan Sumang MTsN Pegasing Kabupaten Aceh Tengah di Takengon pada Hari Senin, Selasa, Rabu dan Kamis,10, 11, 12 dan 13 Maret 2014 di Kantor MTsN Pegasing. sopan dan santun, hampir tidak ada kedengaran di antara mereka yang berkata- kata jorok, kotor, dan tidak sopan. 164

8. Metode Penerapan Sumang Pergaulen Sumbang Pergaulan