b. Siswa dan siswi tidak dibenarkan mendengar perkataan keji, porno, serta
maksiat yang menjurus kepada nafsu seksual dari orang lain, termasuk dari Radio, TV, Handphone, dan Internet.
c. Siswa dan siswi tidak dibenarkan berbisik-bisik atau bercakap-cakap keji
dan kotor, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dimana pembicaran mereka akan didengar oleh orang lain.
d. Memonitor, melarang dan merajia apabila ada di antara siswa dan siswi
sedang mendengar handphon yang dipasang di teliga siswa.
151
Dengan keempat metode di atas, yang diterapkan oleh guru-guru, diharapkan Sumang Penengenen ini dapat dihindari dan dicegah, sehingga
prilaku dan sikap para siswa MTsN Pegasing menjadi lebih damai, aman, dan tenteram, yang pada gilirannya kondisi belajar mengajar menjadi lebih
kondusif, tenang, santai dan haromis. Dengan mencegah Sumang Penengenen ini dapat terhindar dari fitnah dan buruk sangka terhadap apa yang didengar
dari perkataan orang yang sedang berbisik-bisik.
4. Metode Penerapan Sumang Kenunulen Sumbang Kedudukan
Sumang Kenunulen kedudukan, yaitu; duduk di satu tempat yang dapat diduga tidak baik dan menimbulkan kecurigaan.
152
Menurut Mahmud Ibrahim, bahwa Sumang Kenunulen adalah menggunakan tempat tidak pada
menurut fungsinya dan tidak menghormati orang lain yang sedang duduk di tempat itu dapat dipandang sebagai Sumang Kenunulen.
153
Sedangkan A.R. Hakim Aman Pinan mengatakan bahwa: “Dianggap sumbang cara duduk
Sumang Kenunulen bila umpamanya dalam satu ruangan, antara ayah atau mertua dan anak atau menantu duduk saling bertemu lutut, hingga tanpa ada
151
Wawancara dengan Kepala MTsN Pegasing Bapak Yulia, Ibu Maisyarah, Wakil Kepala MTsN Pegasing Bidang Kesiswaan, Mukhtar bidang humas, dan Raidani, Guru Muatan Lokal
Pendidikan Sumang MTsN Pegasing Kabupaten Aceh Tengah di Takengon pada hari Senin, Selasa, Rabu dan Kamis,10, 11, 12 dan 13 Maret 2014 di Kantor MTsN Pegasing.
152
Ali, “Peranan”, Makalah, hlm. 28.
153
Lebih rinci lagi dapat merujuk kepada, Mahmud Ibrahim, “ Peranan Islam Melalui Adat
Gayo Dalam Pembangunan Masyarakat Gayo”, Makalah Seminar Nasional Ilmu Pengetahuan Dan
Kebudayaan, Takengon: Diselenggarakan kerjasama antara MUI Provinsi Aceh dan MUI Kabupaten Aceh Tengah, 20 -24 Januari 1986, hlm. 20.
rasa sungkan lagi terhadap orang tua, maka dalam tradisi Gayo di anggap sebagai Sumang Kenunulen.
154
Pengertian Sumang Kenunulen di atas, apabila dikaitkan dengan siswa dan siswi MTsN Pegasing dapat dicontohkan, misalnya ada seorang siswa
dan siswi yang duduk berduan dengan mesra, baik ditempat sunyi, maupun di tempat duduk yang terbuka di anggap sebagai Sumang Kenunulen, atau
ada seorang siswa duduk bertemu lutut dengan seorang guru perempuan juga dianggap Sumang Kenunulen. Sebaliknya apabila ada seorang siswi yang
duduk berduaan bersama seorang guru laki-laki yang bukan muhrimnya, maka dianggap Sumang Kenunulen. Bahkan apabila ada seorang guru laki-
laki dengan seorang guru perempuan duduk secara berdampingan termasuk juga kepada Sumang Kenunulen. Jadi, banyak contoh yang berkaitan dengan
model Sumang Kenunulen ini dalam sistem Pendidikan Sumang. Untuk menghindari terjadi Sumang Kenunulen ini terhadap siswa dan
siswi MTsN Pegasing, maka pihak pengelola madrasah, mulaia dari komite, kepala, wakil kepala dan guru-guru, menerapkan beberapa metode yaitu:
a. Siswa dan siswi dilarang duduk-duduk kunul-kunul berdua-duaan, baik
ditempat yang sepi maupun ditempat terbuka, atau duduk-duduk berduaan dengan mesra di bangku dan di halaman madrasah.
b. Siswa dan siswi duduk di tempat duduk menurut fungsinya, minsalnya,
jangan duduk di atas meja, tetapi duduklah di atas kursi belajar yang telah disediakan di dalam ruangan kelas.
c. Siswa dan siswi harus menghormati orang tua atau guru yang sedang
duduk, dan jangan duduk ditempat orang tua atau guru.
155
5. Metode Penerapan Sumang Perupuhen Sumbang Berpakaian