pendidikan dan Sumang, maka menjadi “Pendidikan Sumang”. Kata Sumang
dalam “Kamus Bahasa Gayo-Indonesia” mengandung arti, “Sumbang; hal yang amat dilarang atau tidak sopan”.
22
Pengertian sumang dalam “Himpunan
Qanun Kabupeten Aceh Tengah ”, adalah “Suatu perbuatan amoral yang
dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang telah dewasa yang merupakan suatu perbuatan yang dilarang menurut adat”.
23
Dapat dikatakan bahwa pengertian “Pendidikan Sumang” adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, jasmani dan rohani dengan
cara melarang dan mencegah perbuatan-perbuatan amoral yang dilakukan oleh seseorang yang amat dilarang oleh hukum adat dan hukum Islam.
Dengan demikian, Pendidikan Sumang adalah suatu model pendidikan yang integral antara akal pikiran, dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak,
sikap, dan kerterampilannya serta keahliannya. Oleh Karena itu, Pendidikan Sumang menyiapkan manusia atau peserta didik untuk hidup dalam keadaan
aman, damai, bahagia, sejahtera baik di dunia maupun akhirat.
24
Dengan demikian, Pendidikan Sumang sebagai suatu “Proses penyiapan
generasi muda untuk mengisi peranan keilmuan, dan berupaya menghindari perbuatan atau tindakan yang menyimpang dari konvensi-konvinsi tata krama
yang berlaku dalam masyarakat. Selain bertentangan dengan adat juga dari segi moralitas, tindakan atau perbuatan itu sangat tidak terpuji.
25
2. Latar Belakang Munculnya Pendidikan Sumang
Dalam masyarakat Gayo Aceh Tengah dan Bener Meriah Pendidikan Sumang itu, merupakan pendidikan sebagai pola dasar landasan hidup dalam
bermasyarakat. Sebab apapun bentuk dan model pendidikan dan pengajaran
22
Lihat, M.J. Melalatoa, et.al, Kamus Bahasa Gayo-Indonesia, Jakarta: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan bahasa Departemen Pendidikan Dan Kebudyaan, 1985, hlm. 353.
23
Lihat, Himpunan Qanun Kabupaten Aceh Tengah, Takengon: Di Perbanyak oleh Bagian Hukum Sekretariat daerah Kabupaten Aceh Tengah, 2002, hlm. 142.
24
Pengertian Pendidikan Sumang di atas sangat selaras dengan pengertian Pendidikan Islam menurut M. Yusuf al-Qardhawi bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya;
akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Oleh karena itu, Pendidikan Islam adalah menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan
menyiapkannya untuk menghapai masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manit dan pahitnya. Pengertian Pendidikan Islam ini lebih lanjut lihat, Yusuf Al-Qardhawi, Pendidikan Islam Dan
Madrasah Hasan Al-Banna, Terj., H. Bustami A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad, Jakarta: Bulan Bintang, 1990, hlm. 157.
25
Lebih jelas dapat merujuk kepada A.R. Hakim Aman Pinan, “Budaya Sumang Yang Menjadi Sumbang” dalam Majalah Telangke No. 5 Tahun 11996, hlm. 45.
tidak bisa terlepas dari ikatan-ikatan norma adat dan ajaran Islam. Karenanya apabila ada seseorang bertindak atau bersikap diluar pola pendidikan yang
bersifat normatif akan ditolak dan dilarang, seperti yang terlukis dalam kata- kata ungkapan hukum adat Gayo “ Nge lengkap edet urum ukum, nge lengkap
Sarakopat sagi pendari ”, Sudah lengkap adat dan hukum, sudah lengkap
dengan semua perangkatannya, mulai dari atas sampai bawahan.
26
Berangkat dari ungkapan adat itu, jelas bahwa hidup harus terbingkai dengan tata krama. Dalam masyarakat Gayo, tata krama ini sangat urgen dipegang
teguh, mulai dari pimpinan sampai kepada masyarakat bawah, yang selanjutnya menjadi persepsi hidup dari masyarakat Gayo itu sendiri.
Atas dasar latar belakang itulah, maka munculnya Pendidikan Sumang sebagai bentuk pendidikan dan pengajaran yang memberikan batasan-batasan
mengenai tata krama, adat sopan santun, etika, dan karakter dalam masyarakat Gayo. Sebab Pendidikan Sumang lahir bertitik awal dari sikap-sikap untuk
mendidik, dan membina manusiawinya, kearah kehidupan yang lebih baik, sehingga menjadi manusia yang paripurna, yaitu sempurna lahir dan batin,
yang dalam bahasa agamanya disebutkan insan kamil.
27
Makna insan kamil menurut pespektif Pendidikan Sumang menunjukkan pada arti terkumpulnya
keseluruhan potensi intelektual, rohani, dan fisik yang ada pada diri manusia. Dengan demikian, faktor yang paling utama munculnya Pendidikan Sumang
adalah untuk melahirkan insan kamil yang menunjukkan pada arti manusia secara totalitas yang secara langsung mengarah pada hakikat manusia yang
sebenar-benarnya. Dengan demikian, secara kronologis, munculnya Pendidikan Sumang adalah
dilatarbelakangi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
28
26
Pinan, “Sumang” dalam Majalah Telangke, hlm. 43. Lihat juga, A.R. Hakim Aman Pinan, 1001 Pepatah Petitih Gayo, Takengon: Penerbit Buku Adat dan Budaya Gayo, 1992, hlm. 140.
27
Insan Kamil berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata; Insan dan Kamil. Secara harfiah, Insan berarti manusia, dan kamil berarti yang sempurna. Baca, Muhammad Yunus, Kamus
Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya, 1990, hlm. 51 dan 387.
28
Kedua faktor yang melatar belakangi munculnya Pendidikan Sumang di atas, baik faktor internal maupun faktor eksternal penulis merujuk dan mengutif secara acak dan sistematis dari
berbagai sumber dan literatur. Di antaranya Lihat, Pinan, “Budaya Sumang” dalam Makalah Telangke, hlm. 43. Baca juga dalam Himpunan Qanun Kabupaten Aceh Tengah, 2002, hlm. 144.
Lihat juga, M.J. Melalatoa, “Budaya Malu: Sistem Budaya Gayo”, dalam Sistem Budaya Indonesia, Jakarta: Diterbitkan Atas Kerjasama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
Dengan Penerbit PT Pelajar-Indonesia, 1997, hlm. 204.
1. Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari dalam masyarakat Gayo
sendiri yang meliputi: a. Mendidik masyarakat Gayo berakhlak mulia, berkarakter, terpuji,
sopan santun, beradab dan berbudaya. b. Menjaga batasan-batasan tata krama antara masyarakat Gayo, baik
laki-laki maupun perempuan. c. Menjaga pergaulan, perbuatan dan tindakan-tindakan antara laki-laki
dan perempuan yang menyimpang dari hukum adat dan agama. d. Menjaga harga diri kemel, harkat dan martabat dalam keluarga.
e. Melahirkan manusia paripurna insan kamil dalam masyarakat.
2. Faktor Eksternal adalah faktor yang timbul dari luar masyarakat Gayo
sendiri yang meliputi: a. Menjaga batasan-batasan tata krama dan pergaulan antar eksternal
masyarakat dengan masyarakat lain, atau warga lain. b. Pendidikan Sumang menjadi pola dasar penting dalam berinteraksi
dan berkomunikasi dengan masyarakat diluar Gayo. c. Menjaga pergaulan, perbuatan dan tindakan-tindakan antara laki-laki
dan perempuan yang bukan masyarakat Gayo, yang menyimpang dari hukum adat dan agama.
d. Menjaga harga diri kemel, harkat dan martabat masyarakat Gayo dari gangguan orang lain yang datang dari diluar masyarakat Gayo.
e. Memelihara hubungan yang harmonis, baik di antara semasa orang Gayo sendiri maupun dengan orang lain di luar orang Gayo.
3. Dasar-Dasar Dan Tujuan Pendidikan Sumang