Metode Penerapan Sumang Pelangkahen Sumbang Perjalanan

Demikian kelima metode atau cara-cara yang diterapkan oleh Kepala, Wakil dan Guru-Guru agama dan Muatan Lokal Budaya dan Pendidikan Sumang dalam membina siswa dan siswi menjadi orang yang berkarakter mulia. Dengan cara-cara itu, diharapkan para siswa dan siswi MTsN Pegasing dapat menahan diri dan mengontrol sorotan penglihatan serta pandangan matanya terhadap lawan jenis yang bukan muhrimnya. Dengan demikian, penerapan model Pendidikan Sumang Penengonen dapat mencapai tujuan pembelajaran Sumang sebagaimana yang harapkan, yaitu membentuk pribadi- pribadi insan kamil yang bertaqwa dan berakhlak al-karimah.

2. Metode Penerapan Sumang Pelangkahen Sumbang Perjalanan

Sumang Pelangkahen adalah sumbang perjalanan, artinya pemuda dan pemudi, siswa dan siswi atau pun laki-laki dan perempuan pergi berjalan- jalan tanpa muhrim. 147 Bahkan Sumang Pelangkahen ini dimaksudkan adalah apabila ada seseorang laki-laki atau perempuan yang memisahkan diri dari orang seperjalanan atau berjalan sendiri secara tersembunyi- sembunyi dan menuju ke suatu tempat yang sepi pula dengan niat dan maksud berhubungan dengan wanita yang bukan muhrimnya, juga dipandang sebagai bentuk atau model dari Sumang Pelangkahen. Pengertian lain dari Sumang Pelangkahen adalah apabila ada seseorang laki-laki atau siswa berusaha untuk tidak diketahui oleh orang lain pergi dengan maksud berhubungan dengan seorang wanita atau siswi yang bukan muhrimnya. 148 Sebaliknya apabila ada seorang wanita atau siswi berupaya secara sembunyi-sembunyi atau memisahkan diri dari orang seperjalanan dengan tujuan dan maksud berhubungan dengan seorang laki-laki atau siswa yang bukan muhrimnya tergolong kepada Sumang Pelangkahen. Bahkan dalam sistem Pendidikan Sumang Pelangkahen ini, perjalanan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim yang dilakukan secara terang-terangan dianggap tabu dan pantang, artinya Pegasing Kabupaten Aceh Tengah di Takengon pada hari Selasa, Rabu dan Kamis, 11, 12 dan 13 Maret 2014 di Kantor MTsN Pegasing Kabupaten Aceh Tengah Takengon. 147 Ali, “ Peranan”, Makalah, hlm. 29. 148 Wawancara dengan Raidani, Guru Muatan Lokal Pendidikan Sumang MTsN Pegasing Kabupaten Aceh Tengah di Takengon pada hari Selasa 11 Maret 2014. tidak boleh dilakukan, apalagi secara tersembunyi menuju ketempat yang sepi pula, amat sangat dilarang oleh Islam dan adat-istiadat. Justru dalam adat - istiadat suku Gayo Indonesia, perjalan yang dilakukan oleh seorang laki- laki dan perempuan dewasa yang muhrimpun dianggap Sumang Pelangkahen, misalnya kakak perempuan dan adik laki-lakinya berjalan berdua-duanya di tengah jalan, atau pun abang dan adik perempuannya bergandengan tangan sambil berjalan berdua-duaan di tengah jalan, hal ini pada masa dahulu juga dipandang sebagai Sumang Pelangkahen, sebab dugaan orang lain bahwa kakak dan adik laki-lakinya, atau abang dan adik perempuanya adalah suami dan isteri. Karenanya pada masa lalu, antara abang dan adik perempuannya atau sebaliknya kakak dan adik laki-lakinya sangat jarang berjalan atau pergi bedua-duaan, sebab merasa malu jika ada pandangan atau anggapan orang lain sebagai pasangan suami dan istri yang sah, padahal mereka adalah sepasang saudara satu ayah dan ibu kandung. Dengan demikian, apabila ada seseorang siswa yang berjalan dengan seorang siswi tanpa muhrim, baik dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau pun terang-terangan menuju suatu tempat yang sepi, jelas dikatakan sebagai Sumang Pelangkahen yang harus dicegah dan dihentikan, agar tidak terjadi perbuatan maksiat dan zina di antara keduanya. Untuk mencegah perbuatan Sumang Pelangkahan ini, kepala, wakil kepala dan guru-guru MTsN Pegasing Kabupaten Aceh Tengah menerapkan beberapa metode, agar tidak terjadi Sumang Pelangkahen ini sebagai berikut: a. Membuat jadwal kegiatan belajar siswa, sehingga dapat dikontrol setiap aktivitas yang dilakukan oleh siswa baik dalam jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran. b. Malarang siswa dan siswi pergi berdua-duaan tanpa teman-teman yang lain, atau muhrimnya. c. Melarang siswa dan siswi untuk pergi berjalan-jalan keluar lingkungan madrasah, seperti berwisata, rekrasi, dan lain-lain tanpa seizin dan tanpa pendamping guru-guru. 149 149 Wawancara dengan Kepala MTsN Pegasing Bapak Yulia, Ibu Maisyarah, Wakil Kepala MTsN Pegasing Bidang Kesiswaan, dan Raidani, Guru Muatan Lokal Pendidikan Sumang MTsN Dengan ketiga metode yang diterapkan dalam bentuk aturan-aturan atau jadwal kegiatan siswa dan siswi MTsN Pegasing, diharapkan aktivitas- aktivitas yang menjurus kepada Sumang Pelangkahen ini dapat terdeteksi dan diradar dengan baik oleh para guru MTsN Pegasing, sehingga perilaku, karakter, tabiat, watak, dan perangai para siswa dan siswi tidak menyimpang dari ajaran Islam dan adat-istiadat Gayo yang bernilai spiritual. 150

3. Metode Penerapan Sumang Penengenen Sumbang Pendengaran