Karakter merupakan bagian integral yang harus dibina dan dibangun, agar, gernerasi muda, pelajar, siswasiswi dan masyarakat memiliki sikap dan pola
pikir yang berlandaskan moral
32
yang kokoh dan benar. Kaum pelajar, siswa dan siswi merupakan generasi muda dengan visi ke depan yang cemerlang,
kompetensi yang memadai, dan dengan karakter yang kokoh dan kuat sebagai produk pendidikan yang diidam-idamkan. Sebaliknya, meskipun visi dan
kompetensinya baik dan bagus, akan tetapi karakter yang dimiliki oleh para pelajar, siswa dan siswi tidak kokoh dan kuat, maka akan dihasilkan generasi-
generasi cerdas, namun tamak dan menghalalkan segala cara dalam setiap prilaku dan langkah kehidupannya.
Oleh karena itu, supaya siswa dan siswa sebagai generasi muda harapan bangsa dan negara menjadi bermoral, dan berperangai mulia dan baik, maka
diperlukan pembinaan karakternya. Pendidikan karakter menyeluruh tidak sekedar membentuk mereka menjadi pribadi yang cerdas, melainkan juga
membentuk pribadi yang lebih baik, adil, berharkat, dan bermartabat. Pembinaan karakter bagi kehidupan generasi muda sangat urgen, sebab
pembinaan karakter merupakan fitrah Allah. Dengan fitrah yang didalamnya terkandung makna meaning yang paling mendasar tentang kebenaran haq,
kehidupan yang dianugrahkan Allah Swt., kepada makhluk-Nya, khususnya kepada generasi muda terarah kepada kondisi yang optimal, yaitu kehidupan
manusia dengan fitrahnya itu, yang terhimpun dalam harkat, martabat, dan hakikat manusia,
33
yang sejahtera dunia dan akhirat. Karena itu, pembinaan karakter harus tetap berada dimana-mana, diseganap pendidikan dalam bentuk
proses pembelajaran yang solid terintegrasikan.
2. Keunggulan Peserta Didik Yang Berkarakter
32
Istilah moral dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, Mores, yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Lihat, Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Rajawail Press,
1992, hlm. 8. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa moral adalah penentuan baik dan buruk terhadap perbuatan dan kelakukan. Lihat, W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991 Cet. XII, hlm. 654.
33
Hakikat manusia, meliputi lima unsur,. Yaitu bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk yang beriman dan bertaqwa, paling sempurna, paling tinggi derajatnya, khalifah dimuka bumi, dan
penyandang HAM Hak Asasi Manusia. Pembentukan karakter sepenuhnya mengacu kepada kelima unsur hakikat manusia ini. Lihat, Prayetno, Pendidikan, hlm. 48.
Pendidikan, baik formal maupun non formal, bukanlah lembaga yang hanya sekedar mentransfer pengetahuan saja, tetap juga membentuk karakter
peserta didik agar menjadi warga masyarakatnegera yang punya sopan-santun dalam tataran etika dan estetika serta berprilaku dalam hidup dan kehidupan
secara ideal.
34
Disinilah keungggulan dan kelebihan peserta didik atau siswa dan siswi yang memiliki karakter. Sebaliknya, jika peserta didik siswasiswi
tidak berkarakter, maka tidak menjadi warga masyarakatnegara yang baik, tidak punya sopan-satun, tidak berakhlak, tidak beretika dan tidak bermoral,
dan tidak berprilaku dalam tatatan kehidupan sosial. Dengan demikian, jikalau peserta didik, siswa dan siswi serta masyarakat
tidak lagi mempunyai karakter, atau karakter anak negeri telah luntur tergerus oleh arus global menjadi sikap kurang terpuji, mementingkan diri dan seakan
tidak mau tahu dimana tempat dan posisinya dislocation, mencaci maki pihak lain, tidak bersahabat, dan penuh kekerasan, maka hal itu perlu direstorasi
agar kembali bersikap peduli, tahu dimana dimana posisi dan apa yang harus diperbuatnya, mau meniru yang baik serta selalu berbuat secara terhormat.
Paling tidak ada lima keunggulan atau kelebihan peserta didik, siswa dan siswi yang berkarakter:
1. Memiliki kepelopran. Dia tidak bersikap logosantris hanya berbuat sesuai
yang telah dibuat orang lain.
35
Akan tetapi, dia sadar bahwa dirinya dapat menjadi pelopor, karena Allah-lah pelopor sejati.
36
2. Peserta didik atau siswasiswi berkarakter adalah petarung, tidak mudah
goyah dan menyerah akibat gempuran budaya global yang seringkali belum tentu benar.
3. Berprilaku mulia dan profesional, tahu diman lokasi dan kedudukannya,
hingga dapat berprilaku terhormat pada situasi apapun yang dihadapinya.
34
Keterangan lebih rinci dapat merujuk kepada Prayitno, Model Pendidikan Karakter-Cerdas, Padang: Universitas Negeri Padang, 2010, hlm. 47-48.
35
Muhammad Arkoun, Islam: To Reform or Subvert, London: Sagi Essentials, 2006, hlm. 297.
36
Dapat ditambahkan bahwa dalam perspektif pemikiran Islam, tidak ada satupun tindakan dan aktivitas manusia yang tidak dilatarbelakangi oleh sistem teologi yang dianutnya. Lihat, Syahrin
Harahap, et.al, Ensiklopedi Aqidah Islam, Jakarta: Prenada Media, 2009, hlm. 26.
4. Peserta didik berkarakter selau cinta pada negerinya dibanding negeri
lain, karena baik atau pun buruknya negerinya tergantung kepada kerja tangannya sendiri.
5. Selalu istiqamah atau konsisten di jalan hidupnya,
37
tidak mudah tergoda, terpengaruh dan terimbas oleh pengaruh oleh arus atau dampak negatif
globalisasi bangsa. Mereka tetap berdiri pada jalan yang benar, istiqamah
dalam menjalankan perintah dan larangan Allah dan rasul-Nya.
3. Keterkaitan Pendidikan Karakter Dengan Pendidikan Sumang