11 yang berassal dari penjualan barang-barang atau pemberian jasa-jasa kepada
perusahaan anjak piutang. Anjak piutang adalah salah satu lembaga keuangan alternative permodalan bagi UMK di Indonesia. Dalam perusahaan anjak piutang
ditawarkan pembiayaan jangka pendekyang diperoleh dari pengalihan perusahaan atas piutang debitur kepada perusahaan anjak piutang. Sehingga dengan demikian UMK
dapat mengetahuiaspek mekanisme transaksi anjak piutang. Manfaat mekanisme anjak piutang adalah dapat memanfaatkan piutang usaha
account receivables untuk memperoleh fasilitas pembiayaan dari perusahaan anjak piutang, dimana dana yang diperoleh dapat berguna untuk mengatasi cashflow
mismatch karena membesarnya kebutuhan modal kerja. Permodalan dengan anjak piutang juga dapat meningkatkan efisiensi dalam penagihan dan administrasi piutang
karena perusahaan anjak piutang juga melayani credit management. Dengan anjak piutang UMK tidak hanya dapat permodalan dari penjualan piutangnya tetapi juga
mendapat factoring yang dapat digunakan untuk transaksi ekpor dan impor tanpa enggunakan LC, sehingga UMK dapat memperluas pangsa pasarnya hingga ke dunia
internasional.
2.3. Preferensi Pembiayaan Usaha
Pilihan pengusaha UMK terhadap sumber pembiayaan usahanya dapat dijadikan signaling mengenai perilaku dalam mengembangkan usahanya, sehingga untuk
mengetahui prilaku tersebut penelitian ini melakukan screening terhadap berbagai macam jenis pembiayaan kredit dari lembaga keuangan bank dan non-bank bagi
UMK
1
. Sehingga pada akhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai apakah pengusaha tersebut memiliki perilaku yang percaya diri, overconfidence, atau pesimis
dalam melakukan usahanya. Dalam menjalankan usahanya wirausaha memiliki alternatif untuk membiayai
usahanya melalui pinjaman kredit atau tanpa pinjaman. Jika wirausaha memilih untuk melalukan pinjaman maka wirausaha tersebut akan menentukan besaran kredit atau
pinjaman yang akan dilakukan. Hal ini dapat menunjukkan prilaku keseriusan dalam menjalankan usahanya, atau kepercayaan diri dalam mengembangkan usahanya.
Besaran pinjaman akan disesuaikan dengan keperluan usaha dan besaran jaminan yang dimiliki. Setelah menentukan besaran yang dikehendaki yang disesuaikan
1
Lebih lengkap mengenai signaling dan screening dapat dilihat pada buku teks standar
microeconomics seperti MasCollel et.al 1995.
12 dengan kebutuhan dan jaminan, maka akan diputuskan lembaga mana yang akan
dituju untuk memperoleh pinjaman tersebut. Berikut adalah gambar diagram keputusan wirausaha dalam memilih alternatif pembiayaan usaha.
Gambar 2.1. Alternatif Keputusan Wirausaha dalam Pembiayaan Usahanya
Sumber: Rustariyuni dan Sukadana 2010
Gambar 2.1 juga menunjukkan jika wirausaha memutuskan untuk tidak menggunakan kredit maka implikasi selanjutnya adalah, apakah wirausaha tersebut selamanya tidak
akan menggunakan kredit, atau akan menggunakan suatu saat nanti. Segala informasi tersebut, termasuk informasi mengenai keputusan untuk tidak menggunakan kredit
juga mengandung informasi yang terselubung yang akan diungkap dan dijadikan dasar dalam menganalisis perilaku pengusaha UMK.
Keputusan untuk menggunakan pembiayaan usaha melalui kredit, akan berimplikasi pada keputusan untuk menentukan jumlah besaran pinjaman. Keputusan
ini adalah merupakan keputusan yang simultan dilakukan wirausaha, bukan sequential. Setah keputusan tersebut dibuat maka akan dipilih lembaga mana yang
akan dituju. Pada tahapan ini keputusan dibuat dengan berdasarkan pada preferensi dari pengusaha itu sendiri. Seperti banyak diungkapkan pada berbagai literatur
Ekonomi Perilaku, Just 2014 misalnya, yang menyatakan bahwa, oleh karena
keterbatasan kognitif, individu seringkali salah dalam membuat keputusan. Perilaku
yang overconfidence misalnya, seperti yang di ungkap oleh Camerer dan Lovallo
13
1999 yang mencoba memberi alasan mengenai penyebab besarnya proporsi usaha
yang bangkrut exit pada kurun waktu 1963-1982 di Amerika Serikat. Teori contestable market juga menyatakan bahwa entry dan exit terjadi secara
bersamaan dalam jumlah yang besar dan dengan ukuran perusahaan yang kecil-kecil. Hal ini menyatakan bahwa pada usaha mikro dan kecil terjadi persaingan usaha yang
cenderung sangat ketat, yang menyebabkan fenomena usaha yang tumbuh dan mati menjadi pemandangan yang lumrah dalam usaha mikro dan kecil. Peran perilaku
dalam menjalankan usaha sangat berperan dalam hal ini. Bias terhadap penilaian mengenai kemampuan diri sendiri akan berujung pada kurang sempurnanya kegiatan
usaha. Jika terjadi overconvidence maka akan menyebabkan terjadinya exit, sebaliknya jika pesimis, akan menyebabkan rendahnya value added yang dihasilkan
UMK akan menjadi berkelanjutan.
2.4. Model Empiris untuk Perilaku