2 dikala krisis keuangan melanda. Namun proporsi value-added nasional yang
disumbangkan oleh industry mikro dan kecil ini hanya mencapai 22 persen. Industri mikro dan kecil sangat berhasil dalam mendukung perbaikan ekonomi terutama dari
sisi penyerapan tenaga kerja, namun untuk peningkatan value-added, industri kecil masih tertinggal jauh. Permasalahannya bukan hanya dalam ukuran besar atau
kecilnya perusahaan, namun pada kemampuannya dalam meningkatkan value-added. Peningkatan value-added dapat dilakukan dengan meningkatkan kandungan
teknologi, skil, modal dan ukuran usaha. Namun yang paling penting adalah apakah pengusaha tersebut memiliki preferensi untuk melakukannya. Perilaku untuk
mengambil resiko, dan kepercayaan diri akan sangat mempengaruhi bagaimana pengembangan usaha terjadi. Salah satu perilaku yang mencerminkan kepercayaan
diri dalam berusaha adalah perilaku dalam mengambil keputusan mengenai sumber pembiayaan usaha. Pengusaha yang memiliki kepercayaan diri yang lebih besar
biasanya akan lebih percaya diri untuk mengambil keputusan untuk pembiayaan usaha dari lembaga keuangan dengan proporsi yang relative besar. Oleh karena itu
penelitian ini akan memfokuskan pada investigasi pada perilaku pengusaha yang dianalisis melalui preferensinya dalam memilih sumber pembiayaan usaha dan
besaran pembiayaannya dengan menganalisis Survei Industri Mikro dan Kecil 2013 Panel.
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengestimasi preferensi pengusaha mikro dan kecil dalam memilih sumber pembiayaan usahanya dari berbagai lembaga keuangan bank maupun bukan bank.
2. Mengestimasi preferensi pengusaha mikro dan kecil dalam memilih besaran pembiayaan usahanya dari lembaga keuangan bank maupun bukan bank.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. UMK Usaha Mikro dan Kecil Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil,
Mikro dan Menengah, yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha
mikro sebagai mana diatur dalam Undang-Undang ini. Adapun kriteria usaha Mikro adalah sebagai berikut ini:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan atau dijalankan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang usaha yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagai mana disebutkan dalam Undang-Undang ini. Kriteria dari usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20
tahun 2008 ini adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta
rupiah dan itu tidak termasuk tanah dan banguan tempat usaha b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000 tiga ratus juta
rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 dua miliar lima ratus juta rupiah.
Berdasarkan Undang-undang nomor. 20 tahun 2008 dalam pasal 6 disebutkan bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bertujuan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Guna pencapaian tujuan tersebut
usaha Mikro, Kecil dan Menengah ini berlandaskan atas asas kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian dan keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Tujuan dari pemberdayaan UMK ini adalah :
4 a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang
dan berkeadilan b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMK menjadi usaha yang
tanggguh dan mandiri, dalam artian UMK ini diharapkan agar dapat bersaing dan bertahan di tengah persaingan global dan dapat mewujudkan
kemandiriannya sehingga dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.
c. Meningkatkan peran UMK dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat
dari kemiskinan. Maksudnya disini adalah dengan adanya UMK maka akan terbuka lapangangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Dengan terserapnya pengangguran ke dalam dunia kerja maka orang tersebut akan memiliki pendapatan sehingga distribusi pendapatan akan menjadi lebih
merata, sehingga masyarakat dapat terbebas dari belenggu kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut juga akan mengalami peningkatan
dan hal itu juha akan diikuti dengan peningkatan pembangunan daerah tersebut. Sehingga UMK ini dikatakan memeiliki kontribusi yang sangat besar
terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah atau suatu negara. Ketika terjadi krisis multidimensi pada tahun 1997-1998 usaha mikro dan kecil
ternyata mampu mempertahankan kelangsungan hidup dari usahanya, bahkan mampu memainkan fungsi penyelamatan pada beberapa sub-sektor penyediaan. Adapun
alasan kenapa UMK ini dapat bertahan bahkan meningkat keberadaannya ditengah terpaan badai krisis multidimensi ini adalah, pertama, sebagian besar UMK
memproduksi barang-barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatannya rendah. Kedua, sebagian besar UKM menggunakan dana
sendiri, sehingga pada saat terjadinya krisis ekonomi dan terjadi kenaikan suku bunga tidak berpengaruh terhadap eksistensi UMK. Ketiga, dengan terjadinya krisis yang
berkepanjangan banyak sektor formal yang menghentikan pekerjaannya, dan para pengangguran tersebut akan memasuki sektor informal dan berkecimpung kedalam
usaha mikro, kecil dan menegah,sehingga kuantitas UMK mengalami peningkatan
Partomo dan Soejodono, 2004.
UMK merupakan kegiatan usaha yang diharapkan mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat
dan dapat berperan dalam poses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
5 mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas
nasional. Selain itu UMK merupakan salah satu dari pilar utama ekonomi nasional, sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih besar, dukungan, perlindungan dan
pengembangan yang seluas-luasnya sebagai wujud nyata keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Busar
dan Badan Usaha Milik Negara BUMN. Dalam perjalanannya, meskipun UMK menunjukan kontribusinya yang besar terhadap perekonomian nasional, namun masih
mengalami berbagai hambatan dan kendala baik secara internal maupun eksternal, dalam hal produksi, pegolahan, pemasaran, sumber daya manusia SDM, desain dan
teknologi, permodalan dan iklim usaha.
2.2. Lembaga Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dalam UMK