78
S9 Yuyurumpung mendatangi Kuda Suwengi Singabangsa aturira, sadaya sami prapta, nanging juga kang tan purun, pun
panggede ing Jambangan. Punika mboten anangkil, inggih ingkang apeparan, Kuda Suwengi samade. Salaminya baya seba, mungkir mring
Kemaguhan, sadayanya sampun suyud, punika tan purun seba. ... Asmaradana, pupuh 47-48
Singabangsa berkata: “Semuanya telah datang, akan tetapi ada juga yang tidak mau yaitu Pembesar di Jambangan. Yang tidak menghadap itu,
namanya Kuda Suwengi. Selamanya tidak pernah menghadap, ingkar terhadap Kemaguhan. Dan semuanya telah tunduk, hanya dia yang tidak
mau menghadap”. ... Asmaradana, pupuh 47-48
Kutipan tersebut menjelaskan dirinya adalah seorang yang berani mengambil resiko terhadap keputusan yang diambil. Dirinya memutuskan untuk
tidak menuruti perintah Yuyurumpung dan akan mengabdi ke Majasem.
4.1.2.1.1.6 Sondongkertiwedari
Sondongkertiwedari adalah seorang tokoh prajurit di Wedari. Sondongkertiwedari merupakan saudara dari Sondong Majruk tetapi berbeda
karakter, keduanya sangat bertolak belakang. Sondongkertiwedari yang sangat sakti, pandai, bahkan terkenal sampai di desa luar. Dirinya diberikan wasiat oleh
gurunya, yaitu diberikan keahlian menangkap maling serta diijinkan main perempuan, tetapi pantangannnya yaitu tidak boleh menjadi pencuri maling. Hal
ini terdapat dalam kutipan berikut: S22 Sukmayana meminta bantuan kepada Sondongkertiwedari untuk
merebut keris dan mahkota Ginagas saya ngranuhi, marma Raden Sukmayana, nulya nimbali mitrane,
Sondongkertiwedarika, kang peparap rahadyan, digdaya limpat ing kewuh, kaloka ing manca desa. Sukmayana lon delinge, aduh yayi katiwasan,
tulungen raganingsang, manggih tiwas wau dalu, pun raka kalebon dusta, kang keni ginawa maling, mung kuluk lawan curiga, tan anggawa liya
maneh. Sondongkerti atur neki, duh kakang sampun karuna, arinta pan
79
sagah dereng, boten sagah dereng kinar, manawi boten cidra, sasat pandungwus kawengku, dumateng asta kawula.
... Asmaradana, pupuh 36-40
Dipikir-pikir semakin menyedihkannya, oleh karena itu Raden Sukmayana lalu memanggil kawannya, yang bernama Sondongkertiwedari, yang sangat
sakti dan pandai, serta terkenal sampai di desa luar. Sukmayana katanya pelan, “Aduh celaka dinda... tolonglah diriku ini, tadi malam aku mendapat
celaka, yaitu kemasukan pencuri, yang dapat dibawa pencuri hanya mahkota dan keris saja, dan tidak membawa lainnya lagi”. Sondongkertiwedari lalu
berkata, “Aduh kakanda janganlah menangis, adindamu sanggup tidak sanggup belum dapat menentukan, namun jikalau tidak meleset, seakan-akan
pencuri sudah berada ditangan hamba”. ... Asmaradana, pupuh 36-40
Kutipan di atas menjelaskan karakter Sondongkertiwedari yang sangat tangguh dan bertanggung jawab dengan apa yang akan dilakukan, serta tidak ingin
mengecewakan baginda raja.
4.1.2.1.1.7 Singapadu
Singapadu termasuk dalam tokoh protagonis. Singapadu merupakan seorang pembesar di dukuh Nguren. Selain itu, dirinya juga seorang patih yang
merangkap jaksa di Kadipaten Carangsoka, setia sebagai abdi yang bertanggung jawab. Berikut kutipannya:
Tan winarna ing lampahe, wus prapta ing Carangsoka, semana kang winarna, nagri Carangsoka nuju radyan Puspa Andungjaya pepek ingadep
pra mantri, punggawanira samya, pariwara panganjure, ing ngarsa pepatihira, ngiras pandadya jaksa, Panggede Nguren puniku, Singapadu
aranira. ... Asmaradana, pupuh 19-20
Tersebutlah di Carangsoka, pada waktu itu Raden Puspa Andungjaya sedang dihadap penuh oleh para mantri, para hulubalang, para abdi, para pemmpin,
demikian pula patihnya yang juga merangkap menjadi jaksa. Pembesar di dukuh Nguren, yaitu Singapadu namanya,
... Asmaradana, pupuh 19-20
80
Kutipan di atas menjelaskan tentang kepribadian Singapadu yang merupakan patih sekaligus jaksa di Kadipaten Carangsoka.
4.1.2.1.2 Tokoh Antagonis