19
pikirannya; 6 melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya; 7 melihat bagaimana tokoh lain berbincang dengannya; 8 melihat bagaimana tokoh-tokoh
yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya; dan 9 melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lainnya.
2.2.2.2 Latar Setting
Latar setting disebut juga sebagai landas tumpu. yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan Nurgiyantoro 2002:216. Unsur latar dapat dikelompokkan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar waktu, tempat, dan sosial.
2.2.2.2.1 Latar Waktu Location Setting
Latar waktu biasanya berhubungan dengan masalah ”kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan”
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.
2.2.2.2.2 Latar Tempat Time Setting
Latar tempat, menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa tempat-
tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, dan lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata.
2.2.2.2.3 Latar Sosial Social Setting
Sedangkan latar sosial biasanya menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai
20
masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Hal ini dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
bersikap. Disamping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial yang bersangkutan, antara lain kelas rendah, menengah, dan atas.
Dari penjelasan mengenai peristiwa event dan wujud existent dapat deterapkan dalam cerita Dewi Rayungwulan dengan menggunakan tipikal tokoh
utama dan tokoh tambahan serta tokoh protagonis dan tokoh antagonis karena Dewi Rayungwulan selain sebagai tokoh utama juga dianggap sebagai tokoh
protagonis. Menurut Sukadaryanto 2000:2, analisis struktur naratif terbagi dalam
segmen-segmen yang didasarkan pada unit fungsi. Segmen tersebut disebut sekuen atau rangkaian kejadian yang berupa urutan-urutan logis inti yang terbentuk
karena adanya hubungan yang erat. Sekuen, apabila salah satu bagiannya tidak mempunyai hubungan dengan sekuen sebelumnya, yang berarti sekuen tersebut
dalam kondisi membuka tindakan yang lebih lanjut atau disebut dengan istilah kernel
. Sekuen dalam kondisi menutup dan bagian-bagian lainnya tidak menimbulkan tindakan yang lebih lanjut disebut dengan satellite. Kernel akan
membentuk kerangka cerita dan diisi oleh satellite sehingga menjadi bagian sebuah cerita.
Kaum Formalis Rusia berpendapat, hal yang benar-benar bersifat kesusastraan dari teori naratif adalah alur, sedangkan cerita hanyalah bahan
mentah yang masih membutuhkan pengolahan pengarang. Motif merupakan kesatuan terkecil dalam peristiwa yang diceritakan. Sedangkan alur adalah
21
penyusunan artistik dari motif-motif sebagai akibat penerapan penyulapan terhadap cerita. Alur tidak hanya sekadar susunan peristiwa melainkan juga sarana
yang dipergunakan pengarang untuk menyela dan menunda penceritaan. Cerita itu sendiri hanya merupakan rangkaian kronologis dari peristiwa-peristiwa yang
diceritakan. Hal ini kaitannya dengan cerita Dewi Rayungwulan dalam Serat Babad Pati
adalah bahwa cerita Dewi Rayungwulan dianalisis lebih pada struktur naratif cerita saja dan tidak menganalisis pada motif.
Setelah mengetahui pemahaman mengenai struktur naratif cerita, selanjutnya akan dibahas mengenai simbol dan makna filosofis dengan
menggunakan teori hermeneutik sebagai pengembangannya.
2.3 Simbol dan Makna
Simbol dan makna merupakan istilah yang saling terkait satu sama lain. Untuk lebih jelas pemahaman mengenai simbol dan makna, akan dikemukakan
pada ulasan selanjutnya.
2.3.1 Simbol
Kata simbol berasal dari bahasa Yunani, simbolos yang berarti tanda atau ciri khas yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang Herusatoto
2005:10. Kamus Umum Bahasa Indonesia menyatakan bahwa simbol atau lambang
adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu. Senada dengan
Kamus logika, Dictionary of Logic, The Liang Gie menyatakan bahwa simbol adalah tanda buatan yang tidak berwujud kata-kata untuk mewakili sesuatu hanya