Dalang Sapanyana Wujud Filosofis Simbol dan Makna pada Cerita Dewi Rayungwulan

96 Gambaran tersebut, tersirat makna yang diinterpretasikan sebagai filosofis bahwa Dewi Rayungwulan walaupun dari keluarga seorang anak Adipati, sikap dan budi pekerti hendaknya dapat dijadikan sauri teladan dalam segala tindakan. Setiap wanita sebaiknya bertindak dan berbudi pekerti yang luhur serta dalam perangainya wanita harus menjaga nama baik, harkat dan martabat keluarga.

4.2.2 Dalang Sapanyana

Secara simbolik, dalang merupakan seseorang yang dapat memainkan atau mempertunjukkan wayang. Hal ini ditandai dengan gambaran mengenai Sapanyana, bahwa dirinya merupakan seorang dalang yang sangat menakjubkan, yang menjadi buah bibir seluruh wanita. Selain sangat tampan dan masih muda, dalang Sapanyana merupakan dalang yang sangat aneh dan termasyur, sepupuh berbeda dengan dalang-dalang lain. Perbedaan ini ditandai dengan gong dan wayangnya yang dapat berjalan sendiri, sedangkan para penabuhnya adalah saudara perempuannya, yaitu Ambarsari dan Ambarwati. Sapanyana terdiri dari dua kata, ”sapa” dan ”nyana”, yang berarti siapa mengira atau menyangka bahwa ternyata dirinya seorang dalang yang sakti. Dirinya memperoleh peralatan wayang dan gong dari pertapaannya. Apabila dirinya tidak bertapa, dia tidak mendapat peralatan wayang dan gong yang sakti, dan sampai sekarang ini dalam dunia pedalangan tidak ada yang namanya Sapanyana siapa mengira, sejenak muncul lalu menghilang. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut: Wonten Dalang neh-nganehi, wartose kaliwat-liwat, gong wayang lumaku dewe, niyaga kadang wanodya, punika yen angsala, kinarya sasrahanipun, pangapit yen nganten ngarak. Gangsa ringgit punika paringnya dewa. Duk ulun kesah martapa, lawan kadang kula kalih, aneng ngandap arga 97 kembang, marpupuhu gunungireki, wonten dewa maringi, purwane punika wau. ... Asmarada, pupuh 29 Yaitu seorang Dalang yang sangat aneh sekali, dan beritanya sangat tersohor, sepupuh gong dan wayangnya dapat berjalan sendiri, sedangkan para penabuhnya adalah saudara perempuannya. Maka jika diperbolehkan, itulah yang dijadikan sebagai persyaratannya, dan yang menjadi pengiring pada waktu pengantin diarak. Adapun gamelan dan wayang itu adalah pemberiannya dewa, ketika hamba pergi bertapa dengan kedua saudara hamba di bawah Gunung Merpupuhu. Pada waktu itulah dewa memberikanny. Itulah asal mulanya. ... Asmaradana, pupuh 29 Makna filosofis yang diinterpretasikan dari simbol tersebut adalah bahwa Sapanyana adalah dalang yang sangat sakti, yang tidak setiap orang mempunyai kelebihan dan keberuntungan seperti dirinya sebab gamelan dan wayang tersebut diperoleh tidak secara mudah tetapi pada saat dirinya bertapa dan diberi anugerah dewa berupa peralatan wayang dan gong yang dapat berjalan sendiri saat dirinya bertapa dan diberi anugerah dewa berupa peralatan wayang. Ini berarti, tidak setiap orang mempunyai kemampuan yang sama dan kesempatan yang berbeda, Sapanyana diberi anugerah dewa dengan dititipi sebuah gamelan dan wayang yang sangat khas sehingga menjadikan dirinya disanjung dan dihargai orang lain. Selain itu, diharapkan si dalang mempunyai kekuatan yang sama dengan apa yang dimilikinya, yaitu sifat yang sakti serta mampu berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain bahkan orang tua, tetapi dalam hal ini Sapanyana ditemani dengan dua saudaranya, Ambarsari dan Ambarwati, laksana gong yang sakti dan peralatan wayang yang dapat berjalan sendiri. Dengan demikian, betapapun, siapapun, dan dimanapun sikap menghargai dan menghormati harus ditanamkan pada diri seseorang tanpa membedakan status atau derajad seseorang. 98

4.2.3 Raden Menak Jasari