Tabel 4.11 Hasil Pemeriksaan Kandungan Pb Air Sumur Gali Masyarakat Berdasarkan Jarak Terhadap Tempat Penimbunan Limbah Padat Daur Ulang Aki di Desa
Sei Rotan Tahun 2012
Jarak Sumur
25 meter 50 meter
100 meter 150 meter
200 meter
Konstruksi
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Sumur Gali
Dinding Sumur Gali TMS TMS TMS
MS TMS TMS TMS TMS TMS TMS
Bibir Sumur Gali TMS TMS TMS
MS MS
TMS TMS TMS TMS MS
Lantai Sumur Gali MS
MS MS
MS TMS
MS TMS
MS MS
MS Tutup Sumur Gali
TMS TMS MS
MS TMS TMS
MS TMS TMS TMS
SPAL Sumur Gali TMS TMS TMS TMS TMS
MS TMS
MS TMS TMS
Septic Tank TMS
MS TMS
MS MS
MS TMS TMS TMS
MS Tumpukan Sampah
TMS MS
TMS MS
TMS MS
TMS MS
TMS MS
Kandungan Timbal mgL 0,13
0,10 0,12
0,14 0,12
0,13 0,13
0,12 0,10
0,11
Berdasarkan Permenkes 416MenkesPerIX1990 Nilai Ambang Batas Pb = 0,05 mg L
Tabel distribusi pemeriksaan Pb dalam air sumur gali sampel di atas dapat dilihat bahwa semua sampel mengandung Pb dan melebihi nilai baku mutu 100
yang telah ditetapkan oleh Permenkes No. 416MenkesPerIX1990. Hasil
pemeriksaan laboratorium terhadap kandungan timbal Pb pada air sumur gali
masyarakat di Desa Sei Rotan diperoleh bahwa kandungan timbal Pb terendah 0,10 mgL pada sumur gali yang berjarak 25 meter dan tertinggi 0,14 mgL pada sumur
gali yang berjarak 50 meter. Dan rata-rata kandungan timbal Pb sebesar 0,12 mgL.
4.4. Hasil Observasi terhadap Tempat Penimbunan Limbah Padat Industri
Daur Ulang Aki
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, gambaran keadaan tempat penimbunan limbah padat industri daur ulang aki di Desa Sei Rotan Tahun 2012
dapat dilihat pada tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.12 Keadaan Tempat Penimbunan Limbah Padat Industri Daur Ulang Aki di Desa Sei Rotan Tahun 2012
No. Persyaratan Teknis
Standar Hasil
Observasi Keterangan
1 Jarak terhadap pemukiman
3 km 5 m
TMS 2
Jarak terhadap sumber air baku 200 m
8 m TMS
3 Jarak terhadap jalan besar
200 m 134 m
TMS 4
Jarak dari bandara 5 km
- MS
5 Tidak terletak pada daerah banjir
ya MS
6 Tidak merupakan sumber bau dan kecelakan
tidak TMS
Berdasarkan Depkes RI Dirjen PPM dan PLP 1996
Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa jarak terhadap pemukiman 5 meter dan terhadap sumber air baku 8 meter. Observasi terhadap kedua jarak ini tidak
memenuhi syarat. Begitu juga jarak terhadap jalan besar, 134 meter. Seharusnya jarak terhadap jalan besar 134 m. Untuk syarat teknis selanjutnya, karena lokasi penelitian
berada sangat jauh dari bandara maka kolom hasil observasi dikosongkan. Tempat penimbunan tersebut tidak terletak di daerah banjir. Dan tempat tersebut merupakan
sumber bau bagi warga yang memiliki dekat dengan tempat tersebut, tetapi kalau sudah berjarak ±150 meter bau tidak menganggu.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Kondisi Konstruksi Sumur Gali
Observasi yang peneliti lakukan terhadap 10 sumur gali yang menjadi sampel dilihat bahwa semua sumur tidak memenuhi syarat konstruksi secara lengkap. Peneliti
berasumsi bahwa konstruksi sumur yang tidak memenuhi syarat dikarenakan banyak faktor. Pengetahuan masyarakat yang tidak mengetahui syarat-syarat sumur sehat dan
dampak bagi kesehatan jika tidak terpenuhi merupakan faktor yang mempengaruhi. Faktor lainnya yaitu biaya untuk membuat sumur yang memenuhi syarat
membutuhkan dana yang lebih besar seperti pembuatan dinding sumur dan saluran pembuangan air limbah. Kondisi ini dilihat berdasarkan distribusi mata pencaharian
sebagian besar penduduk Desa Sei Rotan yaitu buruh 73,44. Sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan tentunya telah memiliki semua
sarana konstruksi sumur gali seperti dinding sumur gali, bibir sumur gali, lantai sumur gali, saluran pembuangan air limbah, tutup sumur gali dan terhindar juga dari
sumber pencemaran seperti jarak sumur gali terhadap lubang sampah, jarak sumur gali terhadap pembuangan air limbah, jarak sumur gali terhadap lubang resapan telah
sesuai dengan yang ditetapkan. Sumur yang sudah sesuai dengan syarat-syarat tersebut diharapkan dapat terhindar dari pencemar yang dapat mencemari air sumur.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap konstruksi sumur dapat dilihat bahwa dinding sumur gali hanya sebanyak 1 sumur 10 yang memenuhi
syarat konstruksi. Hal ini di karenakan, banyak sumur yang tidak memiliki kedalaman sumur sampai 3 dan. Dengan kedalaman ± 3 meter, masyarakat Desa Sei Rotan sudah
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan sumber air sehingga mereka merasa tidak perlu menambah kedalaman sumur. Kemudian, dengan kedalaman sumur ± 3 meter, kemungkinan masyarakat
mengganggap bahwa tidak perlu membuat dinding sumur hingga dasar, hanya untuk menahan agar sumur tidak roboh. Dengan keadaan demikian, sumur tidak diproteksi
oleh dinding sumur yang sesuai konstruksi sehingga memberi peluang bagi polutan untuk masuk ke sumur, tertutama bakteri-bakteri patogen.
Berdasarkan Pedoman Upaya Penyehatan Air Puskesmas terhadap sumur gali, dinding sumur gali yang telah memenuhi syarat kesehatan adalah dinding sumur gali
yang memiliki dinding kedap air dan kedalamannya minimal 3 meter dari permukaan tanah, hal ini didasarkan pada kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara
vertikal sedalam 3 meter. Apabila kedalaman dindingcincin sumur gali tidak mempunyai kedalaman 3 meter akan dapat menyebabkan bakteri patogen menembus
tanah dan air yang dihasilkan oleh sumur gali akan menurun kualitasnya. Apabila hal ini terjadi dan tidak disertai dengan pengolahan yang tepat, maka air dapat menjadi
sumber penyakit seperti penyakit kulit, hepatitis, typus, disentri. Observasi terhadap sumur gali masyarakat Desa Sei Rotan ditemukan bahwa
bibir sumur gali hanya sebanyak 2 20 yang memenuhi syarat konstruksi. Asumsi peniliti bahwa tinggi bibir banyak yang tidak sesuai dengan syarat konstruksi karena
pada umumnya masyarakat mengambil air tidak secara langsung memakai timba, tetapi kebanyakan dari mereka sudah menggunakan mesin pemompa. Walaupun
demikian, konstruksi bibir sumur gali tetap harus sesuai dengan syarat kesehatan karena hal ini dapat menghindari adanya kontaminasi ke dalam air sumur tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Karena sejalan dengan hasil penelitian Prajawati 2008 menunjukkan bahwa adanya hubungan antara bibir sumur gali dengan kualitas air.
Menurut Chandra 2007, bibir sumur gali merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur. Bibir
sumur harus dibuat setinggi ≥ 70
cm dari permukaan tanah. Tujuannya agar air sumur gali terlindung dari kontaminasi air kotor dari luar sumur dan tidak membahayakan
seseorang yang akan mengambil air sumur gali. Terutama anak-anak yang dikhawatirkan dapat terjatuh kedalam sumur.
Lantai sumur juga merupakan syarat konstruksi yang harus dipenuhi, yaitu memiliki lebar lantai sumur 1 m dari bibir sumur. Menurut Chandra 2007, lantai
harus terbuat dari semen dan lebarnya lebih kurang satu meter ke seluruh arah melingkari sumur dengan kemiringan sekitar sepuluh derajat ke arah tempat
pembuangan air. Tujuannya agar air limbah dari hasil kegiatan di sumur tidak merembes kembali ke sumur.
Hasil observasi menunjukkan sebanyak 9 90 sumur gali sudah memenuhi syarat konstruksi. Sumur yang tidak memiliki lantai sebanyak 1 sumur 10 karena
sumur terletak diluar rumah dan tidak digunakan untuk kegiatan mandi dan cuci. Walaupun demikian, sumur tersebut rentan terhadap pencemaran apalagi ketika hujan
turun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Prajawati 2008 juga menunjukkan bahwa adanya hubungan antara bibir sumur gali dengan kualitas air.
Tutup sumur juga merupakan hal yang harus dipenuhi untuk menghindari pencemaran pada sumur secara langsung. Untuk mencegah pengotoran dan
pencemaran maupun kecelakaan pada saat sumur gali tidak digunakan maka sumur
Universitas Sumatera Utara
gali perlu memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat Pusdiklat Pegawai Departemen Kesehatan RI, 1986.
Dilihat dari hasil observasi, sumur yang memiliki tutup hanya ada 3 30 sumur. Sumur-sumur yang memiliki tutup, 2 diantaranya terletak di luar rumah dan 1
sumur terletak dalam kamar mandi. Dua sumur yang terletak di luar diberi tutup kemungkinan karena takut terjadi kecelakaan, sedangkan 1 sumur yang diberi tutup
dan terletak di dalam agar tidak masuk tikus atau kotoran lainnya. Namun, kebanyakan pemilik sumur belum sadar bahwa tutup sumur dapat mencegah
pencemaran pada sumurnya. Saluran pembuangan juga merupakan syarat konstruksi yang harus terpenuhi.
Saluran pembuangan yang tidak baik akan menyebabkan limbah dari hasil kegiatan di sekitar sumur dapat kembali meresap kembali ke dalam sumur. Dan jika saluran
pembuangan dibiarkan terbuka dan tidak terpelihara dapat menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk pembawa malaria. Menurut Entjang 2000, saluran
pembuangan air limbah sumur dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m. Sepuluh sumur yang diteliti hanya 2 sumur yang
memenuhi syarat konstruksi. Hal yang juga perlu diperhatikan agar sumur terhindar dari pencemaran adalah
jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak sumur minimal 10 meter dan lebih tinggi dari sumber
pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya Entjang, 2000. Hal ini juga dilihat dari hasil penelitian Ginting 2006 menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
adanya hubungan antara faktor resiko pencemar seperti jarak jamban dan sumber pencemar lain dengan kualitas air sumur gali.
Hasil Observasi di lapangan dapat diketahui bahwa jarak sumur gali dengan septic tank yang tidak memenuhi syarat sebanyak 50 5 sumur dan jarak sumur
gali dengan sumber pencemaran lain seperti tumpukan sampah, yang tidak memenuhi syarat 50 5 sumur.
Dilihat dari hasil penelitian jarak minimal 10 meter ini bertujuan agar sumur gali terhindar dari berbagai pencemaran yang mungkin dapat merembes ke air sumur
melalui tanah. Sejalan dengan Entjang 2000, selain jarak minimal 10 meter juga diusahakan agar sumur gali letaknya tidak berada di bawah tempat-tempat sumber
pengotoran dan jangan dibuat di tanah rendah yang mungkin terendam bila banjir hujan.
Kesepuluh sumur yang diobservasi tidak ada satupun sumur yang memenuhi semua syarat konstruksi. Hal ini menandakan bahwa sumur yang digunakan rentan
terhadap pencemaran. Sejalan dengan penelitian Marsono 2009 di Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten yang menunjukkan bahwa dari ada hubungan antara
kandungan bakteorologis air sumur dengan konstruksi bangunan sumur. Hasil penelitian Ompusunggu 2009 juga menunjukkan bahwa konstruksi sumur yang
buruk memiliki kandungan kadmium pada air sumur gali di sekitar TPA Namo Bintang.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Jarak Sumur Gali terhadap Tempat Penimbunan Limbah Padat Daur Ulang Aki