pertambangan bijih timah hitam dan buangan sisa industri baterai. Buangan-buangan tersebut akan jatuh pada jalur-jalur perairan seperti anak-anak sungai untuk kemudian
akan dibawa terus menuju lautan. Umumnya jalur buangan dari bahan sisa perindustrian yang menggunakan Timbal Pb akan merusak tata lingkungan perairan
yang dimasukinya menjadikan sungai dan alirannya tercemar. Badan perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion-ion Timbal Pb,
sehingga jumlah Timbal Pb yang ada di dalam badan perairan melebihi konsentrasi yang semestinya, dapat mengakibatkan kematian bagi biota perairan tersebut Palar,
1994. Limbah padat yang mengandung Pb dibuang di tempat pembuangan sampah
akan menghasilkan air lindi. Air lindi didefinisikan sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah. Selayaknya benda cair,
air lindi akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Air lindi ini dapat merembes masuk ke dalam tanah dan bercampur dengan air tanah sampai pada jarak 200 meter,
ataupun mengalir di permukaan tanah dan bermuara pada aliran sungai Mahardika, 2010.
2.6.5. Metabolisme Timbal Pb dalam Tubuh
Timbal yang berasal dari alam, emisi kendaraan bermotor, limbah industri dan yang berasal dari pengikisan cat yang mengandung timbal akan masuk ke dalam air,
tanah, atau udara yang kemudian bisa langsung masuk ke tubuh manusia atau masuk melalui tumbuhan atau hewan yang dikonsumsi oleh manusia. Gambar 1.
menunjukkan berbagai sumber timbal yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Perjalanan timbal yang berasal dari lingkungan sampai masuk ke dalam tubuh manusia Sumber:
Nasional Health and Medical Research Councils 2009 dalam Hasan 2011
Keracunan oleh Timbal Pb dapat terjadi karena masuknya logam tersebut ke dalam tubuh melalui inhalasi, air, dan makanan. Timbal Pb yang masuk melalui
makanan, masuk ke saluran cerna, dan dapat masuk ke dalam darah Riyadina ,
1997. Menurut Palar 1994, sebagian besar dari Timbal Pb yang terhirup pada saat
bernafas akan masuk ke dalam pembuluh darah paru-paru. Tingkat penyerapan itu sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel dari senyawa Timbal Pb yang ada dan
Universitas Sumatera Utara
volume udara yang mampu dihirup pada saat peristiwa bernafas berlangsung. Makin kecil ukuran partikel debu, serta semakin besarnya volume udara yang mampu
terhirup, maka akan semakin besar pula konsentrasi Timbal Pb yang diserap oleh tubuh.
Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95 timbal Pb dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian timbal Pb
plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan dengan tubuh lainnya dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak sumsum tulang,
sistim saraf, ginjal, hati dan ke jaringan keras tulang, kuku, rambut, gigi Palar, 2008. Gigi dan tulang panjang mengandung timbal Pb yang lebih banyak
dibandingkan tulang lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu pigmen berwarna abu-abu pada perbatasan antara gigi dan gusi Goldstein Kipen, 1994 dalam
Ardyanto, 2005. Hal itu merupakan ciri khas keracunan timbal Pb. Pada jaringan lunak sebagian Timbal Pb disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak, dan kulit. Timbal
Pb yang ada di jaringan lunak bersifat toksik. Pada jaringan dan organ tubuh, logam Timbal Pb akan terakumulasi pada
tulang karena logam ini dalam bentuk ion Pb
2+
mampu menggantikan keberadaan ion Ca
2+
Kalsium yang terdapat dalam jaringan tulang. Di samping itu, pada wanita hamil logam Timbal Pb dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk
dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir, Timbal Pb akan dikeluarkan bersama air susu.
Akumulasi Timbal Pb dalam tubuh manusia dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Akumulasi Timbal Pb dalam tubuh manusia Sumber: Depkes RI, 2001
Dengan demikian untuk mengetahui dan mengukur kadar Timbal Pb dalam tubuh manusia dapat dilihat melalui darah, sekreta, jaringan lunak, dan jaringan
mineral. Tetapi spesimen biomarker yang mewakili keberadaan Timbal Pb adalah darah dan urin.
Ekskresi timbal Pb melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan saluran cerna. Ekskresi timbal Pb melalui urin sebanyak 75–80, melalui
feses 15 dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku Palar, 1994. Ekskresi timbal Pb melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif
kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi empedu. Sedangkan Proses eksresi Timbal Pb melalui ginjal adalah
melalui filtrasi glomerulus. Pada umumnya ekskresi Timbal Pb berjalan sangat lambat. Waktu paruh
timah hitam di dalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan Timbal Pb
Jalan masuk ke tubuh
Universitas Sumatera Utara
mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan okupasional maupun non okupasional.
2.6.6. Efek Timbal Pb Terhadap Kesehatan