1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan gambaran kondisi perusahaan yang berisikan informasi-informasi penting yang digunakan oleh manajemen,
pemegang saham, kreditur, pemerintah, pemasok, konsumen dan masyarakat untuk mengambil keputusan. Pada perkembangannya, penggunaan informasi
akuntansi telah menyebabkan timbulnya perilaku manipulatif terutama dari kalangan manajer yang kinerjanya diukur beradasarkan informasi tersebut.
Informasi laba dan komponen-komponennya menjadi subyek manipulasi karena merupakan salah satu fokus utama dalam pelaporan
keuangan dan banyak diperhatikan dan digunakan oleh pemakai laporan keuangan. Para investor, kreditor dan pengguna lainnya menggunakan
informasi itu untuk menilai prospek aliran kas, mengevaluasi kinerja manajemen, mengestimasi earning power dan memprediksi laba masa depan.
Informasi laba juga banyak digunakan oleh pemakai untuk mengkonfirmasi, menilai resiko dan mengubah atau merevisi prediksi. Budhiasih 2009,
menyatakan laba adalah salah satu informasi yang paling dipertimbangkan oleh investor dalam untuk mengambil keputusan apakah akan melakukan
investasi atau tidak. Pengguna laporan keuangan lebih berfokus terhadap laba daripada item laporan keuangan lainnya. Nasser dan Herlina 2003,
menyatakan informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen selain itu informasi
laba juga membantu pemilik perusahaan atau pihak lainnya dalam menaksir “earnings power” perusahaan di masa yang akan datang.
Barnea, Ronen dan Sadan 1976 dalam Budhijono 2006 menyatakan perataan laba dilakukan oleh manajer untuk mengurangi fluktuasi dari laba
yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk meramalkan arus kas di masa mendatang. Praktik perataan laba pada intinya ini dapat
memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham serta penilaian kinerja manajer. Tujuan manajer melakukan perataan laba antara lain
mencapai keuntungan pajak, memperoleh kesan baik, memperoleh kemakmuran.
Motif manajer dalam meratakan laba yaitu bonus, kontrak hutang jangka panjang, politik, pajak, pergantian jabatan, penawaran saham perdana.
Tujuan dan alasan yang melatar belakangi manajemen melakukan perataan laba, tetap saja tindakan tersebut dapat merubah kandungan informasi atas
laba yang dihasilkan perusahaan. Perubahan kandungan informasi atas laba perlu diwaspadai oleh pengguna laporan keuangan, karena informasi yang
telah mengalami penambahan atau pengurangan tersebut dapat menyesatkan pengambilan keputusan yang akan diambil, tidak jarang perilaku seseorang
menunjukkan perilaku oportunis dalam praktik akuntansi, yaitu perilaku mencari keuntungan pribadi, hal ini telah diungkapkan oleh Jensen dan
Meckling 1976 yang lebih dikenal dengan teory agency Lako, 2011. Berdasarkan teori keagenan, prinsipal pemilik perusahaan atau
pemegang saham memberikan wewenang kepada agen manajer untuk
melakukan pengambilan keputusan. Hubungan antara pemilik perusahaan dan manajer dapat menimbulkan asimetri informasi dimana individu-individu
memaksimalkan kepentingan individu, karena manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap daripada pemegang saham, maka manajer dapat
berperilaku yang tidak semestinya demi memaksimumkan kepentingan diri sendiri. Menurut Lako 2011 dalam beberapa survey akuntansi menunjukkan
bahwa konflik kepentingan menjadi pengaruh manajemen laba. Praktik perataan laba merupakan salah satu tindakan yang umum
dilakukan oleh manajer, karena praktik seperti ini dapat mempengaruhi pengambilan keputusan khususnya pada pihak eksternal. Usaha manajer
melakukan perataan
laba dibedakan
menjadi dua
yaitu usaha
memaksimumkan atau meminimumkan laba untuk mengurangi fluktuasi laba. Kegiatan perataan laba merupakan usaha untuk mengurangi fluktuasi laba
agar laba dalam suatu periode tidak terlalu berbeda dengan laba pada periode sebelumnya.
Penelitian sebelumnya yang menguji faktor-faktor yang mendorong praktik perataan laba, Budiasih 2009 menyimpulkan bahwa ukuran
perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba, Suwito dan Herawati 2005,
menyimpulkan ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba sedangkan penelitian
Herikaningsih 2008, menyimpulkan hanya variabel leverage yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Suwito dan Herawati 2005, yang berjudul analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tindakan
perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa efek Jakarta, yang membedakan skripsi ini dengan penelitian sebelumnya, dari
segi variabel independen penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen: jenis usaha,ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas,
sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan, dari segi objek: objek penelitian sebelumnya
yaitu perusahaan manufaktur sedangkan penelitian ini hanya mengambil perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi dan sektor aneka industri,dan
dari segi proxy variabel indepen: proxy yang digunakan penelitian sebelumnya adalah total aktiva, ROA, total aset dan leverage operasi
sedangkan penelitian ini menggunakan ROA untuk variabel profitabilitas, DTAR untuk variabel leverage dan Ln total aktiva untuk variabel ukuran
perusahaan. Banyak penelitian empiris sebelumnya yang menguji faktor-faktor yang
mendorong praktik perataan laba, tetapi belum ada temuan empiris yang diperoleh dapat disepakati, hal ini disebabkan karena beberapa faktor masih
disimpulkan berpengaruh positif dan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti ulang agar
dapat mengetahui lebih jauh faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba terhadap seperti profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan
di perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi dan sektor aneka industri.
B. Rumusan Masalah