Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

39

C. Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap subjek mengalami beberapa kecemasan. Kecemasan-kecemasan ini muncul berkaitan dengan relasi atau keadaan dalam keluarga. Hal ini menegaskan pendapat Wallerstein Kelly dalam Bukatko, 2008, bahwa anak-anak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perceraian orang tua. Dalam penelitian Lazarus 2003, anak-anak yang berasal dari keluarga bercerai juga akan memiliki kecemasan dan mengalami kesulitan dalam penyesuaian. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian tidak diketahui perbedaan respon kecemasan antara anak laki-laki dan perempuan seperti yang dikemukakan oleh Hatherington, dkk dalam Papalia, 2009. Beberapa kecemasan disebabkan oleh masalah kehadiran orangtua. Kecemasan yang dimunculkan oleh semua subjek adalah kecemasan akan menghadapi kesulitan terkait kecemasan akan bahaya. Hal ini berkaitan dengan latar belakang subjek yang mengalami berbagai pengalaman buruk yang dihadapi ketika berada di dalam keluarga maupun dari orang-orang di lingkungannya. Sebagai contoh, subjek lima mengalami kekerasan dari pakde dan budenya. Bahkan ketika subjek tidak menuruti apa yang diinginkan oleh mereka maka subjek akan disabet oleh pakdenya. Hal ini dikarenakan subjek tinggal bersama pakde dan budenya setelah orangtuanya bercerai. Selain itu, subjek satu juga mengalami kecemasan akan bahaya karena subjek sering menemui pemalak yang sering memalaki subjek dan hal ini menyebabkan subjek sering dimarahi oleh neneknya. Subjek tinggal dengan neneknya yang 40 seringkali mengatai subjek anak yang bodoh. Dalam artikel yang ditulis oleh Tomi 2012, seorang anak dengan orangtua bercerai akan mengalami ancaman, ketika orangtua saling berebut hak asuh anak. Kondisi ini bisa membuat orangtua akan melakukan hal-hal yang sebenarnya mengancam keselamatan anak. Sebagai contoh, salah satu orangtua akan melakukan tindakan penculikan atau pemaksaan pada anak agar anak mau mengikuti orangtuanya. Beberapa subjek mengalami kecemasan akan kesendirianketerpisahan. Sebagian besar subjek ketika orangtuanya bercerai ditinggalkan oleh sosok ayah. Beberapa subjek masih berhubungan melalui telepon dengan orangtuanya yang tinggal terpisah dan merasa bahwa hal tersebut tidak cukup baginya. Ada juga orangtua yang benar-benar menelantarkan anak-anaknya dan hanya dititipkan kepada sanak saudaranya yang belum tentu bisa merawat subjek dengan layak. Hal ini seperti yang terjadi pada beberapa subjek yang tinggal bersama ibunya, namun karena ibunya terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan maka subjek menjadi kurang terurus dan dititipkan pada saudara. Beberapa subjek juga mengalami beberapa kecemasan yang terkait dengan masalah perhatian dan kasih sayang. Kecemasan terkait perhatian dan kasih sayang yang dialami subjek adalah kecemasan akan penolakan yang dikarenakan ketidakpatuhan terhadap orangtua dan kecemasan akan diabaikan. Menurut Hatherington dalam Bukatko, 2008, setelah berpisahnya dari suami, seorang istri akan menerapkan pola asuh otoriter. Mereka banyak 41 melakukan larangan untuk anak-anaknya, cenderung menguasai, memperlihatkan sedikit kasih sayang, dan kurang tanggap terhadap anaknya. Sebagian besar subjek memiliki aturan yang sangat ketat dalam keluarganya. Hal ini dikarenakan subjek dituntut atau melakukan sesuatu yang terlalu dibatasi oleh orangtua tunggal pasca perceraian, dan juga karena subjek juga tinggal dengan kerabat lain tanpa ada orangtua yang mendampingi. Setelah perceraian, beberapa subjek juga mengalami adanya peraturan-peraturan baru yang ditentukan oleh orangtuanya. Beberapa subjek mengalami kecemasan terkait materi. Kecemasan yang muncul adalah kecemasan terkait pemenuhan kebutuhanpemeliharaan tidak ada yang merawatmenjaga. Hal ini terlihat dari latar belakang subjek yang menunjukkan bahwa beberapa orangtua subjek bercerai karena permasalahan materi dan juga setelah perceraian mengalami permasalahan terkait materi. Sebagai contoh, orangtua subjek delapan bercerai karena ayahnya mengalami PHK dan akhirnya berangkat ke luar negeri untuk bekerja. Kehidupan ekonomi membaik, tetapi tidak demikian dengan hubungan antara ayah dan ibunya. Setelah perceraian, subjek tinggal dengan kerabatnya karena ayahnya berada di luar negeri dan ibunya juga pergi bekerja. Menurut artikel yang ditulis Pickar 2007, anak-anak dalam keluarga bercerai itu kurang diperhatikan oleh orangtuanya. Hal ini dikarenakan orangtua menghabiskan sedikit waktu dengan anak-anak mereka dan terlalu sibuk dengan urusannya, sebagai contoh dengan lebih banyak bekerja. Orangtua kurang peka dengan kebutuhan anak-anak. Ketika sebelum 42 perceraian orangtua banyak memperhatikan anak-anaknya, namun ketika perceraian terjadi, orangtua sering sibuk dengan urusannya sendiri. Kecemasan lainnya yang dialami beberapa subjek adalah kecemasan terkait penilaian buruk, seperti misalnya kecemasan akan kekalahan dari orang lain, dan kecemasan jika dinilai buruk. Kecemasan tersebut menegaskan tanggapan lingkungan terhadap anak yang dikemukakan oleh Gunarsa 2003, yaitu bahwa anak yang berasal dari keluarga bercerai merasakan dirinya tidak aman karena tekanan dan keadaan lingkungan. Anak dipandang berbeda oleh masyarakat dan mengalami diskriminasi sosial dari lingkungannya. Dalam penelitian Jaarsveld 2007, Debord Firchow menyebutkan bahwa anak usia pertengahan sedang menginginkan menjadi menang, memimpin, dan menjadi yang pertama untuk dihargai. Pada kenyataannya, anak usia sekolah adalah anak yang merasa takut diejek, takut tercela, takut kehilangan miliknya, takut akan penyakit dan takut akan gagal di sekolah. Di samping kecemasan terkait kehadiran orangtua, perhatian dan kasih sayang, materi, dan penilaian buruk, beberapa subjek juga mengalami kecemasan terkait relasi dalam keluarga. Dalam artikel Pickar 2007, hal yang menyakitkan jika salah satu atau kedua orangtua mencoba untuk meminta anak di pihak mereka dalam proses perceraian. Dalam hal ini anak mengalami kondisi yang tidak harmonis dalam keluarga. Di sisi lain, subjek mengalami adanya kecemasan akan perlakuan yang tidak baik dari orangtua dan kecemasan akan kekerasan ayah. Sebagai contoh, subjek sembilan 43 mengalami bahwa ayahnya pergi dan tidak bertanggung jawab. Sebelum perceraian berlangsung juga sempat disaksikan oleh anak yang tidak mengetahui duduk persoalannya. Selain itu, orangtua subjek empat juga sering bertengkar di hadapan subjek. Keadaan itu sangat membuat subjek tertekan. Dari berbagai kecemasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan-kecemasan yang muncul pada para subjek dapat dikaitkan dengan perubahan situasi dalam keluarga, baik secara kuantitatif, yaitu terkait dengan kehadiran dan secara kualitatif, yaitu terkait dengan perhatian dan kasih sayang, serta relasi dalam keluarga. 44

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum, anak dari keluarga bercerai memunculkan berbagai macam kecemasan. Kecemasan yang relatif banyak muncul adalah kecemasan terkait menghadapi kesulitan, kecemasan terkait kehadiran orangtua, kecemasan terkait perhatian dan kasih sayang, kecemasan terkait materi, dan kecemasan terkait penilaian buruk. Dari berbagai kecemasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecemasan-kecemasan yang muncul pada para subjek dapat dikaitkan dengan perubahan situasi dalam keluarga, baik secara kuantitatif, yaitu terkait dengan kehadiran dan secara kualitatif, yaitu terkait dengan perhatian dan kasih sayang, serta relasi dalam keluarga.

B. Saran

Dengan mempertimbangkan keterbatasan penelitian di atas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, peneliti mengusulkan agar interpretasi dilakukan lebih dari dua orang. Selain itu, pengkategorian kecemasan dalam penelitian ini tidak berdasarkan jenis-jenis kecemasan yang diungkapkan oleh Bellak 1997. Maka dari itu, peneliti selanjutnya