6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah keadaan mood
yang ditandai dengan ketegangan tubuh, dan khawatir akan bahaya di masa depan atau
ketidakberdayaan Mash Wolfe, 1999. Menurut Chaplin 2008, kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan
keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut.
Menurut Freud dalam Semiun, 2006, kecemasan adalah suatu keadaan perasaan yang tidak menyenangkan dan disertai dengan sensasi
fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Freud mengemukakan bahwa ego menjadi tempat kecemasan dan hanya
ego yang dapat menghasilkan dan merasakan kecemasan. Maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan keadaan
perasaan yang tidak menyenangkan, tertekan, kekhawatiran akan kejadian di masa mendatang.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kecemasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kecemasan adalah sebagai berikut:
7
a. Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari anak itu
sendiri, seperti misalnya : 1
Sensitivitas anak terhadap peristiwa yang berpotensi mengancam. Anak yang terlalu sensitif dengan kondisi mengancam
akan lebih mengalami kecemasan dibanding dengan anak yang kurang sensitif Wenar Kerig, 2000.
2 Kemampuan anak menghadapi hal-hal yang menakutkan.
Anak mengalami
kecemasan ketika
tidak biasa
menghadapi hal-hal yang menakutkan Wenar Kerig, 2000.
3 Temperamen
Menurut Wenar Kerig 2000, temperamen yang menyebabkan kecemasan dikenal dengan behavior inhibition.
Kondisi ini terlihat pada anak yang pemalu, pendiam, penakut, dan menghindari tantangan. Anak dengan behavior inhibition
akan meningkatkan resiko kecemasan daripada anak dengan behavior uninhibition.
b. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi terbentuknya kecemasan
yaitu :
8
1 Pola asuh orangtua
Orangtua yang
memiliki pola
asuh overprotectiveovercontrolled dan pola asuh rigid akan membatasi
kebebasan anaknya dan orangtua terlalu berharap terhadap anak. Hal ini menyebabkan anak merasa tidak diterima oleh
orangtuanya dan akan timbul kecemasan pada anak Mash Wolfe, 1999. Menurut Hatherington dalam Bukatko, 2008,
orangtua yang bercerai memiliki pola asuh otoriter. Hal ini yang menyebabkan anak mengalami kecemasan karena orangtua
menentukan aturan baru yang cukup ketat terhadap anaknya.
2 Attachment
Anak dengan insecure attachment lebih menunjukkan kecemasan daripada anak dengan secure attachment. Hal ini
dikarenakan anak tidak mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan. Anak akan menjadi merasa tidak bebas, tidak aman, dan merasa
takut Wenar Kerig, 2000.
c. Faktor Pembelajaran Teori pembelajaran menekankan bahwa ketakutan dan
kecemasan dipelajari
melalui pengkondisian
klasikal dan
pengkondisian operan. Dalam pengkondisian klasikal, ketakutan dipelajari karena stimulus tertentu diasosiasikan dengan stimulus yang
9
menakutkan. Sebagai contoh, anak akan merasa ketakutan ketika sedang berada di kamar sendirian dan disertai dengan suara-suara
menakutkan. Hal tersebut membuat anak menjadi ketakutan ketika harus berada di kamar sendirian. Prinsip pengkondisian operan yaitu
bahwa perilaku yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian reward atau reinforcement. Suatu hal akan dianggap menakutkan, jika
terdapat reward otomatis setiap kali anak menghindari objek atau situasi menakutkan. Dengan demikian, melalui proses penguatan
negatif, menghindari stimulus menakutkan menjadi respon yang dipelajari, hal ini berfungsi mempertahankan ketakutan anak Mash
Wolfe, 1999. Sebagai contoh, ketika seorang anak menghindari kesendirian maka akan diberi reward oleh orangtuanya, maka anak
akan menghindari kesendirian. Menghindari kesendirian tersebut menjadi respon yang dipelajari dan hal ini akan mempertahankan anak
menjadi tetap cemas ketika sendiri.
B. Anak-anak Usia Akhir