Eliyana 2008: 44, hal ini menunjukkan bahwa biaya pencegahan dapat mempengaruhi jumlah produk cacat.
2. Hubungan antara Biaya Penilaian dan Produk Cacat
Menurut Yanti 2015: 52, perusahaan dalam memproduksi barang atau jasa selalu berusaha menghasilkan produk yang berkualitas. Menurut
Prihartanto 2007: 34-35, pengakuan bahwa kegagalan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi akan menimbulkan biaya tinggi, maka
perusahaan terdorong untuk selalu meningkatkan kualitas produk sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dengan menjadikan produk cacat
zero defect. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan inspeksi secara rutin supaya dapat meminimalkan produk cacat.
Menurut Yanti 2015: 53, setiap komponen dan produk cacat harus diketahui sedini mungkin. Menurut Blocher et al. 2007: 408,
semakin sedikit masalah mutu maka semakin sedikit penilaian yang dibutuhkan karena produk dibuat dengan baik sejak awal. Menurut
Atkinson 2004 dalam Suryanata 2011, “Biaya penilaian adalah biaya
yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa telah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan.
” Menurut Garrison 2001 dalam Yanti 2015, biaya penilaian atau
biaya inspeksi terjadi untuk mengidentifikasikan produk cacat sebelum produk tersebut dikirimkan kepada konsumen. Menurut Feigenbaum
1992: 104, kenaikan dalam biaya pencegahan mengakibatkan turunnya kecacatan, yang pada gilirannya mempunyai efek positif pada biaya
penilaian karena turunnya kecacatan berarti menurunnya aktivitas-aktivitas pemeriksaan dan pengujian yang rutin. Dari pendapat Feigenbaum dapat
dipahami bahwa biaya penilaian berpengaruh positif terhadap produk cacat.
Menurut Sari 2009: 36, biaya penilaian dapat mempengaruhi jumlah produk cacat. Menurut Kurniawati et al. 2016, setiap kenaikan
biaya penilaian mengindikasikan adanya peningkatan pada jumlah produk cacat dan begitu pula sebaliknya setiap penurunan biaya penilaian
mengindikasikan adanya penurunan pada jumlah produk cacat.
3. Hubungan antara Biaya Kegagalan dan Produk Cacat